Tahun 2024 menjadi lembaran baru, tahun di mana saya
mencoba belajar bela diri dan mimpi saya sebagai petinju. Sejak kecil saya
sangat terobsesi sebagai petinju karena bagi saya olahraga ini menantang. Tiap
minggu pagi di rumah sudah dihiasi oleh tontonan kakek dan paman saya yang saat
itu prime time menonton kartun pagi.
Saat itulah saya berebut remote tv dengan paman hingga kakek karena mereka menonton tinju. Ada banyak pertandingan besar tinju kala itu, bagi anak kecil itu bukanlah sesuatu yang seru. Hanya dua orang pria tegap keringatan yang tidak memakai baju saling melempar pukulan satu sama lain. Siapa yang paling kuat bertahan sampai akhir ronde sebelum roboh atau nantinya dihentikan oleh wasit.
Saya bertanya di dalam hati, apa sih yang menarik dari
kedua orang saling beradu pukulan. Sampai akhirnya di usia dewasa saya paham
sepenuhnya, bahwa tinju adalah olahraga yang melatih banyak hal. Ketangkasan,
daya tahan tubuh, strategi taktik hingga teknik dibungkus dalam pertarungan dan
tentu saja gengsi besar di dalamnya.
Perlahan nostalgia masa kecil tersebut membuat saya sama
atas apa yang paman dan kakek saya tonton dahulu. Kenapa sih mereka menonton
tinju dan akhirnya terjawab bahwa, tinju seakan melampiaskan hasrat para lelaki
paru baya. Seakan ia membawa emosi yang sama atas siapa yang ia dukung, membuat
olahraga baku hantam tetap hidup sepanjang masa.
Sejak memasuki usia remaja, barulah saya tertarik dengan
olahraga serupa. Tapi itu hanya sebatas menonton di layar kaca, tak ada akses
ke sasana atau komunitas yang mendukung. Alhasil mimpi besar untuk berlatih
tinju selalu saja urung. Sampai akhirnya di tahun 2024 saya kenal dengan
komunitas tinju dan tahu sejumlah sasana.
Untuk memulainya bisa dibilang sudah telat karena pas
memasuki usia kepala tiga. Bahkan bisa dibilang sangat telat karena umumnya
sudah menjadi atlet dan berlatih lama. Tapi niat utama saya tentu saja bisa dan
paham tinju, untuk tahap jadi atlet dirasa sudah jauh dari kata telat kecuali
level amatir.
Perkenalan datang ke sasana dimulai dari Agustus 2024,
saya sering datang ke sana dan melihat-lihat teman-teman kamp latihan. Di sana
saya kenal dengan sejumlah pelatih kenamaan, saya diajarkan sejumlah teknik
dasar yang bisa menjadi fondasi awal tinju. Memang sebelumnya saya pernah
belajar sejumlah bela diri, mulai dari taekwondo, jujuitsu, hingga karate.
Tapi tinju beda karena murni mengandalkan tangan dan
footwork. Seakan saya belajar ilmu bela diri yang sangat beda dan di usia yang
tergolong tua harus memulai dari awal. Baiklah...tapi semua itu bisa dicoba dan
tentunya jadi tantangan baru atas ilmu bela diri baru yang saya pelajari.
Bermodalkan memukul samsak tentu terasa seperti atlet
profesional. Sebagai pemula saya pun memakai tangan kosong (Bare) dalam aksi
tersebut. Hasilnya tentu saja tangan saya lecet-lecet parah, bahkan pergelangan
terkilir parah karena samsak yang keras dan padat bertemu tulang yang lunak.
Apalagi saat kondisi samsak bergerak tak beraturan, cedera makin tak bisa
terhindarkan.
Lalu pelatih menyarankan satu hal yakni membeli handwrap,
ini merupakan pelindung tangan yang cukup efektif melindungi tangan dari cedera
lecet. Saya pun membelinya karena ini awal bahwa serius di dunia tinju. Memang
terasa ada perbedaan namun tak signifikan, tangan jadi lebih terlindung
meskipun masih bisa lecet dan bisa cedera bila memukul terlalu kuat.
Saya akhirnya memberanikan diri untuk membeli sarung,
tetapi itu masih sarung MMA. Jelas sarung MMA ukurannya tipis dan tak menutup
sepenuhnya tangan. Selain itu sudah kebiasaan menggunakan sarung MMA jelas akan
kelelahan saat menggunakan sarung tinju. Apalagi ukuran sarung tinju lebih
tebal dan kompleks.
Akhirnya saya memberanikan diri membeli sarung tinju,
bermodalkan membeli sarung tinju bekas orang sasana yang tidak lagi dipakai. Harganya
terjangkau, barulah di sini saya merasakan memakai sarung tinju sebenarnya.
Sebelumnya hanya pakai punya orang kamp, jelas sangat tidak nyaman.
Makanya kita harus punya sarung tinju, ia hampir sama
dengan kalian punya sepatu bola. Ngga bakalan harus berbagi karena sarung tinju
itu gampang sekali bau, bisa dibayangkan dipakai banyak orang. Keringat akan
menumpuk dan baunya bisa ngga bakalan hilang lama nempel di tangan.
Pakai sarung tinju harus ada kombinasi dengan handwrap,
ibarat pakai sepatu. Selain melindungi tangan, tetapi juga membuat sarung
tangan tidak bau dan tangan tidak cepat keringatan. Artinya ini kombinasi yang
tepat banget. Jadinya harus bawa keduanya biar latihan jadi optimal dan tentu
saja kita tak mau tangan cedera hanya karena lupa salah satunya.
Tak Pakai Sarung Tinju, Tangan Bisa Cedera
Bicara urusan perlindungan, pakai sarung tangan itu
sangat melindungi tangan dari cedera hingga patah tangan. Sebab tangan kita
tidak didesain untuk memukul melainkan untuk menggenggam dan pukulan ke bagian
keras lawan sangat rawan membuat cedera. Jadi jangan melihat pertarungan
jalanan dengan tangan bisa membuat lawan cedera, malahan tangan kita bisa
dibebat lama karena cedera.
