Tuesday, December 22, 2015

7 Jasa-Jasa Ibu yang Begitu Luar Biasa

Mengingat di akhir bulan Desember tepatnya tanggal 22 Desember jadi perayaan khusus hari ibu. Banyak banget orang-orang terutama kaula muda tiba-tiba ganti foto profil dengan ibunda tercinta tapi tidak dengan ibu kost ataupun ibukota. Terlepas dari benar-benar sayang dengan ibunya atau biar terlihat eksis di sosial media, banyak banget jasa-jasa ibu yang ngga kita tahu.
Share:

Thursday, December 10, 2015

Definisi Gaptek di Era Digital

gaptek saat ini
Siapa di sini yang tak punya perangkat teknologi? Hampir semuanya dengan serentak menjawab punya. Pergeseran orang yang gaptek saat ini bukan orang yang tidak memiliki gadget, namun lebih kepada penggunaan sewajarnya dan seperlunya.

Banyak yang punya gadget canggih tapi hanya digunakan untuk hal yang tak perlu. Misalnya punya ponsel spesifikasi yang sangat tinggi dan mumpuni tapi hanya digunakan sekedar untuk sosial media, foto, mendengarkan musik dan searching internet.

Saya memperhatikan anggapan gaptek kini lebih kepada kecenderungan kemampuan user dalam memberdayakan teknologi yang ia pakai.  Teknologi yang setiap hari berkembang saat pesat membuat gaptek tak tahu mengoperasikan teknologi terasa hilang. Memang secara kasat mata menghilang namun sebenarnya tidak.

Sebelumnya saya mau menjelaskan tentang beberapa generasi yang masih hidup kini, saya membaginya dalam beberapa varian yakni X, Y, dan Z. Klasifikasi ini menjadi pembanding gaptek setiap generasi.

Kita mulai yang pertama yaitu dari generasi X, mereka ialah generasi saat teknologi gadget belum ada. Generasi ini sekarang kakek dan nenek kita yang sudah penuh dengan ubanan. Mereka tidak mengerti penggunaan teknologi bahkan tidak peduli dengan teknologi.

Sangat jarang atau bahkan tidak ada kita melihat orang tua renta yang sibuk ngecheck notifikasi sosial media. Di usia yang sudah senja yang paling penting minyak urut dan sandal rematik jangan hilang. Urusan teknologi mereka cuek karena terasa menyulitkan dan tak mau tahu.
Baca juga: Membaca, Mengapa Malasnya?
Selanjutnya ada generasi Y, mereka ini diisi oleh orang-orang yang lahir saat teknologi mulai dirintis dan berkembang. Di usia sekarang ini, walaupun tak terlalu senja mereka sedikit banyak paham dengan teknologi. Mereka umumnya datang dari kalangan generasi ayah dan ibu kita.

Mereka umumnya hanya mengenal teknologi hanya sekedarnya. Mengerti penggunaan berbagai gadget walaupun tak sepenuhnya paham tentang hal remeh-temeh. Golongan seperti ini sebenarnya bukan masuk generasi yang gaptek, segala kesibukan dan priorita lainnya buat teknologi tidak terlalu dipikirkan.

Sangat jarang generasi Y yang menjadi praktisi IT kecuali sejak mudanya bergelut ata hobi di bidang tersebut. Hal itu hanya bisa ditemui dari para CEO perusahaan teknologi besar dunia kini. Walaupun begitu generasi Y punya andil besar dalam kemajuan teknologi yang berkembang kini selaku pelopor.  Gagasan dari beberapa ahli teknologi dari generasi Y mampu dirasakan oleh generasi terakhir yakni generasi Z.

Terakhir adalah generasi Z, lahir dan dibesarkan dengan di kelilingi oleh teknologi gadget yang berkembang. Sudah pasti anggapan mereka sangat fasih teknologi. Hmm... jangan salah banyak sebenarnya mereka gaptek.

