
Anak-anak.... ibu mau tanya sama kalian semua,
Tanya apa bu guru? *Dengan kalem*
Nanti kalau besar kalian mau jadi apa?
Sontak anak-anak menjawab:
Saya bu, kalau besar mau jadi tentara jawab budi
Saya bu, kalau besar mau jadi dokter biar bisa mengobati orang jawab Wati
Saya bu, kalau besar malah mau jadi pilot biar bisa jalan-jalan jawab Antok
Begitulah respons
jawaban yang diberikan anak-anak TK Bungoeng Seuleupok saat ibu guru mengasih
gambaran masa depan ingin jadi apa. Jawaban mereka lumayan normal mengingat
masih terbatasnya usia dan pekerjaan hanya yang sering mereka lihat. Serta
lebih mudah menjelaskan profesi seperti itu kepada anak-anak semisal: guru, polisi,
dan dokter. Anak kecil juga profesi orang tuanya terdahulu yang mayoritasnya
bekerja di bidang itu.
Tak masalah,
toh.... anak kecil masih polos dan hanya tahu cita-cita itu. Dan di kala mereka
dewasa pasti malah banyak pekerjaan yang aneh semisalnya jadi Buzzer atau
praktisi Adsense, aneh bukan. Itu terjadi karena pertambahan luas lahan
pekerjaan terutama di bidang digital.
Era itu di mulai
dengan lahirnya internet pada tahun sekian 1992, lalu di tahun 1998, duet
antara Sergei Brin dan Larry Page melahirkan sebuah perusahaan yang begitu
besar terhadap perkembangan teknologi berupa Search Engine terbesar, siapa lain kalau bukan Google. Perkembangan
itu berlanjut dengan begitu banyak melahirkan berbagai perusahaan bergerak di
bidang IT dan developer handal di bidangnya.
Perubahan zaman
juga mengubah cita-cita,bila dulunya cita-cita yang sangat mainstream di
masyarakat seperti kelebihan kouta dengan persaingan yang mengglobal. Anak-anak
yang menjawab ingin jadi apa waktu besar mengalami transformasi hidup yang
mengubah dirinya menjadi apa yang pernah ia cita-citakan.
Semisal gagal
lulus di kampus kedokteran karena persaingan yang begitu keras. Alhasil beralih
ke jurusan lain yang kemudian pekerjaan yang berbeda dan sangat berbeda dengan
cita-cita masa kecil. Saat dijalani ternyata di situ lebih menarik dan
berkembang, andai mengikuti cita-cita masa kecil, belum tentu hasilnya seperti
itu.
Saat beranjak
besar dan kemajuan zaman berubah pesat. Cita-cita yang general itu seakan sulit
dan kouta penerimaannya terbatas. Akibatnya cita-cita kecil jarang yang bisa
terwujud. Faktor lain berupa perubahan pola pikir dan lokasi tempat mengenyam
pendidikan. Semua seakan mengubah segala haluan keinginan.
Saya juga melihat
adalah lahirnya ide-ide dan inovasi hingga menghasilkan ladang pekerjaan baru
sesuai zaman. Ini pun semakin melebarkan manusia yang dulunya masih bocah lugu
untuk tertarik bekerja di sana dan mengabaikan cita-cita masa kecil.
Selain itu yang paling
mendasar kenapa saat besar segala macam kesamaan cita-cita setiap anak-anak
karena pertimbangan tuntutan dan passion. Pertama karena tuntutan,
seperti seleksi yang sulit buat jadi dokter, polisi sampai guru.
Kedua karena
mengikuti passion, berbagai pola pikir dan minat hobi ternyata begitu
mengasyikkan andai jadi sebuah pekerjaan yang menghasilkan. Apa salah dan
cita-cita kecil yang umumnya hanya ikut-ikutan akan pudar saat menemukan passion
sebenarnya.
Ada juga cita-cita
anak kecil ada pula yang tetap bertahan dikarenakan ia menganggap sejak kecil
punya potensi besar di bidang tersebut. Tidak ada salahnya dan bukti keberanian
dari mengangkat tangan sembari mengatakan cita-citanya di hadapan bu guru.
Well.. masa depan
tak ada yang tahu dan bercita-cita dan bermimpi tak ada yang salah. Mana tahu
di masa depan anak kecil bisa melebihi ekspektasi dari cita-cita mereka yang
seragam. Karena anak kecil kini akan jadi para anak muda dengan beragam minat
dan bakat yang mampu mengubah wajah bangsa lebih keren. Ayo semangat adik-adik
mewujudkan cita-citanya kelak.
Kalian punya cita-cita masa kecil yang berbeda dengan
diperoleh saat ini? Bila ada, silakan sharing di kolom komentar.
0 komentar:
Post a Comment