Sejak awal kemerdekaan Indonesia, pemerintah serius
membangun sistem jalan raya sebagai akses utama untuk mobilitas penduduk.
Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah volume kendaraan terus meningkat dari
dekade demi dekade dan tidak diimbang dengan pertumbuhan jalan raya. Bom waktu
akhirnya meledak, membuat kota-kota besar di tanah air mengalami kemacetan
parah.
Sudah jadi hal umrah, bagi sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini mengandalkan mobil dan motor pribadi sebagai sarana transportasi yang semakin berkembang dan semakin tidak terkendali. Ketergantungan terhadap kendaraan pribadi, rendahnya kualitas angkutan umum, dan penurunan penggunaan makin memperparah situasi tersebut.
Dampaknya mengubah jalan raya kini berubah
jadi lokasi tidak ramah buat naik sepeda dan pejalan kaki, selain menimbulkan
ketimpangan sosial jalan raya rentan terhadap kecelakaan lalu lintas melibat
penggunanya.
Meskipun begitu, stigma kendaraan pribadi
menjadi status sosial. Ada begitu banyak yang rela memecahkan celengan tabungan
untuk memiliki kendaraan impian. Bahkan ada kata-kata satir: Lebih baik
macet di jalan pakai kendaraan sendiri dibandingkan macet naik kendaraan umum.
Di sinilah pemerintah mencoba berbenah dengan
menghadirkan transportasi massal. Tentu saja jumlahnya pun sangat terbatas dan tidak
semenarik kendaraan pribadi. Langkah awal ini dianggap bijak karena kemacetan
akan berpengaruh pada ekonomi dan mobilitas masyarakat. Solusi transportasi
massal jadi opsi sembari menciptakan masyarakat yang ingin beralih.
Sudah banyak kota-kota yang terlambat dalam
mengembangkan moda transportasi massal dan lalu-lintas yang baik. Alhasil
tingkat kemacetan terjadi sangat parah dan sangat sulit diperbaiki. Di sisi
lain, kota yang cukup melek dalam hal ini adalah Banda Aceh, kota di ujung
Indonesia tersebut berbenah dengan menghadirkan TransKoetaradja. Menggunakan
konsep Bus Rapid Transit yang mengedepankan perpindahan penumpang dengan
cepat, murah, dan tepat sasaran.
Kini di tahun ke-9, TransKoetaradja telah
memiliki sebanyak 40 unit bus, 5 koridor dengan 90 halte permanen, dan 43 halte
portabel. Armada yang digunakan dari jenis 25 bus besar dan 27 bus berukuran sedang
sesuai jumlah rute. Penumpang hanya membutuhkan waktu tunggu selama 10 menit
saja.
Pengelolaan
Terpadu Transportasi Massal
Dinas Perhubungan Provinsi Aceh punya tanggung
jawab besar dalam mekanisme pengaturan transportasi massal di ibu kota.
TransKoetaradja jadi role model pertama dalam menciptakan transportasi
massal yang diidam-idamkan oleh masyarakat perkotaan.
Perannya di sini tak hanya membuat fasilitas
tapi juga mensosialisasikan masyarakat dalam menciptakan iklim lalu lintas dan
transportasi yang memadai. Jumlah moda saat ini tergolong sedikit namun
ini sudah cukup mengurai macet di jam-jam sibuk.
Hanya saja, ada sejumlah bus yang tergolong
kosong pada rute dan jam-jam tersebut. Namun dikarenakan bus tersebut harus
mengedepankan efisiensi dalam pengoperasiannya. Menciptakan transportasi massal
jelas butuh waktu dan biaya sangat besar. Bahkan untuk menambah armada saja
tentu sangat menguras APBD.
Apakah macet berkurang, jelas tidak. Selama
pola pikir masyarakat masih belum merasa transportasi massal punya rasa aman,
nyaman, dan efisien. Hadirnya sebuah moda transportasi memikirkan empat aspek
utama.
Pertama aspek keadilan sosial yang berupa
kesetaraan dalam pengguna. Saat ini, kendaraan menjadi bentuk status sosial di
lapisan masyarakat, hadirnya kendaraan umum yang layak akan menggerus sosial
dan tentu saja menghadirkan kesetaraan pada semua pengguna.