Saya pun mengamati dan berpendapat bahwa dominasi pengguna teknologi adalah generasi Z, tidak bisa dilakukan perbandingan apple to apple dari beda generasi. Kadang yang sudah sangat melek di generasi X atau generasi Y tidak bisa samakan dengan generasi Z. Mereka punya pemahaman sesuai kebutuhan.

Baiklah... kita kembali ke permasalahan gaptek lagi khususnya generasi Z. Mereka bersembunyi atau tak terlihat dengan serangkaian gadget yang digunakan. Punya gadget kelas satu namun segala bentuk penggunaan hanya sekedarnya. Sungguh disayangkan, apalagi gadget sudah bergeser ke gaya hidup bukan sekedar kebutuhan.

Ibarat membeli sebuah supercar, hanya buat mengaspal di jalanan macet. Andai si gadgetnya protes sambil berujar: jadi kenapa beli saya mahal-mahal tapi tidak dioptimalkan secara benar.

Di generasi Z pula gaptek berpengaruh pada gender, banyak dari yang gaptek dari kalangan wanita. Sifat mereka yang tak suka ambil ribet dan hanya memakai gadget sesuai yang diketahui menjadikan penyumbang gaptek.

Tapi jumlah penetrasi dan kebutuhan akan teknologi yang memudahkan segala keperluan. Kini kaum wanita mulai berbenah dan belajar mengejar ketertinggalan itu. Malah saat mereka diberikan peluang untuk belajar, kaum lelaki bisa disaingi dan bahkan ada yang lebih.

Sebenarnya bagaimana solusi agar gaptek bisa hilang?
Menurut hemat saya pribadi, semua tergantung bagi diri sendiri mau belajar dan tidak malu mengakui tingkat gapteknya. Andai terlalu sungkan membuka kekurangan itu kelak gaptek itu terus menghantui sampai kapan pun.

Bila terlalu risih buat belajar dengan orang lain, mulailah dengan tutorial yang berseliweran di internet. Tinggal mengikuti segala macam tutorial yang dimaksud, nah cara itu sangat jitu apabila tidak ada yang tahu saat diajak bertanya.

Perbanyak pula durasi dengan gadget yang kurang diketahui kegunaannya, walaupun sebenarnya itu ngga menjamin. Karena yang paling utama rasa ingin tahu dan saya ingin perkataan salah seorang dosen saat di bangku perkuliahan. Mau paham betul dengan laptop, hp dan gadget lain, perbanyak durasi penggunaan terutama berbagai fungsi. Kelak si gadget jadi ibarat teman, makin dipelajari maka makin banyak tahu segala triknya.

Sebagai penutup, di zaman kini yang paling utama adalah kemampuan melek teknologi. Tertinggal dan tidak melek teknologi jadi pukulan telak kita dalam ketertinggalan. Bukan berarti harus maniak atau pecinta gadget tapi cara pengoperasi yang terpenting.

Gadget yang dimiliki boleh murahan dan kelas dua tapi kemampuan penggunaan nomor satu bukan gadget elit dan kelas satu tapi sering bingung minta ampun.

Sekian dari saya, dadah sampai jumpa!
Share:

Sunday, November 15, 2015

Membaca, Kenapa Malasnya?

Kali ini saya sedikit membahas mengapa masyarakat kita sangat malas dalam membaca menurut sudut pandang saya. Padahal membaca ibarat jendela awal mengetahui dunia. Akibatnya banyak penulis dalam negeri malas ikut berkreasi, terlebih sedikitnya minat kalangan masyarakat dalam membaca.
Share:

Saturday, November 7, 2015

Mengapa Setelah Tamat Malah Nganggur?

