Monday, February 1, 2021

Sudah Saatnya Kendaraan Listrik Beraksi

 

Lalu lintas jalan raya selama ini penuh dengan kebisingan dan polusi. Jumlah kendaraan makin lama terus saja naik, otomatis pengguna akan merasakan macet, suara bising, dan polusi udara. Rasanya jalan raya ibarat neraka, menjebak setiap orang yang ingin sampai tujuan.

 

Hingga akhirnya gebrakan besar coba dihadirkan, menggantikan mobil bertenaga fosil perlahan-lahan. Gebrakan besar itu datang dari Tesla selaku pelopor mobil listrik di era modern. Saat penggunaan bahan bakar fosil mulai dipertimbangkan kembali karena efisiensinya.

 

Tren itu seakan mulai terangkat kembali sesuai dengan konsep Go Green. Seakan sudah saatnya mobil listrik beraksi dan memberikan bukti. Bila sebelumnya tidak berkembang karena inovasi dan daya jangkau yang mini. Kini perubahan besar membuat ia terdepan dalam teknologi dan ekspansi.

 

Mobil listrik bisa dibilang sudah cukup lama bahkan di akhir abad 18 yang bermodalkan aki dan dinamo penggerak. Namun pamornya mendadak meredup saat penemuan bahan bakar fosil yang dinilai lebih bertenaga dan tahan lama. Setelah itu, kiblat kendaraan beralih sepenuhnya ke kendaraan bertenaga fosil hingga kini.

 

Namun perlahan-lahan pamor energi terbarukan kembali terangkat, teknologi yang sudah siap dan inovasi yang makin berkembang, dan tentu saja ramah lingkungan membuat konsumen mulai tertarik dengan kendaraan listrik.

 

Apalagi jumlah makin menyusut setiap tahunnya, tidak berbarengan dengan jumlah kendaraan yang makin meningkat jumlahnya. Bahan bakar fosil kini dieksploitasi dalam jumlah besar, harganya pun melambung tinggi sehingga dinilai sudah pada akhir masa produksi massal.

 

Harus ada gebrakan baru yang mampu menggerakkan berbagai moda transportasi yang irit dan pastinya ramah lingkungan. Semua itu seakan terjawab dengan konsep mobil listrik. Eranya kini sedang dimulai dalam merevolusi transportasi dunia.

                                        

Mobil Listrik Siap Mengubah Masa Depan

Gebrakan besar mobil listrik hingga akhirnya bisa diproduksi massal datang dari dua orang insinyur. Martin Eberhard dan koleganya Marc Tarpenning di daerah San Carlos USA. Dulunya mobil listrik hanyalah mobil bertorsi rendah dan lebih layak dianggap mobil main.

 

Sebelumnya tak ada mobil listrik yang punya tenaga supercar mampu melesat bak kilat sampai akhirnya Tesla mewujudkannya, bahkan untuk tarikan pertama dalam 0 s/d 100, Tesla bisa mengalahkan supercar kelas wahid sekalipun. Ini membuktikan mobil listrik tidak bisa dipandang sebelah mata lagi.

 

Seakan inovasinya besar mereka mampu melirik seorang pengusaha muda yang telah sukses dengan perusahaannya sebelumnya, Paypal. Kebetulan saat itu Elon sedang mengembangkan wahana luar angkasa bernama SpaceX. Elon Musk dengan kegilaannya seakan tertarik memberikan suntikan dana dan bahkan mengakuisisi Tesla sebagai perusahaan mobil listrik masa depan.

 

Seakan dimulai kembali mobil listrik yang ramah lingkungan dan pastinya listrik kini sudah menjadi energi terbarukan yang mudah didapatkan. Bahkan dari rumah Anda kita sudah dapat menjalankan mobil bertenaga listrik ratusan kilometer yang dicas hanya beberapa jam saja.

 

Persoalannya adalah bagaimana mengubah pola masyarakat dan melawan hegemoni pabrikan mapan yang melekat dengan mesin bertenaga diesel. Seakan mobil listrik tidak kalah berkualitas. Itu pun ditunjukkan dengan meluncurkan mobil listrik yang fenomenal, Tesla Roadster.

 

Kelebihannya adalah hanya butuh sekali pengisian daya dengan jarak hingga 500 km. Mobil listrik pun tidak melakukan pembakaran dalam yang menghasilkan emisi, hasilnya adalah tidak butuh mesin dan tidak ada zat buang yang dihasilkan.

 

Akan ada banyak balapan jet darat tanpa suara atau orang yang menggeber kendaraannya di jalan raya. Suara bising yang mengganggu seakan berkurang. Bila dahulunya perkotaan akrab dengan bisingnya kendaraan dan polusi. Kini di masa depan akan banyak moda yang ramah lingkungan dan minim polusi suara.

