Monday, February 22, 2016

Pilih Lanjut Kuliah atau Cari Kerjaan?

Podium pengesahan wisuda membentang panjang nan tinggi, dihiasi oleh meja-meja dari para petinggi universitas dengan baju kebesarannya. Rektor dan dekan kampus berdiri menyambut mahasiswa yang akan diwisuda, sebuah kebahagiaan yang tak ternilai setelah setelah begitu lama mengendap di kampus. Akhirnya lulus!!

Rasa bahagia akan kelulusan hari ini hanyut tenggelam keesokan harinya, saat matahari muncul langsung saja terngiang dalam pikiran:
Sekarang sudah sarjana, harus ke mana diri ini berlabuh?Kuliah lagi atau langsung nyari kerja? 
Goyang-goyang kaki aja ah, iya bila kamu anak raja minyak Arab atau anak semata wayang Bill Gate 
*Bingung sampai Yajud dan Majuj muncul*
Dilema besar dimulai, bila dilakukan survei kecil-kecil terhadap begitu banyak para Freshgraduate bingung menentukan masa depan. Ingin berkuliah lagi mengingat usia masih muda, ada sumber pendanaan, dan pintar di bidang akademik. 

Mau segera melamar dan bekerja di perusahaan bergengsi, mau berwirausaha, serta jalur terakhir yakni pengen nikah aja biar ada yang tanggungin. Iya... yang menanggung adalah orang tuanya sedangkan anaknya modal doa aja. *Anak durhaka*

Itu semua kembali ke pilihan hati masing-masing dan tanyakan dan jawablah secara diplomatis. Nah di sini penulis mau bahas apa saja yang paling dibutuhkan saat ini, lanjut kuliahkah atau langsung kerjakah? Atau langsung nikah (biasa wanita) sedangkan kaum lelaki andai nekat bisa-bisa bikin anak orang jadi rajin puasa karena ngga ada makanan. Hehehe..

Dikatakan sukses, cepat dapat kerja atau paling tinggi sekolahnya?
Punya banyak titel gelar yang panjang dan jebolan kampus ternama dalam maupun luar negeri sebuah prestasi tersendiri. Apalagi bila dulu menganggap mengenyam pendidikan tinggi adalah mimpimu semata.

Mempertaruhkan waktu dan masa muda buat mewujudkan mimpi termasuk kuliah setinggi-tingginya. Ilmu yang didapatkan begitu berharga kelak bisa sangat bermanfaat buat lingkunganmu, bukan cuma ingin dipandang lebih karena gelar.

Mendapatkan gelar di bidang akademik adalah impian kamu utama berarti itu adalah tingkat suksesmu. Sama halnya cepat mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan, semua ilmu tak hanya didapatkan dari bangku perkuliahan tapi di dunia kerja banyak ilmu bisa segera diaplikasikan. Pekerjaan atau usaha yang kamu  kerjakan secara giat, berkembang dan mampu mempekerjakan orang lain. Itu pun tingkat sukses.
Karena level sukses seeorang bukan hanya diri sendiri yang menilai tapi sekitar terhadap apa yang kamu perbuat
Memang gelar itu penting atau duit lebih penting?
Keduanya adalah faktor penting apakah itu uang dan gelar yang dibutuhkan, dengan adanya uang terutama hasil bekerja kamu bisa memudahkan apa yang tak ingin kamu inginkan dan saat kamu punya gelar prestise misalnya gelar akademisimu, itu juga memudahkan kamu kelak.
Memang uang tidak bisa membeli segala kebahagiaan tapi uang salah satu memudahkan mendapatkan kebahagiaan, memang gelar tak menjamin mencerahkan masa depanmu tapi salah satu cara memudahkan masa depan yang cerah
Apa bedanya orang pernah kuliah atau hanya sebatas jebolan SMA?
Pertanyaan ini pernah teman penuli yang hanya menamatkan hingga SMA dan dia bertanya, apa perbedaan mendasar hanya mengenyam hingga SMA dan perguruan tinggi yakni berpikir secara rasional, menyampaikan aspirasi secara rasional serta punya sifat taat asas untuk perubahan.