Peristiwa bersejarah yang kamu rasakan setelah susah payah menyelesaikan berbagai mata kuliah rumit hingga yang deg-degan waktu nyusun skripsi. Skala penulisan skripsi dari hitungan bulan, tahun dan hingga ganti rektor berkali-kali. Sampai pada waktunya saat rektor dan dekan memberikan ijazah dan menggeserkan tali di topi toga dari kiri ke kanan.
Share:

Tuesday, September 22, 2015

Belajar Sukses dari Fase Kegagalan

Mae adalah seorang profesor bidang ilmu matematika terapan. Para mahasiswa bimbingan skripsinya sedikit marah bercampur rasa kecewa karena sering disalahkan akibat tidak terlalu paham konsep yang beliau ajarkan. Menanggapi keluhan mahasiswanya Prof Mae pun menceritakan kisah kesulitan dan kegagalannya di masa lalu.

Saya lebih buruk dari kalian walaupun dulu tak bisa apa-apa, saya belajar dari kegagalan dan ketidakmampuan ujar beliau. Mahasiswa bimbingannya pun bingung kenapa beliau bisa sangat jenius di bidang ilmu yang dikuasai.
Share:

Thursday, September 3, 2015

Pengagum Rahasia dan Deritanya

Pengagum rahasia
Hampir sebagian besar penyesalan yang paling besar adalah dari cinta terpendam tak pernah berhasil diutarakan dan berbalas. Sebatas pengagum rahasia.

Pernyataan di atas saat saya membacanya malah ikutan merasakan nyesek mendalam. Iya hampir semua dari kita punya cinta terpendam tapi ngga sempat atau berani diungkapkan. Semua penyesalan dan rasa ngenes bercampur aduk di dalam benak pikiran.  Saya menamai itu dengan istilah cinta tak berbalas dan sesosok pengagum rahasia.
Share:

Saturday, August 22, 2015

Netizen Kini, Ganasnya Minta Ampun

netizen kini
Siapa sih yang ngga suka mengikuti perkembangan informasi setiap hari. Berbagai jenis perangkat gadget makin memudahkan buat mengakses berita yang dimau. Dari gaya hidup, olahraga, politik, ekonomi, dan sama masalah hati.

Bila dulu di awal perkembangan gadget, mau mencari berita harus ke warnet dulu. Biaya operasionalnya mahalnya minta ampun, bisa-bisa uang jajan terkurang. Perangkat dahulu pun tak bisa portable, bentuknya begitu besar. Andai saja tak ada inovasi terhadap teknologi, wanita yang doyan selfie pakai ponsel bisa-bisa otot bisepnya besar akibat memangkul gadget sedemikian besar.

Kini gadget semakin multifungsi dan bentuknya begitu ramping, mudah dibawa ke mana saja. Segala kemudahan itu buat semua kalangan punya gadget dan salah satu fungsinya ialah mengikuti segala perkembangan informasi.

Melahirkan pengakses dan pengguna layanan internet, mereka semua bernama netizen. Kata itu lahir dari gabungan net (internet dan citizen yang berarti warga), jadi netizen ialah warga pengguna internet.

Awal mulanya netizen dicetus oleh Michael F. Hauben, selaku penulis dan pencetus internet. Di masa-masa itu internet mula berkembang, ia menganggap di masa depan setiap manusia akan saling terhubung satu sama lain melalui internet dan melahirkan generasi virtual tanpa terhalang jarak.

Membludaknya jumlah para penggunaan internet aktif, melahirkan generasi internet baru dan terus bertambah dengan sering waktu. Ini menjadikan wajah netizen penuh dengan anak-anak baru kemarin sore, meramaikan jagat maya.

Saya pun memperhatikan dalam-dalam setiap komentar, kadang ada nilai tambah lebih dari berita, postingan dan segalanya yang mampir di Timeline setiap pengguna. Ada yang menghujat, mengecam, menghakimi dan ada yang memuji.