 

Kontroversi dan Tantangan Kehadiran Kendaraan Listrik

Sebagai kendaraan yang dianggap punya konsep masa depan, nyatanya mobil listrik juga punya cela dan kontra. Suaranya yang senyap membahayakan pengguna lain saat di jalan raya. Apakah itu para tuna netra dan pengemudi lainnya yang berada di jalan. 

Beda dengan kendaraan umumnya yang punya suara dapat dideteksi oleh pejalan kaki dan kendaraan lainnya. Namun solusi itu bisa diakali dengan pengeras suara, sejumlah pabrikan sudah menyediakan hal tersebut. Seperti pabrikan Hyundai sudah menyediakan opsi pengeras suara terutama di lokasi pejalan kaki.

 

Mobil listrik punya stigma dianggap sebagai kendaraan yang bebas polusi, itu tergambar dari jargon dan kampanye yang dilakukan. Hanya saja proses dalam menghasilkan listriknya belum sepenuhnya Go Green, masih banyak industri dan negara yang menggunakan bahan bakar fosil.

 

Itu belum lagi produksi dan permintaan akan Nikel, timah hingga kobalt yang terus meningkat. Bahan baku utama yang menjadi dasar sebuah kendaraan listrik bisa berjalan. Ada begitu banyak baterai yang harus diciptakan dan otomatis penambangan ini bisa merusak lingkungan bila tidak mampu dikontrol.

 

Malahan jumlah produksi makin meningkat dengan bertambah pasokan yang dibutuhkan termasuk untuk mengisi daya stasiun pengisian kendaraan listrik. Meskipun begitu, cara itu bisa diakali dengan memperbanyak pembangkit listrik dengan energi terbarukan.

 

Malahan dengan lahirnya kendaraan listrik, bisa menjadi salah satu tolak ukur sebuah perusahaan dalam membuat ekosistem sepenuhnya yang terintegrasi. Misalnya saja Tesla yang membuat GigaFactory sebagai pabrik baterai dengan menggunakan semua energi dengan panel surya. 

Bahkan membuat Solar City mendukung panel surya rumah di setiap orang sehingga energi itu bisa menggantikan listrik konvensional. Cara ini juga bisa mampu jadi energi cadangan untuk mengisi daya kendaraan listrik melalui konverter yang mereka sebut dengan powerwall.

 

Faktor yang jadi penghambat adalah dengan lahirnya kendaraan listrik seakan membuat begitu banyak bisnis lainnya tumbang. Pastinya para penyedia onderdil seperti bengkel tidak akan memberikan peluang ini. Apalagi konsep mobil listrik tergolong kendaraan kering (hanya wiper yang basah) dibandingkan mobil bertenaga fosil.

 

Tak hanya itu saja, mobil listrik sulit berkembang karena pengaruh besar produsen mobil yang sudah mapan dengan mobil berbahan bakar fosil milik mereka. Memang banyak kendaraan pesaing yang diciptakan untuk melawan hegemoni Tesla Motor, hanya saja kemampuan baterainya masih kalah kelas.

 

Persaingan bisnis ini membuat banyak pabrikan mapan mau menyerah, walaupun nilai valuasi Tesla terus naik. Tetap saja pemain lama paham akan yang dibutuhkan konsumen terutama kenyamanan, sesuatu yang belum sepenuhnya didapatkan dari kendaraan listrik kecuali inovasi ke arah listrik

 

Tren Kendaraan Listrik Masa Depan

Setelah lama meredup sinar, kini kendaraan listrik khususnya mobil mulai dilirik kembali. Teknologinya dianggap sudah mampu bersaing dan bisa dijual secara komersial serta punya harga kompetitif sebanding dengan mobil berbahan bakar fosil.

 

Masalah yang sering dihadapi mobil listrik adalah dayanya jangkaunya yang pendek serta sangat sulit proses pengisian dayanya. Permasalahan itu coba dipecahkan dengan kemampuan baterai yang bertahan lebih lama dan proses pengisian cepat. Kini semua itu sudah terwujud.

 

Baterai dinilai sebagai renewable fuel yang bisa diisi ulang dan digunakan dalam jangka panjang. Membuat manusia yang dulu mengandalkan segala aktivitas geraknya seperti berkendara menggunakan kendaraan berbahan fosil mulai mempertimbangkan beralih ke energi listrik.

 

Kini tren mobil listrik sudah jadi demam di masyarakat, salah satunya pabrikan asal Amerika Serikat yang sedang menjajal Indonesia sebagai pusat pembangunan baterai lithium-ion milik mereka. Ini sangat cocok karena ada banyak bahan baku berupa nikel dan kobalt.