Mari kita perhatikan tangan kita sejenak. Terlihat kokoh
bukan? Mampu mengangkat beban berat, mengetik, dan melakukan berbagai
aktivitas. Namun, tahukah kamu bahwa tangan manusia sebenarnya sangat rentan,
terutama ketika digunakan untuk memukul benda keras?
Tangan kita terdiri dari 27 tulang kecil yang saling
terhubung membentuk struktur kompleks. Sebagian besar tulang ini berukuran
tipis dan rapuh. Ada metacarpal bones (tulang telapak tangan), carpal
bones (tulang pergelangan), dan knuckles (buku jari) yang seringkali
menjadi bagian pertama yang mengalami cedera ketika kita salah memukul.
Ketika memukul samsak atau lawan sparring tanpa
perlindungan, seluruh kekuatan benturan langsung ditransmisikan ke
tulang-tulang kecil tersebut. Karena tulang-tulang ini tidak dirancang untuk
menerima dampak yang berulang dengan intensitas tinggi, risiko terjadinya fracture
(retak), dislokasi, atau bahkan patah tulang menjadi sangat tinggi.
Sarung tinju berfungsi sebagai shock absorber yang
menyerap sebagian besar benturan sebelum mencapai tangan kita. Dengan demikian,
tulang, tendon, dan ligamen tetap terlindungi meskipun kita memukul dengan
kekuatan penuh.
Saya memiliki kenalan yang sangat meremehkan pentingnya safety
gear. Dia berpikir bahwa menggunakan hand wrap saja sudah cukup,
tanpa perlu sarung tinju. Minggu pertama memang tampak baik-baik saja. Minggu
kedua mulai terasa pegal. Namun memasuki minggu ketiga, tangannya bengkak parah
dan harus berkonsultasi dengan dokter.
Diagnosisnya adalah boxer's fracture alias cedera patah
tulang metacarpal yang umum terjadi pada orang yang memukul tanpa
proteksi memadai. Ia harus menggunakan gips selama 6 minggu dan tidak dapat
berlatih sama sekali. Biaya medis yang dikeluarkan mencapai jutaan rupiah.
Padahal, investasi untuk sarung tinju berkualitas hanya memerlukan beberapa
ratus ribu rupiah.
Pengalaman ini mengajarkan bahwa pencegahan selalu lebih
baik daripada pengobatan. Dan adanya sarung tinju seakan jadi proteksi diri
kita, apalagi kita bukan atlet yang semuanya dicover tetapi punya pekerjaan
lainnya di luar sana yang tak ada hubungannya dengan tinju. Jadi lindungi
tangan kamu dengan memakai sarung tinju.
Betapa Krusialnya punya Sarung Tinju Bagi Saya
Bicara urusan latihan, punya sarung tinju itu buat
kualitas latihan jadi meningkat drastis. Bayangkan sedang mempelajari kombinasi
pukulan baru dengan antusias, namun setelah 15 menit tangan sudah terasa pegal
dan perih. Kita terpaksa harus berhenti. Momentum latihan hilang, dan progress
terhambat.
Punya sarung tinju yang tepat, kita dapat berlatih selama
1-2 jam tanpa gangguan. Kita bisa fokus pada teknik, footwork, pernapasan, dan
aspek-aspek penting lainnya tanpa terganggu rasa sakit. Hasil latihan menjadi
jauh lebih efektif dan efisien.
Selain itu, konsistensi latihan tanpa interupsi cedera
memungkinkan skill berkembang lebih cepat. Penguasaan teknik dapat dicapai
dengan lebih baik karena muscle memory terbentuk melalui repetisi yang
konsisten dan berkualitas.
Sedangkan dengan tangan kosong, ia terlihat powerfull
sekali dalam beberapa menit awal. Tapi setelahnya tangan merasa pegal, capek,
lecet, dan terakhir berakhir dengan cedera. Makanya punya sarung tinju buat
kualitas skill meningkat dan pukulan jadi lebih terarah.
Selain itu juga, Sarung tinju tidak hanya melindungi
kita, tetapi juga melindungi lawan sparring atau training partner. Hal paling
bahaya tentu saja insiden terkait colok mata, atau hal lain yang mencederai
teman sparring kita. Tanpa teman sparring, latihan kita jadi sia-sia karena tak
ada yang jadi partner kita lagi. Sarung tinju ukuran tertentu bisa dipakai dan
wujud melindungi teman-teman kita.
Sarung tinju membuat distribusi kekuatan pukulan menjadi
lebih merata. Alih-alih semua tenaga terkonsentrasi pada satu titik kecil (buku
jari), kekuatan tersebar di area yang lebih luas. Hal ini membuat sparring
menjadi lebih aman dan menyenangkan untuk semua pihak.
Urusan teknik juga terus meningkat berkat kita punya
sarung tinju. Ini karena tinju menambah beban pada tangan kita. Kita menjadi
lebih sadar akan posisi tangan, cara mengepal yang benar, dan alignment
pergelangan tangan. Jika memukul dengan posisi yang salah menggunakan sarung
tinju, kita akan segera merasakan ketidaknyamanan atau bahkan risiko cedera.
Adanya sarung tinju "memaksa" kita untuk
memukul dengan teknik yang benar. Kita belajar cara melakukan land punches
dengan proper form, cara memosisikan pergelangan tangan agar tidak
sprain, dan cara memaksimalkan power tanpa mengorbankan keselamatan.
Tambahan beban dari sarung tinju juga melatih kekuatan
tangan kita seakan ia mirip dengan resistance training. Sehingga ketika
suatu saat harus defend diri dalam situasi nyata tanpa sarung tinju, tangan
kita sudah jauh lebih cepat dan bertenaga.