Saat di postingan ada yang menghujat sedang mayoritas memuji, si penghujat malah mendapatkan hal serupa atau sebaliknya. Netizen kini punya pihak pro dan kontra, saling membenarkan segala bentuk pendapatnya. Saling balas komentar sudah jadi bumbu sehari-hari, ini dunia internet jadi ngga usah takut ujar netizen cupu

Kadang saya juga pernah memperhatikan dan mencari tahu siapa dibalik tukang hujat di komentar atau yang menyebarkan berita hoax tanpa diproses lebih lanjut. Umumnya mereka masih berusia belia, bahkan saya pernah menemui si penghujat adalah anak sunat saja belum (belum dewasa).

Saya mau cerita, hobi saya yang sangat menyukai berita olahraga terutama sepak bola. Selain karena sepak bola punya basis penggemar yang begitu besar di tanah air. Saat saya membaca berita tentang klub kesebelasan favorit saya, selalu saja ada komentar sinis dan penuh dengki saat tim saya mendapatkan hasil positif, saat kalah negatif saja.

Akibatnya saya mencari tahu siapa orang yang sering berkomentar, mencari id dan namanya. Mengejutkannya adalah bocah kelas 2 SMP, wajahnya masih begitu polos. Mungkin dia pakai gadget orang tuanya untuk berkomentar. Hmm.. begitulah warga netizen kini.

Internet seakan membuat seseorang begitu ganas dengan kata-katanya, namun begitu cupu saat bertemu. Harimau di dunia maya, kucing di dunia nyata begitulah tepatnya. Bersembunyi dibalik keyboard gadgetnya masing-masing, istilah perang komentar di dunia maya jadi hal yang sering terjadi.

Saya mengharapkan bahwa netizen sedikit bisa mengontrol diri dengan menjaga ucapannya, tata krama dan juga menyebarkan berita yang tidak bisa dipastikan keabsahannya. Netizen bukan sekadar pengamat dan pelempar opini semata yang terjadi di publik, mereka bisa jadi pemberi solusi dan ide di sekitarnya.

Kebebasan setiap warga mengeluarkan pendapat sesuai dengan UUD 1945 pasal 28 ayat 1 dan 2. Ini membuktikan setiap pendapat warga negara didengarkan dengan seksama oleh pemangku kekuasaan. Bukan memperkeruh keadaan dan memprovokasi orang lain dan menganggap pendapat diri sendiri benar.

Marilah dengan ini kita sama-sama menjadi warga netizen yang saling menghormati orang lain. Jangan sampai karena komentar pedas netizen yang mengganggu, pihak yang dirugikan melaporkan ke pihak berwajib. Alhasil, karena iseng semata malah harus diinterogasi pihak berwajib.

Baiklah, itu saja pendapat saya tentang netizen dalam negeri. Bila ada pendapat dan pengalaman yang sama, silakan share di kolom komentar.
Semoga kita jadi warga netizen jempolan.

Share:

Tuesday, August 4, 2015

Twitter dan Pola Pikir Penggunanya

Media sosial kini berkembang semakin beragam sesuai dengan kebutuhan pengguna yang mereka inginkan. Bila sangat suka berbagi foto cocok dengan Instagram, suka video pendek bisa dengan Vine dan suka curhat panjang lebar tanpa takut putus bisa kembali ke Facebook.

Menurut saya twitter punya sesuatu yang beda banget dibandingkan dengan berbagai media sosial yang booming kini. Kemampuan Twitter cukup banyak yang tidak bisa dilakukan oleh media lain, hampir kebanyakan link dari beragam sosial media terkoneksi langsung ke Twitter tapi media lain belum tentu mampu.
Share:

Monday, June 8, 2015

Membanding-Bandingkan Adalah Kesalahan Besar

membanding-bandingkan adalah kesalahan besar

Wah..... itu abang anaknya teman mama sudah mapan dan dalam waktu dekat akan segera menggelar pernikahan. 
Itu anak tetangga yang satu kelas dengan abang sudah lanjut kuliah S2 sedangkan kuliah saja masih banyak ngulang. 
Kamu tampang cakep, tapi kok sampai saat ini ngga punya pacar? Mungkin jodohnya belum lahir!