Aspek kedua adalah keselamatan, alat
transportasi haruslah aman dikarenakan di jalan raya ada banyak gesekan yang
berpotensi membahayakan penumpang dan pengendara. Aspek ketiga adalah
lingkungan, kendaraan yang digunakan harus bebas polusi.
Tentunya sudah menggunakan bahan bakar ramah
lingkungan dan tentu saja faktor kebisingan yang dihasilkan oleh polusi udara.
Serta aspek keempat dan terakhir adalah biayanya yang ekonomis. Harga yang
murah adalah faktor pemilihan pengguna beralih ke moda transportasi massal.
Salah satu wujud pemerintah bisa saja
memberikan subsidi hingga menggratiskan pengguna. Dorongan ini jelas sangat
membantu, apalagi haltenya berada di lokasi strategis. Studi kasus pada
TransKoetaradja, sejak awal dihadirkan sudah jelas pemerintah memberikan
subsidi dan menggratiskan penggunanya. Jelas ini sangat membantu terutama
trayek yang banyak terjadi mobilitas penumpang.
Menghadirkan
SMART dalam Sistem Transportasi Perkotaan
Menciptakan suatu moda transportasi jelas
tidaklah mudah. Namun paling mudah adalah mengadopsikan konsep sesuai dengan
kota tersebut. Banda Aceh termasuk cepat dalam integrasi dengan kendaraan umum
terutama pasca tsunami. Metode yang layak diterapkan adalah SMART (Scheme
Mode of Transportation).
Pada skema ini mencakup sejumlah aspek penting
mulai dari kendaraan pribadi, transportasi umum, sepeda, atau berjalan kaki.
Proses pengaturan rute transportasi, jalur dan rute, fasilitas, dan kebijakan
penentuan tarif.
Selain menyediakan moda transportasi umum yang
aman, nyaman, dan tepat waktu sebagai ciri sarana transportasi yang modern adalah
membangun sistem transportasi terintegrasi. Memberikan kemudahan bagi warga
dalam mengakses sarana transportasi sejak keluar dari rumah, lokasi transit,
sampai ke tujuan, dan kembali lagi ke rumah.
Penerapan yang saat ini sudah ada di Banda
Aceh dengan menghadirkan skema transportasi berbasis bus bernama
TransKoetaradja. Aspek yang diperhatikan meliputi pengembangan jalur khusus
bus, pengoptimalan jaringan rute, dan pengaturan tarif yang terjangkau.
Skema ini terus berkelanjutan dengan
menghadirkan transportasi idaman lainnya yang ramah lingkungan seperti sepeda
atau pun kendaraan listrik. Skema terakhir makin lengkap dalam penerapan
teknologi di dalamnya.
Pada kendaraan umum sudah terkoneksi secara sistem
dan waktu keberangkatan dan waktu tiba. Tak hanya itu saja, semua dibarengi
dengan sistem pembayaran cashless dan pemantauan cerdas pada sistem lalu
lintas dan armada tersebut.
Terobosan Baru
di Transportasi Umum: Koetaradja App
Kemudahan dan minimnya waktu menunggu adalah
masalah orang menggunakan kendaraan umum. Menciptakan kebiasaan naik kendaraan
umum butuh waktu lama, di kota besar itu terjadi karena kemacetan dan lahan
parkir yang terbatas.
Mau tak mau, kendaraan umum mulai jadi opsi.
Banda Aceh jangan sampai di tahap ini karena jelas merugikan secara ekonomi,
waktu, dan psikologis. Melalui promosi dan aplikasi dengan konsep: Koetaradja
App mampu menjangkau semua moda transportasi di Banda Aceh.
Beberapa fitur penting harus ada seperti
menampilkan waktu keberangkatan bus secara real time. Bila berpatokan pada
durasi 10 menit setiap waktu tiba jelas sering molor, penumpang jelas kecewa
pada fase ini. Sedangkan bila secara real-time otomatis akan membuat
penumpang lebih fleksibel dalam menunggu tanpa harus ke halte terlebih dahulu.