Terakhir menurut saya tentu saja urusan kebersihan dan
kesehatan. Jika memukul samsak atau heavy bag tanpa sarung tinju, kulit tangan
dapat lecet atau luka. Luka terbuka di lingkungan gym yang digunakan
bersama-sama meningkatkan risiko infeksi.
Gym adalah tempat banyak orang berkeringat. Equipment
digunakan oleh puluhan bahkan ratusan orang setiap harinya. Meskipun gym rajin
membersihkan, tetap ada risiko kontaminasi bakteri atau jamur. Selain itu, sarung
tinju dan hand wrap berfungsi sebagai barrier antara kulit kita dengan
equipment yang berpotensi terkontaminasi. Kita menjadi lebih terlindungi dari infeksi
kulit atau masalah kesehatan lainnya.
Serta pakai sarung tinju sendiri dan anggap saja ia
sebagai sepatu yang hanya bisa digunakan oleh satu orang saja. Selain itu juga,
sarung tinju gampang menghasilkan keringat berlebih. Pastikan perawatannya
benar dan jelas agar terhindar dari bau menyengat. Ada cara tertentu merawat
sarung tinju dan akan saya bahas di bawah nantinya.
Punya sarung tinju: Artinya Investasi
Harga sarung tinju beragam, ada yang murahan yang tidak
sampai ratusan ribu, jutaan, hingga puluhan juga. Makin mahal jelas kualitas
dan bahan yang digunakan jauh lebih bagus serta tentu saja lebih tahan lama.
Jadi bagi saya kalau sudah serius, kenapa harus ditahan-tahan dengan membeli
yang murah yang gampang rusak. Sekalian saja yang beli agak mahal dikit agar
tahan lama, kalau duitnya masih kurang sebaiknya ditabung dulu.
Kita hanya perlu membeli sekali, dan dengan perawatan
yang baik, sarung tinju dapat bertahan selama bertahun-tahun. Bandingkan dengan
biaya pengobatan jika tangan mengalami cedera: biaya konsultasi dokter, x-ray,
obat-obatan, fisioterapi, belum lagi kehilangan produktivitas jika tidak dapat
bekerja. Jelas jauh lebih mahal.
Selain itu, memiliki sarung tinju sendiri memungkinkan
kita berlatih kapan saja. Tidak perlu bergantung pada equipment gym yang
mungkin tidak higienis atau ukurannya tidak sesuai. Kita memiliki kontrol penuh
atas kebersihan dan kualitas perlengkapan kita.
Saya pribadi pertama hanya memiliki satu sarung tangan
saja, tapi mengingat tinju punya beragam jenis sarung tinju akhirnya saya
mengoleksinya dari berbagai model. Alasan karena setiap jenis latihan punya
sejumlah sarung tinju dan itu disesuaikan dengan keinginan. Artinya bukan hanya
satu model, ada banyak model dan kebutuhan latihan yang hari itu kita jalani.
Apakah itu buat samsak, sparring, padding hingga pertandingan.
Selain itu, kadang punya sarung tangan punya nilai
investasi. Bagi saya ini buat kategori yang kolektor. Ada merek dan model
tertentu yang langka banget, saat kita beli susahnya minta ampun. Lalu setelah
kita mendapatkannya, nilai jualnya akan terbang. Ada sejumlah merek seperti
Winning, Di nario, hingga Grant punya nilai jual seperti itu.
Memiliki sarung tinju bagi saya bukan sekadar soal alat
latihan, tapi juga simbol komitmen. Setiap kali saya mengenakannya, ada
perasaan tanggung jawab terhadap proses yang saya jalani. Ia menjadi saksi
setiap tetes keringat, rasa frustrasi, hingga kemajuan kecil yang kadang tak
terlihat orang lain.
Maka ketika saya bilang sarung tinju itu investasi, bukan
hanya soal uang. Tapi investasi pada diri sendiri: pada disiplin, konsistensi,
dan semangat untuk terus bertumbuh di atas ring kehidupan.
Panduan Lengkap Memilih dan Merawat Sarung Tinju
Setelah memahami pentingnya sarung tinju, langkah
selanjutnya adalah mengetahui cara memilih yang tepat dan merawatnya agar
investasi kita tidak sia-sia. Apalagi kita beli pakai uang sendiri, kecuali
kalian atlet jelas akan dapat sarung tangan gratis dari pihak komite atau
bahkan kalau terkenal kalian dapat endorse dari sejumlah merek sarung tangan.
Bila bukan keduanya, jelas kita beli pakai uang sendiri.
Rasanya nasib sarung tangan akan berakhir sia-sia bila tidak dirawat. Ia akan
gampang bau, rusak serta ngelupas, hingga berjamur. Kita beli nilainya jutaan
seakan jadi barang bekas karena tidak dirawat. Makanya menurut saya perawatan
sarung tinju itu lebih sensitif dari sepatu. Ia harus dirawat sedemikian rupa,
terutama setelah dipakai atau tidak dipakai dalam waktu lama.
Musuh utama dalam sarung tinju bagi saya adalah lembab,
dalam sekejap ia akan cepat rusak. Makanya hindari dari lembab setelah
pemakaian atau ruangan penyimpanannya sangat lembab. Kelembapan adalah biang
dari segala masalah seperti bau, jamur, bahkan kerusakan material. Karena itu,
langkah pertama dalam perawatan sarung tinju adalah memastikan ia selalu kering
dan memiliki sirkulasi udara yang baik.
Setelah latihan, jangan langsung dimasukkan ke tas. Lap
bagian dalam dan luar, lalu angin-anginkan hingga benar-benar kering sebelum
disimpan. Bila kita melakukan tahapan ini, kita bukan hanya memperpanjang umur
sarung tinju, tapi juga menjaga kualitas latihan tetap nyaman dan higienis
setiap kali digunakan.