Kumpulan dari sejumlah anggapan di atas pasti kalian serring alami di kehidupan nyata. Masa saat dibanding-bandingkan dengan pencapaian orang lain oleh orang terdekat. Itu ditambah lain perasaan membanding-bandingkan keberhasilan orang lain dengan diri pribadi. Itu sebuah kesalahan besar, apalagi keberhasilan orang lain membuat beban pada diri sendiri.

Andai saja tindakan itu dilakukan oleh kalangan terdekat dari keluarga, saudara, dan teman maka kamu yang melakukan tindakan ini secara ngga langsung sama dengan membully. Kebiasan membully bukan hanya kontak fisik tetapi sekedar sindiran halus atas segala pencapaian yang belum optimal tercapai oleh korban. Itu sangat berpengaruh dan mengganggu pencapaian yang ia jalanin walaupun belum memenuhi ekspektasi.

Bagi orang yang memberikan nasihat, memberikan perbandingan orang yang selangkah lebih mau bisa jadi nasehat yang manjur. Akan tetapi bagi yang menerima nasihat tersebut akan merasa jatuh semangat, minder, frustasi dan kadang menyerah sebelum tujuan.

Tanpa disadari dari niatnya menasehati tanpa solusi, bentuk candaan dan mengarah bully akibatnya malah jadi dendam bagi korban. Ia seakan-akan menjadi orang yang bersalah akibat pencapaian yang belum sesuai harapan. Apalagi itu berlangsung terus-menerus, pasti jengah dan kadang berefek fatal.

Dibandingkan dengan orang lain termasuk bully kah?
Iya.. secara tidak langsung itu berefek ngga baik bagi yang menerimanya apalagi berulang kali dan sifatnya ejekan persuasif. Dan apalagi secara terus-terusan membandingkan apa yang kita alami dengan orang lain lebih ngga sehat. Niat awal sebagai pelecut agar mampu selevel dengan yang kita bandingkan.

Apakah itu berupa prestasi, kesuksesan, pangkat hingga harta. Namun bila bertolak belakang atau pun gagal, kamu malah depresi. Kebanyakan mimpi terlalu besar tapi kecil dalam usaha sama saja gagal dan berujung depresi berat.

Jadi apa yang bisa dilakukan?
Terpenting adalah menghargai pencapaian kecil setiap orang lakukan, walaupun belum optimal karena ia sedang berusaha. Toh selama berada di jalan yang benar, bukan hal yang salah. Namanya saja sebuah proses dan menghargai kerja keras serta proses bukan melihat hasil yang telah orang lain raih.

Ibarat sebuah fenomena gunung es, jelas saja yang ingin dilihat adalah yang tampak saja dan mengabaikan tak tampak termasuk keberhasilan orang lain raih. Seperti itu pula yang sedang dibangun oleh yang kini sedang dibullly. Ia bak ibarat sedang membangun gunung es terbawah yang tak tampak ke permukaan air.

Cara terbaik adalah memberikan motivasi terbaik dan memberi akses (cara) menggapainya. Semua pencapaian membutuhkan orang terdekat dalam mendukung. Saat itulah jadi cara terbaik mencapai tujuannya dan bahkan melebihi orang yang dibanding-bandingkan terlebih dahulu.

So... bila kalian sering melakukan tindakan bully, ganti dengan cara seperti ini. Jangan sampai hubungan kekerabatan rusak karena bully-an membanding-bandingkan, tetapi dipupuk dengan saling memotivasi dan mengingatkan.