Memang kesuksesan bukan hanya sejauh mana mengenyam pendidikan tapi seberapa keras usaha yang dilakukan. Tamatan SMA hanya membentuk pola pikir dan minat sedangkan kuliah mampu mengembang pola pikir termasuk kembali melanjutkan kuliah ke jenjang lebih tinggi.
Pilihan Sulit?
Alasan mau segera kerja?
Di usia yang sangat muda dan semangat yang membara karena setelah menyelesai kuliah. Lulusan muda yang terjun ke dunia kerja sedini mungkin untuk punya pengalaman seabrek karena tujuan utama buat nyari kerja layak dan bayar yang memuaskan. 

Mencari kerja jadi cara paling cepat mengakhiri beban keuangan yang semakin membengkak dengan pertambahan umur serta bisa sedikit lebih mandiri.

Dalam pekerjaan ngga menjamin tinggi rendahnya gelar tapi pengalaman dan komunikasi yang baik jadi patokan. Makanya alasan kuat ini yang mendorong anak muda memperbanyak pengalaman sehingga makan asam garam di dunia kerja.

Kendala terberat?
Mau nyari kerja tapi terhalang persyaratan harus berpengalaman 2 tahun, kadang ada yang 5 tahun, usia maksimal 23, tinggi minimal 165 cm terutama bagi pria, berpenampilan menarik, dan bisa bekerja di bawah tekanan. 

Itu mau nyari pekerjaan apa mau seleksi pemain bola berbakat sih?
Sangking ketatnya, ibarat Skinny Jeans ABG naik motor boncengan berjamaah.

Andai yang melamar pekerjaan sudah IPK anjlok, mukanya absurd, pendek dan ini pengalaman pertamanya bekerja?
Walaupun perusahaan punya standar tertentu, yang ngga mencukupi kriteria harus sabar mana tau bisa terjun ke dunia wirausaha dan bila ngga ada jalan lain lebih baik tunggu undangan dari malaikat maut menjemput. 

Sudah syaratnya ketat, gajinya juga ngga sesuai seperti yang diidam-idamkan. Sebagai pekerja pemula pentingkan pengalaman bukan gaji serta turunkan gengsi.

Alasan mau kuliah?
Beragam alasan mendasar menyatakan ingin kuliah lagi, seperti usia yang masih muda walaupun bertampang tua, pikiran masih segar, malas lama menganggur, jebolan S1 sudah terlalu umum, hingga bisa jalan-jalan bila kuliah di luar daerah hingga ke luar negeri. Apalagi banyak tawaran beasiswa, jadi kesempatan berharga yang terlalu mubazir bila dilewatkan.

Tujuan memilih kuliah kembali dikarenakan melihat persaingan kerja yang begitu ketat, bila menarik ke arah belakang terjadi pengerucutan standar pendidikan. Di mulai dari sekolah dasar yang jumlah paling banyak peminatnya, sedikit berkurang saat menginjak SMP dan SMA karena butuh seleksi ketat dan biaya tinggi

Berlanjut ke perguruan tinggi, ngga semua mampu mendapatkan kursi apalagi kampus ber-plat negeri punya daya saing tinggi dalam persaingan tingkat global. Pengerucutan berlanjut andai melanjutkan kuliah ke jenjang Magister atau Doktor, itulah yang mendorong pemikiran untuk pelarian melanjutkan studi lanjutan dan berharap dengan pengerucutan itu kelak mudah dapat pekerjaan lebih layak.

Jadi mana yang lebih baik?
Semua ada sisi baik dan buruknya, terutama sekali melihat peluang. Bila ada tawaran beasiswa menjanjikan dan jurusan kamu sebelumnya minim akan jenjang magister lebih baik mengambil kuliah serta menjamin rencana yang jelas di masa depan.  

Saat banyak lowongan pekerjaan yang menanti, ada baiknya bekerja saja dahulu sekalian memperbanyak daftar CV kelak. Pengalaman itu membuat kita kuat serta diperhitungkan tempat kerja baru kelak.

Kenapa kuliah lagi identik dengan dosen?
Masih muda, niat kuliah lagi, kutu buku dan di waktu kuliah dekat dengan dosen. Fix... selesai melanjutkan kuliah pasti jadi dosen?  Anggapan itu banyak terjadi apalagi dunia kampus dan kerja sangat berbeda. 