Selain itu, merawat sarung tinju juga mencerminkan
kedisiplinan diri. Sama seperti kita disiplin berlatih, kita pun harus disiplin
menjaga perlengkapan yang menopang latihan itu sendiri. Sarung tinju yang
terawat baik memberi rasa percaya diri dan kebanggaan tersendiri saat
memakainya. Ada rasa puas ketika tahu bahwa alat yang kita rawat dengan telaten
tetap kuat menemani setiap pukulan, setiap sesi latihan, dan setiap kemajuan
kecil yang kita capai di atas ring.
Bagaimana cara Menentukan Ukuran Sarung Tinju
Ukuran sarung tinju diukur dalam satuan ounce (oz) dan
berkisar dari 6 oz hingga 18 oz. Pemilihan ukuran sangat bergantung pada dua
faktor utama: berat badan dan tujuan latihan. Sebagai contoh berat saya saat
ini adalah 72 kg. ukuran sarung tinju yang ideal berada di kisaran 14 oz
hingga 16 oz, tergantung apakah digunakan untuk latihan samsak, sparring,
atau sekadar latihan teknik ringan.
Ukuran ini memberi keseimbangan antara perlindungan,
kenyamanan, dan beban yang pas saat berlatih. Namun, ukuran sarung tinju tidak
selalu soal angka semata, melainkan juga soal rasa nyaman dan tujuan latihan.
Kadang ada perbedaan kecil antara merek satu dengan lainnya. ada yang terasa
lebih longgar, ada pula yang lebih padat di bagian padding.
Sebab saya merasakan hal tersebut, jadi makanya harus
mencoba dulu meskipun di lokasi kita tinggal tidak tersedia tokonya dan
mengharuskan membeli sarung online. Jadi tanyakan pada pemilik online karena
salah beli sarung tinju fatal banget, kita sangat rugi apalagi kalo kekecilan.
Jelas penting untuk mencoba terlebih dahulu sebelum
membeli, terutama jika kamu sering berlatih dalam durasi panjang. Sarung tinju
yang terlalu ringan memang terasa cepat dan lincah, tapi perlindungannya
berkurang.
Sebaliknya, sarung yang terlalu berat bisa membuat tangan
cepat lelah, terutama bagi pemula. Jadi, menemukan ukuran yang pas adalah
tentang mencari titik seimbang antara keamanan, kenyamanan, dan gaya latihan
pribadi.
Buat yang belum tahu, sarung tinju banyak tipenya. Pertama,
ada sarung tinju yang khusus digunakan untuk latihan samsak (bag training).
Jenis ini biasanya memiliki padding yang lebih padat dan tahan benturan karena
dirancang untuk menahan pukulan keras berulang kali ke permukaan keras seperti heavy
bag atau punching pad.
Kedua ada sarung tinju yang dikhususkan buat
sparring, umumnya lebih tebal dan empuk karena tujuannya bukan untuk melatih
kekuatan pukulan, melainkan keamanan saat berlatih dengan partner. Jenis ini
membantu meminimalkan risiko cedera, baik untuk diri sendiri maupun lawan
latih. Sifatnya serbaguna bisa digunakan untuk latihan teknik, mitt work,
hingga pukulan ringan ke samsak. Bagi mereka yang sudah berada di level
kompetisi,
Terakhir yaitu competition gloves, yang bobot dan
bentuknya sudah diatur sesuai standar pertandingan resmi. Sarung tinju ini biasanya lebih ringan
dibanding tipe latihan agar pukulan terasa lebih cepat dan tajam. Selain itu,
desainnya dibuat presisi untuk menjaga keseimbangan antara kekuatan, kecepatan,
dan keamanan selama bertanding di atas ring.
Jadi, sebelum membeli, penting untuk tahu dulu jenis
latihan apa yang paling sering kamu lakukan agar pilihan sarung tinju
benar-benar sesuai kebutuhan. Kalo saya pribadi lebih sering menggunakan
sparring training glove sebab untuk kompetisi biasanya disediakan oleh pihak
penyelenggara. Misalny merk Wessing atau Adidas AIBA.
Yuk kenalan sama Jenis Sarung Tinju
Tidak semua sarung tinju diciptakan sama. Setiap jenis
dirancang untuk kebutuhan spesifik, dan memahami perbedaannya akan membantu
kamu membuat pilihan yang tepat. Faktanya, setiap negara punya gaya, karakter,
bahkan filosofi berbeda dalam merancang sarung tinju.
Mulai dari ring Thailand sampai arena Amerika, setiap
desain lahir dari kebutuhan dan gaya bertarung khas masing-masing budaya. Setau
saya, ada banyak jenis sarung tinju dan kadang cocok atau tidak dengan style
kamu. Saya coba rangkum sejumlah jenis sarung tinju di dunia buat yang belum
tahu.
Pertama ada Thai Style Gloves, Gaya sarung tinju asal
Thailand ini lahir dari dunia Muay Thai, seni bela diri yang mengandalkan
seluruh anggota tubuh sebagai senjata: tangan, kaki, siku, dan lutut. Nah
sarung tinju khas Thai style gloves dibuat dengan padding tebal merata di
seluruh sisi dan cuff pendek untuk memberi fleksibilitas ekstra pada
pergelangan tangan.
Desain ini membuat kamu leluasa melakukan clinch,
menangkis, atau memblok serangan lawan tanpa kehilangan kenyamanan. Teksturnya
juga cenderung empuk sehingga cocok untuk latihan intensif yang melibatkan
banyak kontak tubuh. Kalau kamu latihan Muay Thai atau kickboxing, model
ini adalah pilihan paling pas.
Kedua ada Meixan Style Gloves, Ini tipe yang saya suka,
ia punya ciri khas bentuk ramping, padding tipis di bagian buku jari, dan
lilitan pergelangan yang ketat. Tujuannya? Agar pukulan terasa lebih langsung,
tajam, dan sangat menusuk kalau kena ke lawan. Sebab distribusi energi pas di
kepalan tangan kita.