 

Mobil listrik sangat berbeda, konsepnya kurang lebih mirip dengan main mobil Tamiya. Energi berasal dari baterai akan diubah melalui inverter pada roda penggerak (mirip seperti dinamo). Ia bergerak stabil karena adanya medan magnet di dalamnya.

 

Letak baterainya diletakkan pada lantai bagian bawah mobil, jadi mobil listrik hanya memiliki motor induksi dan motor penggerak. Tidak ada mesin di bagian depan seperti mobil bensin, malahan banyak mobil listrik yang memiliki tempat penyimpanan lebih luas.

 

Misalnya saja inovasi Tesla yang menjadikan bagian depan kap mobil sebagai tempat penyimpanan. Mereka menyebutnya dengan Trunk. Mobil sedan Tesla pun kapasitas bagasi yang super lega di kelasnya.

 

Pada bagian baterai yang berada di lantai mobil mampu mengurangi tabrakan samping dan membuat gaya tekan lebih kuat ke bawah. Sehingga mobil lebih stabil dalam kecepatan tinggi dan saat ada tabrakan tidak menimbulkan percikan api dan ledakan seperti mobil berbahan bakar fosil.

 

Melihat Seberapa Irit Mobil Listrik

Perbandingan mobil listrik dengan kendaraan fosil memang tidak bisa dibandingkan apple to apple. Terutama sekali masa pakai dan perkembangan teknologi, hanya saja dalam hal biaya sudah pasti mobil listrik lebih murah karena biaya kw listrik lebih murah dibandingkan biaya bensin.

 

Berkat inovasi saat ini, mobil listrik jadi begitu memikat untuk siapa saja termasuk dalam efisiensi daya. Untuk sebuah mobil listrik biaya pengoperasiannya jauh lebih murah. Sebagai contoh di USA, dalam menjalankan mobil listrik setiap milnya hanya butuh $ 0,03 sedangkan mobil berbahan bahan fosil butuh biaya hanya $ 0,1.

 Baca juga: Mobil Listrik Ramah Lingkungan?

Mobil listrik pun beragam dan punya tingkat irit yang berbeda satu sama lain. Sebagai gambar mobil listrik yang cukup populer untuk saat ini adalah Tesla dan Nissan Leaf. Keduanya menjadi model role kendaraan listrik.

 

Sebagai perbandingan di Tesla Roadster, biaya listrik yaitu 17,4 kWh/100km sedangkan Nissan Leaf butuh 21,25 kWh/100 km. Alasan utama berbeda adalah faktor baterai dan tentu saja berbagai teknologi. Namun secara harga, Nissan Leaf lebih terjangkau dibandingkan Tesla yang sudah termasuk kelas menengah hingga kelas atas.

 

Itu belum lagi masalah perawatan yang lebih irit, mobil listrik dinilai sebagai mobil kering. Pengguna tidak perlu perawatan ganti oli, kerusakan mesin, dan biaya lainnya. Hanya menjaga kualitas baterai, misalnya saja Nissan menjamin baterai tetap prima hingga 5 tahun penggunaan. Sedangkan Tesla menjamin bahkan hingga 20 tahun untuk pergantian baterai selanjutnya.

 

Sudah pasti ini menjadikan mobil listrik jadi lebih murah dan menjangkau banyak orang. Perawatan rendah dan bahkan bisa digunakan hingga 20 tahun pemakaian, sesuatu yang langka dari sebuah mobil berbahan bakar fosil. Nilai jual yang bahkan menjadi daya tarik di masa depan.

 

Proses pengisian pun gampang, walaupun butuh waktu lebih lama hingga menunggu baterai penuh. Urusan daya jelajah mobil listrik lebih unggul. Urusan pengisian listrik pun ada begitu banyak pengisian daya yang disebut Power Station.

 

Umumnya pengisiannya gratis, apakah disediakan oleh produsen kendaraan atau bahkan pemerintah yang gencar akan kendaraan listrik. Sedangkan di rumah pun, pengguna bisa menggunakan PowerWall yang bisa mengisi daya. Meskipun memakan waktu lama, bahkan hingga 6 s/d 18 jam tergantung kualitas Ampere listrik di rumah Anda.

 

Kedatangan Tesla dan Potensi Nikel di Indonesia

Indonesia akan dimulai pada awal Februari dan awalnya ditargetkan di awal tahun. Hanya saja tertunda karena COVID, namun sudah pasti kita bisa bersiap-siap terkait kedatangan mereka. Ada banyak sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia terkait kebutuhan akan nikel dan timah selaku bahan baku baterai listrik.