Tak berhenti di situ saja, ada fitur mengenai
sopir yang membawa kendaraan. Penumpang bisa melihat wajah sopir dan rekam
jejaknya. Melalui bintang (kepercayaan) yang diberikan oleh penumpang sebelumnya.
Kondisi ini jelas menghindari sopir ugal-ugalan dan tiba sesuai SOP.
Bila di sistem transportasi online, sifat
mereka bekerja lepas tentunya membuat perusahaan tidak terlalu tegas mengenai urusan
ini. Sedangkan para pengemudi di bus atau layanan transportasi umum lainnya.
Mereka jelas harus patuh dan memenuhi SOP yang sudah diterapkan.
Pada fitur juga terdapat juga kouta, dalam hal
ini adalah jumlah maksimal kursi yang tersedia di dalam bus. Tujuannya adalah meminimalisir
desak-desakan antar penumpang yang bukan muhrim. Sebagai daerah yang
mengedepankan syariat Islam, Aceh memberi ruang berbeda antar penumpang pria
dan wanita di fasilitas publik.
Peran kondektur ini adalah mengarahkan
penumpang sesuai zona tempat duduknya. Pada konteks ini, rasa aman penumpang khususnya
wanita dan kepercayaan penumpang pada transportasi massal akan terus meningkat
bila terus dipertahankan.
Pada aplikasi Koetaradja App mampu memberikan
sejumlah informasi pada segala transportasi yang tersedia. Hanya saja dengan
aplikasi bisa makin membuat dekat masyarakat terutama saat menjadi Super App.
Akan ada banyak mitra bisnis yang bekerja sama
seperti dalam proses pembayaran, promosi jenis makanan khas Aceh, lokasi wisata
hingga kegiatan pendidikan di Kota Banda Aceh. Ini bisa menjadi cikal bakal
mercant yang menguntungkan kedua belah pihak.
Selain itu, aplikasi bisa diterapkan tak hanya
di TransKoetaradja tapi bus sekolah. Ada peran teknologi yang bisa mengontrol
sang anak hingga sampai ke tujuan. Bagi sebagian orang tua, mengantarkan sang
buah hati sebagai wujud perhatian dan potensi si anak aman sampai ke sana.
Hadirnya moda transportasi yang aman dan menjangkau perumahan tentunya
mengurangi mobilitas macet.
Pada koridor tertentu, akan datang bus sekolah
yang menjemput setiap anak. Aplikasi yang sifat real time ini bisa
dilihat dari gawai orang tua. Mengetahui
jam berapa bus akan melaju dan tiba ke titik penjemputan. Sehingga waktu tunggu
anak sekolah makin kecil dan mengurangi orang tua atau anak membawa kendaraan
pribadi.
Aplikasi juga bisa memantau secara real-time
jumlah kursi yang masih tersedia. Umumnya bus sekolah dipenuh para siswa
sehingga berdesak-desakan. Kondisi ini jelas tak aman dan berisiko terjadinya
kecelakaan. Ada petugas dari Bus Sekolah yang mengatur mekanisme ini dengan
teratur. Pikiran orang tua di rumah atau di kantor jadi lega, termasuk tahu
anaknya masuk sekolah atau tidak.
Menciptakan
Pengalaman tak Terlupakan dari Armada Massal
Pengalaman dan kesan pertama yang mengesankan,
akan menimbulkan rasa ketagihan. Pada konsep ini berlaku di banyak aspek tak
hanya di bidang ekonomi saja termasuk jasa yang ditawarkan.
Alasan penumpang tidak betah dan tidak mau
mencoba lagi jelas karena tidak mengenakkan baginya. Itu adalah opsi terburuk
yang membuatnya harus transportasi massal. Penumpang kini membeli sebuah jasa
tidak hanya sebatas butuh tapi pengalaman dan pelayanan terbaik yang ia
dapatkan.
Bila mereka gagal mendapatkan pengalaman
terbaik tersebut, jangan harap mereka mau mencoba lagi. Stigma buruk langsung
melekat. Toh sudah punya kendaraan pribadi, untuk apa harus repot-repot naik
kendaraan umum.