Model ini diciptakan untuk petinju dengan gaya menyerang
cepat dan agresif. Karena padding-nya lebih padat dan fokus di area depan,
pukulan terasa lebih kuat dan presisi. Tapi, tentu saja, kamu harus punya
teknik dasar yang baik agar tidak cedera. Cocok buat kamu yang suka gaya
bertarung eksplosif dan penuh tenaga seperti petinju legendaris Meksiko, Julio
César Chávez dan kalau sekarang ada Canelo Alvarez.
Selain itu banyak sarung tinju buatan Mexico jempolan
banget buat saya pribadi. Misalnya saja ada Merek Cleto Reyes yang melegenda,
ada Cleto Reyes, Title, Casanova, dan Tentu saja sarung tinju punya Canelo
yakni No. Boxing No. Life.
Ketiga ada American Style Gloves, Ini menurut saya sarung
tinju yang memberi keseimbangan antara
perlindungan, kenyamanan, dan daya tahan, maka American style
jawabannya. Desainnya cenderung lebih bulky (tebal), dengan padding merata di
seluruh permukaan tangan. Gaya ini diciptakan untuk mendukung berbagai jenis
latihan — dari bag work, mitt work, hingga sparring.
Kelebihannya ada pada kenyamanan dan kemudahan pemakaian
berkat sistem pengunci velcro strap yang praktis. Banyak pelatih
merekomendasikan tipe ini untuk pemula karena aman, serbaguna, dan mudah
digunakan. Singkatnya, American style gloves adalah “semua bisa”. Jadi
ia cocok untuk latihan rutin tanpa khawatir soal keselamatan tangan.
Merek kenamaan khas amerika sangat banyak, paling sering
tentu saja seperti Everlast, Grant, Sting dan banyak lagi. Karena Amerika
negara yang sangat mendukung tinju, ada banyak merek sana yang berhasil
diekspor ke luar negeri. Saya pribadi punya sejumlah merek amerika pada koleksi
sarung tinju dan tentu saja sangat general karena bentuknya yang serba bisa.
Keempat ada Japanese Style Gloves, Kalau kamu suka
kualitas tinggi dan kenyamanan maksimal, Japanese style gloves seperti
merek legendaris Winning wajib kamu kenal. Gaya Jepang dikenal dengan padding
super lembut tapi protektif, memberikan rasa aman luar biasa saat sparring. Desainnya
elegan, simpel, tapi fungsional khas Jepang banget.
Sarung tinju ini menggunakan kulit premium dengan
finishing presisi, dan jahitannya kuat hingga tahan bertahun-tahun. Banyak
petinju profesional dunia memilih Japanese style gloves karena
perlindungannya luar biasa tanpa mengorbankan kenyamanan. Ideal buat kamu yang
lebih sering sparring intensif dan ingin investasi jangka panjang.
Merek kenamaan jepang banyak banget dan saya belum punya
karena harganya sangat mahal. Paling terkenal tentu saja Winning, Isami, hingga
Hayabusa. Khas jepang empuk sekali dan buat tangan terlindung ekstra, seakan
orang bilang seperti ada bantal di tangan.
Kelima ada Sarung tinju khas European Style Gloves, merek
khas eropa ada banyak dan paling kentara
buatan inggris. Ia punya desain yang kokoh dan struktural, punya cuff lebih
panjang dan kaku, memberikan dukungan maksimal di pergelangan tangan.
Padding-nya agak lebih keras dibandingkan gaya Amerika atau Jepang, tapi sangat
efektif melindungi saat latihan technical sparring.
Model ini mencerminkan gaya bertinju klasik Inggris.
Tampilannya rapi, terukur, dan penuh kontrol. Cocok untuk petinju yang ingin
stabilitas tinggi dan pukulan yang lurus serta efisien. Saya belum pernah coba
tapi punya eropa ciri khasnya masuk. Ada sejumlah merek kenamaan khas sana
seperti Leon yang sangat inggris banget.
Terakhir tentu saja Hybrid Style Gloves, Artinya dia
mengambil beragam jenis merek sejumlah produk lainnya untuk jadi paten
tersendiri. Desainnya biasanya mengambil
fleksibilitas Thai style, presisi Mexican style, dan kenyamanan American style.
Akhirnya lahir sarung tinju yang fleksibel dan modern. Banyak
merek ternama seperti Venum, Hayabusa, dan Fairtex mengembangkan varian hybrid
dengan desain ergonomis, ventilasi udara lebih baik, serta sistem strap yang
kuat tapi praktis. Pastinya modern, dan saya punya merek tersebut, karena punya
desain yang fresh dari sejumlah sarung tinju lainnya.
Jadi cocok di mana?
Bagi saya tergantung pilihan kamu, kalau saya pribadi
sangat menyukai model ala Mexican Style. Bentuknya yang unik dan sangat sarung
tinju membuatnya keren di mata saya, selain itu saya juga punya merek hybrid
glove seperti Fairtex atau Venum. Bahkan yang paling sering orang gunakan yakni
Thai Style ala Twins.
Beli Sarung Tinju, Jangan Lupa Perhatikan Bahan dan
Kualitas
Material sarung tinju sangat mempengaruhi durabilitas dan
kenyamanan. Ada dua jenis material utama yang digunakan: kulit asli dan kulit
sintetis (PU atau vinyl). Sebagai gambaran, Kulit Asli adalah pilihan
premium yang menawarkan durabilitas terbaik. Kulit sapi atau kulit kerbau tidak
mudah retak atau mengelupas, bahkan setelah bertahun-tahun penggunaan intensif.
Kulit asli juga lebih breathable, mengurangi akumulasi kelembaban di dalam
sarung. Namun, harganya memang lebih mahal dan memerlukan perawatan khusus agar
tidak kering dan pecah.