Dunia kerja semuanya  lebih mengarahkan pada IPK (indeks pendapatan kumulatif) bukan indeks prestasi akademik. Itulah sebabnya banyak freshgraduate yang mengandalkan IPK tinggi buat melamar kerja cenderung ditolak perusahaan. Walaupun IPK tinggi membantu lewat tahap seleksi administrasi saat melamar pekerjaan tapi itu bukan syarat utama.

Karena merasa banyak ditolak, yang punya IPK tinggi melanjutkan kuliahnya lagi melalui tawaran beasiswa. Pemberi beasiswa umumnya mengharuskan mengabdi ke daerah seperti sebagai pendidik, bagi freshgraduate ini adalah berkah sekalian bisa keluar daerah hingga ke luar negeri gratis dan ngga nganggur. Dan menjadi pendidik (read: dosen) adalah salah satu tugas mulia.

Mau kuliah tapi dana terbatas dan setelah itu makin bingung harus ke mana?
Melanjutkan kuliah bila dipikir-pikir butuh dana yang besar, di saat kebutuhan meningkat seiring pertambahan umur, tak ada pendapatan penghasilan sampingan dan hanya mengandalkan kiriman dari orang tua semata. 

Andai ada donatur (beasiswa) yang membiayai biaya kuliah bisa sedikit meringankan apalagi biaya kuliah saat ini cukup mahal. Andai setelah tamat kuliah masih ngga tau harus ke mana dan biaya pribadi banyak habis tapi malah tetap nganggur?

Andai dapat kerja dan gajimu malah level sarjana sedangkan kamu magister, nyesek ngga? Pikirkan kembali matang-matang!!!
Bisakah kuliah sambil kerja?
Ini ide yang baik, tapi pengalaman  kuliah dan kerja yang dilakukan secara bersama terasa kurang efektif apalagi yang paling sulit membagi waktu dan pikiran. Cukup banyak energi yang terkuras dan ada salah satu yang terabaikan. Pengalaman ini banyak terjadi pada PNS dan karyawan yang ingin berkuliah lagi untuk mendapatkan pangkat (golongan) yang lebih tinggi.

Ada baiknya kuliahnya yang dijalani, kamu dapat bekerja yang menjamin hidup kamu ke depan. Uang biaya pribadi atau beasiswa mampu menolong kamu menjalani hidup walaupun belum punya pekerjaan tetap atau pekerjaan kamu haru ditinggalkan sementara karena masa studi. 

Mau kuliah lagi atau langsung kerja kembali ke keinginan dan kebutuhan masing-masing, di situ makna kebutuhan dan keinginan sangat bergejolak. Buat dan kelompokkan mana yang menjadi sangat penting dan ngga penting dan apakah itu pilihan terbaik dan ingatlah, semua masa depan kita yang buat.

Karena yang menilai hebat bukan kuliah yang tinggi dan bukan kerjaan yang bikin mapan tapi yang berguna dan bermanfaat dalam masyarakat. Itu kunci bahwa nilai tambah bahwa kamu berharga.

Bila ada tambahan pendapat bisa share di bawah, semoga tulisan ini bermanfaat!
Share:

3 comments:

  1. Cieeee calon PM :D
    Kuliah untuk membantu impian orang lain terwujud? :D jangan deh kayagnya.

    Pokoknya kuliah ato kerja yang penting berbagi biar kita kaya terus.

    Why we are not rich? Who said we are not rich? Being rich os not how much you have but how much you give. When you give you are happier :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena mengenyam pendidikan atau bekerja adalah proses mendewasakan manusia berasaskan tanggung jawab akan apa yang ia kerjakan

      Delete
  2. Cieeee calon PM :D
    Kuliah untuk membantu impian orang lain terwujud? :D jangan deh kayagnya.

    Pokoknya kuliah ato kerja yang penting berbagi biar kita kaya terus.

    Why we are not rich? Who said we are not rich? Being rich os not how much you have but how much you give. When you give you are happier :)

    ReplyDelete

ROG Phone 8

Kenalan Blogger

My photo
Blogger & Part Time Writer EDM Observer

Part of EcoBlogger Squad

Part of EcoBlogger Squad