Sebagai penutup, semoga tulisan ini memberikan secerah inspirasi. Sampai berjumpa di tulisan lainnya.
Share:

Friday, May 15, 2015

Jangan Mau Jadi Seorang Preman Keyboard

preman keyboard
Zaman kini perkembangan berbagai teknologi berkembang sangat pesat termasuk gadget yang setiap harinya perusahaan teknologi mengeluarkan produk anyarnya. Pergeseran gaya hidup ke arah lebih banyak dilakukan di dunia maya, tanpa harus capek-capek secara dunia nyata.
Share:

Monday, April 13, 2015

Benarkah Gym Sarang Para Homo?

gym
Begitu banyak anggapan yang mengatakan dan menganggap bahwa Gym adalah sarang para homo, maraknya kasus kaum LBGT yang menyeruak hingga menyeret nama Gym sebagai tempat para penyimpang itu sering mangkal.

Anggapan buruk yang mengatakan bahwa lelaki yang memiliki badan atletis dan banyak menghabiskan waktu di tempat gm adalah calon-calon pecinta sejenis. Anggapan itu semakin berdasar karena banyak orang mapan sangat identik dengan perut buncit sedangkan yang berbadan atletis adalah orang-orang berkantong tipis. *Anggapan keliru*

Di sini saya mau membahas dalam konteks tempat bukan pribadi. Seperti yang kita ketahui semua, bahwa Gym ialah tempat kebugaran di dalam ruangan (Indoor). Mengingat terbatasnya ruang bebas (Outdoor) dan sedikitnya waktu olahraga terutama buat masyarakat urban, Gym jadi tempat yang sesuai buat mengeluarkan keringat.

Hal itu dianggap sebuah pikiran yang picik, berarti atlet ataukah aktor ternama yang terlalu lama di tempat Gym adalah para kaum itu?

Ini seperti tuduhan sepihak, yang membuat orang malas untuk ke tempat olahraga walaupun olahraga tak harus pergi ke tempat kebugaran. Budaya Gym yang saling membantu satu sama lain terutama partner yang kesulitan dalam berlatih sering dianggap salah kaprah.

Bagi yang tak bisa sering menganggap hal yang janggal, dari situ anggap buruk tersebar. Apalagi banyak pria berbadan atletis yang kerjanya foto-foto Selfie dengan tubuhnya. Padahal itu kembali ke pribadi masing-masing.

Tidak semua orang suka narsis dan yang narsis tergantung cara mengapresiasikan diri. Saya pribadi yang tidak suka narsis bahkan tak tertarik mengapresiasikan diri dengan memfoto diri sendiri (Selfie). Sebagai lelaki, Selfie terlalu sering bisa buat dirinya terlihat aneh dan dianggap macam-macam termasuk hasil latihannya di tempat Gym.

Memang olahraga tidak hanya di tempat Gym, banyak Spot yang bisa digunakan terutama warga perkotaan untuk mengeluarkan keringat. Namun, tempat gym bisa jadi menawarkan segala macam olahraga pengeluar keringat dan pikiran sehat.

Nilai sehat sangat berharga dan banyak kalangan yang menganggap negatif Gym, terutama kaum yang malas olahraga. Salah satunya dengan men-cap tempat Gym dengan tempat kaum Maho (Manusia Homo).

Akibatnya muncul kecurigaan bagi yang ingin dan bergabung ke tempat gym, terutama yang ingin mendapatkan tubuh yang diinginkan. Cerita-cerita yang digaungkan oleh omongan orang lain yang belum pernah ke tempat gym. Alhasil, cerita berantai dan membuat para newbie ketakutan dan was-was.

Muncul rasa takut berlebihan dan saat melihat ada anggota Gym yang tiba-tiba berlaku baik walaupun belum dikenal. Langsung dianggap bahwa kaum homo, padahal bisa jadi dia mau menawarkan gabung MLM pelatihan latihan yang benar. Pengaruh dan pelabelan itu merusak citra Gym sebagai pusat kebugaran bukan pusat nongkrong kaum homo.