Tugas pemerintah sebenarnya cukup mudah namun
butuh sedikit kerja keras. Tak harus berinvestasi dengan nominal yang besar
pada bentuk fisik. Namun melalui pelayanan dan promosi yang baik. Tugas ini
dilakukan secara terus-menerus hingga di satu titik penumpang yang enggan naik
kendaraan umum mencoba.
Penumpang-penumpang baru ini pasti
menceritakan pengalamannya pada teman-temannya. Berawal hanya mencoba, kini
bisa mengurangi penggunaan rutin kendaraan pribadi. Apalagi pengalaman pertama
yang baik yang ia dapatkan membuat rasa ketagihan dan penasaran untuk
pengalaman selanjutnya.
Memberdayakan
Anak Usia Dini pada Transportasi Massal
Selama ini, yang menjadi fokus anak-anak
remaja adalah bisa memiliki kendaraan pribadi. Tak jarang dari orang tua
mengumpulkan uang hanya sebagai kado ulang tahun saat si anak mendapatkan
SIM. Pola ini jelas tentu tidak baik,
secara mental dan fisik mereka belum siap.
Dorongan lingkungan membuat orang tua kadang
menyerah dan akhirnya membiarkan sang buah hati mengaspal bersama
teman-temannya. Ada banyak anak-anak yang menjadi calon penerus bangsa,
merenggang nyawa di jalan raya akibat diberikan kebebasan berkendaraan dan
masih minim mementingkan keselamatan di jalan raya.
Adopsi perkenalan transportasi massal idaman
tak hanya sebatas kenyamanan dan ketersediaan saja. Bagaimana cara mengubah
stigma kendaraan massal sebagai kendaraan pilihan utama setelah kendaraan
pribadi. Ini bisa diwujudkan dengan cara Bus goes to Home.
Para orang tua tidak lagi harus memikirkan
anaknya harus di antar ke sekolah. Penyebab kemacetan terbesar yang terjadi di
perkotaan terjadi pada jam-jam sibuk, volume kendaraan terbesar saat orang tua
mengantar anaknya.
Penerapan bus sekolah mampu mengurai macet di
jam-jam sibuk pada sejumlah titik. Bus sekolah yang akan menjemput si anak dari
depan pintu rumah atau titik kumpul penjemputan. Ini membuat anak bisa
menciptakan keakraban dengan teman-teman satu sekolahnya bahkan setelah keluar
dari gerbang sekolah. Sekolah pun tak harus kesulitan mencari atau memperluas
area parkir hanya dari kendaraan siswa yang kadang memakan banyak ruang.
Pendidikan sejak dini dari menggunakan
transportasi massal. Membenahi sektor transportasi butuh waktu lama selaras
dengan pendidikan dini. Saat para anak-anak tersebut tumbuh dewasa, mereka
akrab dengan transportasi. Bahkan punya kendaraan pribadi bukan sebagai status
sosial lagi.
Menciptakan
Transportasi Massal di Pusat Pendidikan
Tak hanya menarik minat anak-anak usia dini,
namun generasi setelahnya juga mendapatkan pelayan serupa. Pemerintah bisa melihat
ini sebagai peluang besar dalam memobilitas dan mengurangi kemacetan di Kopelma
(Kompleks Pelajar dan Mahasiswa).
Selama ini mahasiswa akrab dengan kendaraan
pribadi yang orang tua berikan. Sebagai lokasi kampus, jelas dibutuhkan banyak
shelter yang bisa memobilitas dari dan dalam kampus. Hadirnya
TransKoetaradja tentu memudahkan mobilitas mahasiswa di jam-jam sibuk.
Salah satu terobosan yang dilakukan oleh
Dishub Aceh adalah hadirnya bus baru. dengan bentuk yang lebih minimalis.
Bentuk yang lebih besar mempertimbangkan banyak aspek, salah satunya adalah
memudahkan proses manuver dan mobilitas kendaraan di setiap halte.
Ukuran jalan di Banda Aceh khususnya area
Kopelma pun jadi alasan, ada sejumlah lokasi yang memiliki badan jalan yang
sempit. Tentunya bentuk Bus memudahkan proses perpindahan jadi lebih cepat dan
mudah. Tak berhenti di situ saja, ada dukungan teknologi yang disematkan di
dalamnya.