Lalu bagaimana dengan kulit sintetis adalah
alternatif yang lebih ekonomis dan ramah vegan. Teknologi modern telah membuat
kulit sintetis berkualitas tinggi yang cukup tahan lama. Keuntungannya adalah
mudah dibersihkan dan lebih terjangkau. Namun, kulit sintetis cenderung tidak
sebreathable kulit asli dan biasanya akan mulai mengelupas setelah 1-2 tahun
penggunaan intensif.
Selain material luar, perhatikan juga kualitas padding
atau lapisan busa. Sarung tinju berkualitas tinggi menggunakan lapisan busa
multi-density atau multi-layer foam yang mampu menyerap impact dengan efektif
sambil tetap memberikan kenyamanan. Beberapa brand menggunakan teknologi gel
atau memory foam untuk perlindungan optimal.
Kalau saya pilih mana? Kalau gampang dirawat bagusnya
kulit sintetis, sedangkan bila awet lama lebih bagus kulit asli. Ingat kata
yang saya bilang di awal, musuh utama sarung tinju adalah lembab dan paparan
panas berlebih. Kalau terhindar dari kedua hal tersebut, usianya akan panjang.
Yuk Ketahui Lapisan Dalam (Padding) Tinju
Dulu material di dalam sarung tinju terbuat dari bahan
yang aneh yakni diisi dengan bulu kuda asli (horsehair padding).
Tujuannya karena bulu kuda punya daya tahan tinggi, tidak mudah menggumpal, dan
memberikan pukulan yang keras tapi terkontrol. Memang masih digunakan hanya
saja digunakan saat pertandingan tinju
profesional saja.
Selain itu harganya sangat mahal karena harus menggunakan
bulu kuda, akhirnya padding dibuat sejumlah lapisan alternatif. Material bulu
kuda memang memberikan feel pukulan yang “tajam” dan realistis, namun
memiliki kelemahan berupa mudah menyerap keringat, cepat mengeras, dan tidak
mampu menyerap benturan dengan baik setelah lama dipakai. Akibatnya, risiko
cedera meningkat.
Saya pernah menggunakan padding bulu kuda, rasanya
seperti tidak menggunakan sarung tinju, rasanya sakit banget. Kini sebagian
besar sarung tinju modern tidak lagi menggunakan bulu kuda murni, melainkan
busa berlapis (multi-layer foam) atau campuran gel padding.
Kini sudah ada banyak lapisan foam padding yang bisa
digunakan mulai dari multi-layer Foam Padding yang berupa Kombinasi beberapa
lapisan busa dengan kepadatan berbeda. Lapisan luar lebih lembut untuk menyerap
benturan, sementara lapisan dalam lebih padat untuk menjaga struktur. Ini yang
paling umum di sarung tinju modern seperti Everlast, Fairtex, dan RDX.
Ada juga berupa Memory Foam / Latex Foam. Ia menggunakan
busa jenis ini menyesuaikan bentuk tangan dan memberi sensasi empuk saat
memukul. Biasanya digunakan untuk training gloves atau sparring
gloves karena perlindungannya tinggi.
Ada juga versi Gel Padding yang berfungsi sebagai shock
absorber tambahan, menahan getaran benturan agar tidak langsung ke tulang
tangan. Cocok untuk latihan jangka panjang. Bisanya digunakan buat merek sarung
yang hybrid seperti Hayabusa atau Venum.
Nah terakhir tentu saja Horsehair Hybrid biasanya
digunakan buat pertandingan resmi. Padding ini memberi sensasi pukulan keras
dan “tajam” yang disukai petinju profesional, tapi tidak disarankan untuk
sparring. Merek kenamaan yang pakai ini menurut saya ada tiga yakni Cleto
Reyes dan Grant Competition Gloves dan Winning.
Pentingnya Pengikat Sarung Tinju, Pilih Velcro atau Tali
Buat yang belum pernah beli sarung tinju, belinya harus
tanya sama yang sudah ahli karena sarung tinju banyak modelnya dan yang paling
menyesal kalo salah beli. Hal paling sulit tentu saja penguncinya, sebab ada
dua tipe berbeda yakni velcro dan tali.
Sarung tinju modern menggunakan dua sistem pengunci yang
masing-masing memiliki kelebihan. Jadi jangan salah beli, makanya harus kenal
dulu bagaimana tipe dan kebutuhannya. Yuk kenalan dulu:
Velcro Strap ini sih yang paling umum digunakan
untuk latihan. Kamu dapat memakai dan melepaskan sarung dengan mudah tanpa
bantuan orang lain. Sistem velcro juga memungkinkan penyesuaian yang lebih
fleksibel sesuai ukuran pergelangan tangan dan ketebalan hand wrap yang
digunakan. Hampir semua training gloves dan bag gloves menggunakan sistem ini.
Sistem Tali biasanya digunakan untuk pertandingan
atau kompetisi resmi. Sistem ini memerlukan bantuan orang lain (biasanya
cornerman atau coach) untuk mengikat dan melepaskan. Keuntungannya adalah
memberikan kekuatan penguncian yang lebih stabil dan tidak akan mengendur
selama pertandingan. Namun, untuk latihan sehari-hari, sistem ini kurang
praktis.
Kalo salah beli, bayangkan pas tanding malah pakai yang
velcro, sudah pasti sarung tangan akan mudah lepas. Atau bahkan buat latihan
harian dan kalian latihan sendiri, jelas pakai sistem tali tak bakalan bisa
dipakai sendiri. Kalian butuh orang lain untuk mengikatnya, ini bukan sepatu
tetapi sarung tangan kecuali kalian punya 4 tangan.
Beli Sarung Tinju Harus Lihat Pertimbangan Budget dan
Brand
Range harga sarung tinju sangat bervariasi, mulai dari
ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Untuk pemula, tidak perlu langsung membeli
yang paling mahal. Cari sarung tinju dengan harga menengah (sekitar 500 ribu
hingga 1 juta rupiah) dari brand yang memiliki reputasi baik.