Selain itu adalah ketakutan tersebut buat anggota baru menjadi risih saat masuk ke tempat Gym. Anggapan para newbie terutama anggota lama yang cenderung buang-buang waktu, memikirkan tubuh sendiri dan saat ada yang menyapa apa karena benar-benar baik atau ada maksud lainnya.  Sebaiklah berpikir positif dan melihat secara jelas, bukan asal percaya setiap omongan semata.

Dugaan yang buruk itu pulalah yang merusak citra tak hanya anggota Gym tetapi juga para karyawan yang mencari nafkah di situ. Pandangan seperti itu yang harus diubah, apalagi kita lebih sering melihat dari sisi buruk tanpa bertanya dan memastikan terlebih dahulu kebenarannya. Harus diingat, Gym diisi oleh berbagai kalangan (termasuk wanita) dan status pekerjaan. Apalagi Gym sudah dianggap sebagai gaya hidup orang perkotaan

So... Gym tak benar dianggap sebagai sarang homo. GYM tempat kebugaran alternatif di saat sempitnya waktu berolahraga di tengah kesibukan yang menggunung. Paling utama itu pikiran sehat dan badan bugar dan Gym salah satu pemberi solusi kebugaran bukan tempat yang dianggap tak benar oleh kalangan malas olahraga.

Bila kalian punya cerita tentang tempat Gym dan pengalaman menarik, bisa sharing di kolom komentar. Salam damai semuanya.
Share:

Wednesday, January 7, 2015

Passion Atau Sekedar Mengikuti Tren?

passion atau sekedar mengikuti tren?
Saat ini begitu banyak orang yang telah berhasil mengikuti passion dan bahkan mendapatkan penghasilannya mumpuni dari menggeluti passion. Begitu menarik memang, menjalankan apa yang sangat dicintai dengan sepenuh hati dan seakan tak ada rasa lelah apalagi bosan.

Passion kini telah menjadi tren bukan saja karena kemauan keras di dalam hidup tetapi proses ikut-ikutan di saat melihat orang lain bisa menjalankan passion. Walaupun sebenarnya belum tentu cocok dengan dirinya. Banyak orang yang rela mencari-cari passionnya di tengah gencarnya tren mengikuti sesuatu passion.

Ibarat mengikuti apa yang orang lain jalankan saat ia berhasil mengubah hasratnya tersebut. Sedangkan dirimu hanya bermodal nekat saja dan tak tahu masalah apa saja yang akan didapatkan saat menjalankan passion tersebut.

Passion juga ibarat melakukan sesuatu tanpa rasa capai dan berpikiran untuk esoknya. Seakan terdapat energi tak pernah habis. Namun bila hanya sekedar mengikuti tren semata, lelah akan datang dengan cepat di susul rasa bosan dengan seiring berjalannya waktu.

Ibarat diri ini mengikuti fase tak mengenakkan dan menyesuaikan sambil berharap orang lain berucap: kamu berhasil menjalankan passion sesuai keinginan, tak lebih dari itu. Saya mengamati begitu banyak hidup ini banyak yang terpengaruhi oleh kata-kata motivator yang berucap: 
Ayo segera temukan passion kalian dan ubahlah sebagai kekuatanmu di masa depan

Padahal itu adalah ucapan manis motivator agar ia mendapatkan tawaran tampilan, sedangkan realisasi sangat sulit untuk diwujudkan. Sebaiknya pertimbangkan masak-masak dalam menjalankan passion.

Saya pribadi sering menemukan beberapa hal yang sering terjadi kini dalam masyarakat kita, alurnya seperti ini: 
Melihat tren yang berkembang > ikut-ikutan bersaing > Merasa jengah saat gagal > menyerah > Mencari tren lain lagi

Terlalu muluk bukan, saat begitu banyak orang yang gagal mengikuti passion walaupun yang berhasil mengikuti passion belum tentu bahagia. Ia malah punya hasrat lain saat passion berjalan.