Dukungan itu berupa penyediaan perangkat
telematika berbasis IoT dan AI untuk pengawasan pengemudi serta keselamatan
penumpang pada 7 armada Bus Trans Koetaradja. Pada Bus baru, terdapat perangkat
TAM Fleet dengan teknologi IoT serta AI. Ini mengamankan penumpang berkat
sejumlah teknologi seperti Driver Safety Monitoring.
Bertujuan memantau perilaku pengemudi sehingga
dapat mencegah melakukan pelanggaran selama armada beroperasi. Perangkat
lainnya berupa Blind Spot Detection yang menggunakan 3D depth camera
berbasis AI, yang mampu mendeteksi keberadaan pejalan kaki dan kendaraan di
sekitar armada dengan keakuratan mencapai 95 persen.
Transportasi Massal
Membangun Konsep Pariwisata dan Bisnis
Selama ini transportasi massal hanya menyasar
lokasi pusat perkantoran, perbelanjaan, dan kampus. Lokasi-lokasi ini hanya
ramai pada hari tertentu saja, sedangkan pada hari libur dan akhir pekan.
Ada banyak masyarakat berbondong-bondong
mencari lokasi wisata. Petang hari di
akhir pekan terjadi kemacetan sepanjang lokasi wisata, penyebab utama tentu
saja kendaraan pribadi yang membludak. Alasan utama menggunakan kendaraan
pribadi karena tidak tersedianya transportasi umum untuk tiba di sana.
Rute-rute di hari sibuk sepi, namun sebaliknya
dengan rute ke sejumlah lokasi wisata yang membludak. Rekayasa rute juga harus
diadakan dalam hal mengetahui kebiasaan masyarakat. Bagi saya pribadi ini
adalah peluang sangat besar, adanya transportasi massal bisa jadi opsi utama
menjangkau lokasi wisata.
Peran di sini transportasi massal bukan
sebatas memindahkan massa saja. Akan tetapi jadi moda yang menumbuhkan ekonomi.
Bus bisa saja berhenti di tempat wisata ikonik yang ada di Banda Aceh atau
sekitarnya. Pusat pemberhentian berada dekat dengan sentra UKM di suatu lokasi
wisata.
Termasuk dalam wujud mempromosikan produk dan
wisata yang ditonjolkan. Bila di hari kerja identik dengan menggambarkan
informasi dan keunikan setiap rute. Kini di akhir pekan berubah menjadi
layaknya bukan bus transportasi massal melainkan layaknya bus pariwisata.
Tak ada waktu yang harus diburu agar bisa tiba
secepat mungkin ke lokasi wisata dan penumpang bisa merasakan pengalaman
layaknya turis. Ini bagi saya seakan bermanfaat mengurangi penggunaan kendaraan
pribadi yang meningkat saat ke tempat wisata. Lokasi wisata jelas diuntungkan
karena mendapatkan promosi secara menyeluruh bila bekerja sama dengan pihak Dishub.
Selama ini transportasi massal sangat sulit
untuk balik modal. Pemerintah mengucurkan begitu banyak perawatan armada,
halte, menggaji pengemudi dan kondektur. Model bisnis baru harus ditanamkan dan
malah menguntungkan.
Bila di awalnya adalah penerapan sistem Super
App bernama Koetaradja App, selanjutnya adalah membangun konsep Unlimited
Member. Pengguna layanan bisa menggunakan moda transportasi sebanyak
mungkin dengan hanya membayar keanggotaan. Berawal dari penasaran,
lama-kelamaan akan menciptakan kebiasaan.
Naik kendaraan massal bukan hanya sebatas
pilihan terakhir namun menjadi pilihan menarik. Ia mampu menghadirkan aplikasi,
wisata hingga tentu saja keanggotaan. Cara unik menciptakan transportasi idaman
masyarakat perkotaan.
Semoga tulisan ini menginspirasi kita semua
khususnya dalam adopsi transportasi perkotaan modern yang ramah ke segala
kalangan serta menumbahkan sisi ekonomi, edukasi, dan pariwisata.
0 komentar:
Post a Comment