Beberapa brand terkenal dalam dunia boxing equipment
seperti Venum, Twins Special, Fairtex, Rival, Winning, dan Cleto Reyes menawarkan
kualitas yang terjamin. Brand lokal Indonesia seperti Hawkeye, Hook Fight Gear,
hingga GNTX menawarkan kualitas bagus dengan harga lebih terjangkau.
Kalo merek lokal saya punya ketiga merek dari Hawkeye,
Hook Fight Gear, dan GNTX. Sedangkan merek luar saya baru punya merek Fairtex
dan Venum. Sedangkan merek seperti Cleto Reyes dan Winning masih sulit
dijangkau oleh kantong.
Hindari membeli sarung tinju terlalu murah (di bawah 200
ribu) karena biasanya kualitas padding dan material sangat buruk, yang justru
membahayakan tanganmu. Apalagi banyak merek KW yang berseliweran di marketplace
toko oren dan toko ijo. Paling sering merek global yang dipalsukan seperti
Everlast, Twins, dan Venum. Harganya jutaan, kalo kalian dapat di bawahnya 500
ribuan jelas itu KW.
Cara Merawat Sarung Tinju
Memiliki sarung tinju berkualitas adalah setengah dari
perjalanan. Setengahnya lagi adalah merawatnya dengan benar agar awet,
higienis, dan tidak berbau. Sebab kalau sudah bau, sarung tinju akan tidak
nyaman digunakan. Nah ada sejumlah cara yang bisa digunakan agar sarung tinju
tetap awet, efeknya latihan dan tanding jadi nyaman.
Pertama yakni keringkan sarung tinju setelah
digunakan. Setelah selesai berlatih, tangan dan sarung pasti basah oleh
keringat. Kelembaban ini adalah musuh utama sarung tinju karena menciptakan
lingkungan ideal untuk pertumbuhan bakteri dan jamur.
Segera setelah selesai berlatih, lepaskan sarung dan lap
bagian luar dan dalam menggunakan kain kering atau handuk kecil. Perhatikan
area lipatan dan sudut-sudut yang sering terlewat. Jangan hanya mengelap
permukaan saja.
Lepaskan tali pengikat atau buka velcro selebar mungkin
agar interior sarung terbuka lebar. Ini memudahkan sirkulasi udara dan
mempercepat proses pengeringan. Angin-anginkan sarung tinju di tempat dengan
ventilasi baik apakah itu dekat jendela, kipas angin, atau bahkan di bawah AC.
Hindari sinar matahari langsung karena dapat membuat material mengering dan
retak.
Beberapa orang menggunakan fan atau pengering sepatu
khusus untuk mempercepat proses. Ini sangat efektif terutama jika kamu tinggal
di daerah lembab atau berlatih setiap hari. Kalo saya pribadi di taruh di
belakang agar besoknya sudah kering.
Kedua yakni hindari menyimpan di dalam tas, kesalahan
paling umum yang dilakukan hampir semua pemula adalah langsung memasukkan
sarung tinju basah ke dalam tas olahraga setelah latihan. Ini adalah resep
sempurna untuk bau tidak sedap dan kerusakan material.
Tas olahraga yang tertutup menciptakan lingkungan lembab
tanpa sirkulasi udara. Bakteri berkembang biak dengan cepat, menghasilkan bau
yang sangat menyengat dan sulit dihilangkan. Material sarung juga akan lebih
cepat rusak karena kelembaban yang terperangkap.
Sebaiknya, bawa sarung tinju keluar dari tas sesampainya
di rumah. Letakkan di rak sepatu, gantung di balkon, atau simpan di area
terbuka dengan ventilasi baik. Biarkan sarung mengering sempurna. Biasanya
memerlukan 6-12 jam tergantung kondisi cuaca—sebelum disimpan kembali.
Jika kamu harus membawa sarung dalam tas untuk waktu lama (misalnya
perjalanan atau di kantor), setidaknya keluarkan sarung dari tas dan biarkan
"bernapas" beberapa jam setelah latihan sebelum dikemas kembali. Biar
baunya tidak kayak bauk ketiak dajjal.
Ketiga, gunakan penghilang bau dan moisture absorber
agar sarung tinju tetap rentan terhadap bau tidak sedap karena akumulasi
keringat dari waktu ke waktu. Ada beberapa solusi efektif untuk masalah ini.
Misalnya saja menggunakan Cedar Wood Balls atau Chips, Baking Soda, Glove
Deodorizer Khusus hingga Silica Gel Packs.
Kalo saya pribadi menggunakan dua cara yakni Glove
Deodorizer Khusus dan Silica Gel Packs. Alasannya kalo Glove Deodorizer
Khusus dan punya harus khas sedangkan Silica Gel Packs untuk mempercepat
pengeringan keringat di dalam sarung tinju.
Lalu yang jangan lupa tentu saja menggunakan hand wrap
saat latihan. Peran hand wrap itu ibarat kaos kaki di sepatu, bayangkan kalian
pakai sepatu mahal tanpa kaos kaki. Jelas sepatu gampang bau dan cepat rusak.
Peran hand wrap hampir serupa selain sebagai proteksi tambahan pada tangan
kita.
Tanpa hand wraps, keringat langsung meresap ke padding
sarung tinju. Seiring waktu, padding akan menjadi basah, lembab, dan berbau. Lalu
hand wraps, sebagian besar keringat terserap oleh wraps yang bisa dicuci secara
regular.
Investasikan pada 2-3 pasang hand wraps berkualitas baik. Cuci hand wraps
setelah setiap 2-3 kali penggunaan menggunakan mesin cuci atau tangan. Jangan
pernah menggunakan hand wraps yang basah atau lembab karena justru akan
memperburuk kondisi sarung tinju. Saya bahkan punya 5 handwrap karena saya
latihan seminggu 5 hari jadi sehari ada 1 handwrap yang saya gunakan.