Nah dalam periode itu ada hal lain yang mau manusia raih dan passion tidak bekerja sepenuhnya. Ada pula yang sebaliknya, melakukan yang bukan passionnya tapi butuh passion atau hobi dalam hidupnya.

Saya mencontohkan seperti ini, seorang musisi ternama berhasil mengejar passion menjadi musisi ternama. Namun ia rela menyampingkan passion untuk melakukan hal berbeda di dunia musik, katakan saja ia suka fotografi. Ia melakukan sebagai cara melupakan passion di sejenak waktu.

Ada pula yang bekerja bukan sesuai passion tapi ia mengambil konsekuensi dan passionnya hanya di waktu luang. Ia menempatkan passion sebatas hobi semata bukan pekerjaan yang menghasilkan. Jadi passion tak harus dipaksakan.

Mau passion tercapai, syaratnya adalah semangat mengerjakan walaupun sulit dan tau dalam pemecahan masalahnya dan materi bukan tujuan utama dalam mencapai sukses. Namun dengan kerja keras dan dedikasi, materi bisa datang dengan sendirinya.

Namun jangan terlalu berharap passion kelaklah yang harus dijalani secara profesional sehingga meninggalkan pekerjaan anda. Itulah yang banyak salah diartikan, apalagi passion dan hobi berdekatan.

Ada kalanya hobi tidak bisa menjadi passion karena bukan waktunya lagi. Saya mencontohkan sebagai berikut:

Seseorang yang ingin menjadi atlet sepak bola profesional dan usianya tak muda lagi. Secara tak sengaja ia malah menyukai sepak bola dan rutin bermain bola. Secara kualitas sangat sulit mengasah potensi bukan pada usia dini dan untuk menjadi profesional.

Alhasil, sebagai hobi semata sudah lebih dari cukup karena untuk mencapai fase puncak waktunya sudah lewat dan kini adalah memetik hasilnya bukan menanam bakat lagi.

Namun segala kesenangan itu harus tetap dijalani agar hidup bisa lebih berharga dalam mengisi kebosanan hidup. Karena saat itu bukan disebut passion tetapi hobi berbeda yang telah menggeluti lebih lama.

Selain itu passion akan jadi berharga saat berhasil dibuktikan dan pengakuan orang lain bukan diri sendiri. Sama halnya dengan kemampuan bermain bola, saat orang lain yakin dapat percaya anda mampu itu layak dikatakan sebagai passion. Serta ia mencurahkan segala bentuk pikirannya tanpa terpecah. Itulah yang membuat banyak orang salah kaprah dan akhirnya terjerumus dengan kata-kata passion.

Ada banyak membuat kita sukses walaupun tidak mengerdilkan passion, berbagai faktor dari keluarga, teman, pergaulan, dan kecintaan lainnya malah membuat diri ini sukses tanpa mengikuti tren yang berkembang. Lebih baik konsisten apa yang ingin diperbuat tanpa terpengaruhi yang belum mengikuti

Dan bila ingin mengikuti passionnya, saya mengharapkan alur passion yang benar adalah: 
Yakin dengan potensi dan mau bekerja keras > Tidak merasa bosan dan ikut-ikutan > Ingin jadi yang terbaik > Tidak berhenti belajar walaupun sudah hebat > Mendapatkan hasil optimal.

Itu sedikit pencerahan dan dari penjelasan di atas mampu membukakan pikiran agar tak mendewakan passion dan bakat tapi kerja keras dan doa paling utama. Karena dari dua elemen itulah yang menjadikan manusia dapat mendapatkan hasilnya dan berucap: inilah passionku.

Semoga menginspirasi dan have a nice day!!!
Share:

ROG Phone 8

Kenalan Blogger

My photo
Blogger & Part Time Writer EDM Observer

Part of EcoBlogger Squad

Part of EcoBlogger Squad