Sarung Tinju harus Rutin dibersihkan
Meskipun sudah menggunakan hand wraps dan mengeringkan
dengan baik, pembersihan rutin tetap diperlukan untuk menjaga kebersihan
optimal. Mahal-mahal beli sarung tinju tetapi tak dirawat secara optimal.
Hal yang perlu diperhatikan yaitu Bagian Luar dari
sarung tinju. Nah pada tiap 1-2 minggu, lap permukaan luar sarung tinju
dengan kain lembab yang diberi sedikit sabun mild atau leather cleaner (untuk
sarung kulit asli). Pastikan tidak terlalu basah, hanya kain sedikit lembab, Setelah
itu, lap kembali dengan kain kering dan biarkan mengering dengan sempurna.
Lalu pada bagian dalam dari sarung tinju, kamu harus
menggunakan disinfektan spray khusus untuk peralatan olahraga yang dijual di
toko olahraga. Semprotkan tipis-tipis ke seluruh interior sarung. Pastikan angan
terlalu banyak karena akan sulit kering. Saya menggunakan campuran alkohol 70%
dan air (perbandingan 1:1) sebagai alternatif natural.
Biarkan sarung mengering dengan sempurna setelah disemprot
dalam durasi waktu 12-24 jam sebelum digunakan kembali. Proses ini sebaiknya
dilakukan setiap 2-3 minggu tergantung intensitas penggunaan. Biar sarung tinju
kelihatan lebih fresh kembali.
Selain merawat sarung tinju pastikan durasi pakainya
lama, sebab itu pakai uang pribadi kalian. Saya punya sejumlah cara yang bisa
digunakan buat kalian semua agar usianya bisa tahunan bukan bulanan.
Pertama, yakni mengganti atau merotasi sarung tinju. Jika
kamu berlatih hampir setiap hari, pertimbangkan untuk memiliki dua pasang
sarung tinju. Gunakan secara bergantian untuk memberikan waktu setiap sarung
untuk kering sempurna dan bisa beristirahat.
Kedua pastikan tidak kena panas berlebihan, jangan pernah
menggunakan hair dryer atau menjemur sarung di bawah sinar matahari langsung
dengan harapan cepat kering. Panas berlebihan akan membuat material (terutama
kulit) mengering, kaku, dan mudah retak. Padding juga bisa rusak karena panas.
Ketiga, kalian harus simpan sarung tinju di tempat yang
benar dan bebas lembab. Ketika tidak digunakan untuk waktu lama, simpan sarung
di tempat kering dengan suhu ruang. Jangan simpan di tempat yang terlalu panas
atau lembab seperti bagasi mobil atau gudang.
Terakhir yaitu rutin memeriksanya, apakah itu Cek apakah ada jahitan yang
mulai lepas, velcro yang mulai rusak, atau material yang mulai robek. Perbaiki
segera sebelum kerusakan meluas. Jangan malah digas dalam kondisi rusak karena
akan makin parah bagian yang rusak.
Kapan Ganti Sarung Tinju?
Nah sarung tinju memang harus diganti tak hanya karena ingin
update yang baru tetapi juga kondisinya sudah sekarat. Ini perlu sebab sarung
tinju pertama memang bukan sarung tinju idaman kita, makanya ada update
terutama buat yang sudah paham urusan gear ini.
Tapi yang masih punya 1 atau 2 unit saya, ada tanda-tanda
gear kalian harus saatnya ganti seperti faktor berikut. Padding Menipis, jika
kamu mulai merasakan benturan lebih keras saat memukul, atau tangan terasa
sakit setelah latihan singkat, kemungkinan padding sudah menipis dan tidak
efektif lagi.
Lalu juga pada material robek atau mengelupas. Jika
bagian luar sudah mulai robek atau kulit sintetis mengelupas, sarung sudah
tidak layak pakai. Sebab jadi sudah tidak nyaman dan pukulannya terasa kurang
presisi.
Sarung tinju harus dirawat agar tidak bau, namun bila bau
yang Tidak Hilang: Jika meskipun sudah dicuci dan dibersihkan berkali-kali
bau tetap sangat menyengat, bakteri sudah meresap terlalu dalam. Untuk
kesehatan kulitmu, lebih baik ganti sarung baru.
Terakhir tentu saja Velcro tak mengunci dengan baik. Jika
sistem velcro sudah tidak bisa mengunci dengan kuat dan sarung sering terlepas
saat latihan, ini masalah keamanan yang serius. Makanya beli sarung tinju yang
punya velcro awet sebab kala sudah rusak, semuanya jadi sia-sia. Beda dengan
versi tali yang bisa diupdate.
Minimal kalian punya 3 sarung tinju, dua untuk latihan yang digonta-ganti
dan tentu saja satu yang diperuntukkan buat pertandingan. Bila kalian hanya
suka berlatih saja, cukup dua dan pastikan gap antara keduanya tidak jauh agar
sama-sama mendapatkan feel dalam penggunaannya.
Kesimpulan Akhir
Setiap sarung tinju punya cerita. Ada yang menyimpan
keringat pertama saat latihan, ada yang penuh luka dari sparring pertama, ada
pula yang tetap menggantung di dinding sebagai pengingat bahwa semangat itu tak
boleh padam.
Bagi saya, memiliki sarung tinju bukan cuma soal benda,
tapi tentang identitas. Tentang bagaimana saya menghadapi rasa malas, rasa
takut, dan rasa kalah. Ia jadi saksi dari setiap kali saya mencoba bangkit.
Maka, ketika orang bertanya kenapa saya begitu serius memilih dan merawat
sarung tinju, jawabannya sederhana: karena di balik setiap sarung tinju yang
awet, tersimpan ketekunan, disiplin, dan mimpi yang tidak mudah pudar.

0 komentar:
Post a Comment