 

Memang sebenarnya dalam membuat baterai sangat dibutuhkan kobalt sebagai energi dari baterai listrik. Namun peran besar nikel dan timah sangat penting apalagi Indonesia punya pasukan kandungan mineral tersebut di perut bumi. 

Jadi fungsi utama dari nikel dan timah sangat penting dalam membungkus baterai hingga menjadi satu kesatuan. Jenis baterai yang digunakan Tesla umumnya adalah baterai NCA yang terkenal awet dalam jangka waktu lama.

 

Selain itu punya spesifikasi paling tinggi dan hanya membutuhkan 100 sel baterai sebagai penggerak mobil. Beda dengan tipe lain seperti Baterai LFP yang butuh hingga 200 sel baterai untuk bisa menggerakkan mobil. Ini dianggap pihak Tesla sangat tidak efisien untuk digunakan dan juga produksi massal. 

Tesla melihat Indonesia kaya dengan bahan baku berupa Nikel. Aktivitas vulkanik yang besar di sejumlah daerah seakan memberikan berkah. Salah satunya jumlah pasokan Nikel yang tak terbatas dan bahkan terbesar di tanah Asia Tenggara.

 

Investor mana yang tak kepincut dengan jumlah cadangan Nikel dan Kobalt di saat hype mobil listrik sedang tinggi-tingginya. Nama besar seperti Tesla, LG dan China Contemporary Amperex Technology seakan jadi yang terdepan dalam mengajukan penawaran investasi.

 

Pemerintah pun sadar ini adalah peluang besar yang sangat sulit ditolak, bahkan pemerintah sendiri yang menawarkan diri. Mobil listrik akan jadi role model baru dalam kendaraan global, menggantikan bahan bakar fosil yang jumlahnya mulai terbatas dan kurang efisien.

 

Sebagai catatan yang harus diketahui, tahun lalu ada sebanyak 2,7 juta ton Nikel yang diproduksi di dunia. Jumlah terbesar dan terbanyak datangnya di Indonesia yaitu 800 ribu ton, atau sepertiga produksi dunia akan nikel.

 Baca Juga: Mobil Listrik, Gebrakan di Dunia Otomotif

Umumnya nikel digunakan dalam sejumlah produk seperti baja tahan karat, bahan baku pesawat antariksa, bahan pembangkit listrik, bahan pelapis pada listrik, hingga bahan baku pembuatan baterai. Benda yang dianggap menjadi sumber utama mobil listrik modern yang bertenaga.

 

Mengenai bahan baku pesawat Antariksa ternyata ada hubungannya dengan Tesla. Elon Musk juga memiliki perusahaan yang terkait antariksa yaitu SpaceX. Bahkan Indonesia menawarkan diri juga agar bisa menjadi lokasi peluncuran pesawat milik mereka. Saat ini hanya ada dua landasan penerbangan yaitu di Boca Chica Village, Texas dan Cape Canaveral, Florida.

 

Sumber tambang dan jumlah produksi Nikel yang besar ini seakan jadi buruan, apalagi bila dikelola sendiri di negara sendiri. Tanpa perlu ekspor, selain bisa menyerap tenaga kerja, selain itu bisa menjadi transfer of knowledge dari pabrikan yang ada di Indonesia.

 

Jumlah tambang nikel di Indonesia pun berlimpah, mulai dari di Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Tengah hingga di Papua. Hanya saja, rencana pembangunan pabrik baterai akan dibangun di Batang, Jawa Tengah. Alasannya karena efisiensi biaya dan sudah tersedianya lahan dalam pengembangan baterai. Bahan baku akan dipasok dari daerah tersebut.

 

Ketakutan Besar Kendaraan Listrik di Indonesia

Pertimbangan pajak jadi alasan orang membeli mobil listrik selain dengan tersedianya pengisian daya (power station). Kendaraan listrik khususnya mobil dianggap punya harga yang belum menjangkau masyarakat luas. Faktor harga, kemudian charging station hingga pajak menjadi ketakutan dan kendala terbesar pengguna.

 

Faktor pertama adalah harga, masalah itu rasa sudah berhasil ditekan dengan lahirnya beragam mobil listrik buatan Korea dan Jepang. Mulai dari pabrikan Nissan, Toyota, Hyundai, hingga Kia turut meramaikan kendaraan listrik di tanah air.

 

Harganya bersaing dengan kendaraan SUV yang berseliweran di jalan raya. Artinya masalah harga sudah menjangkau kalangan menengah dan atas dari mobil listrik. Tinggal bagaimana mobil listrik yang bisa dinikmati oleh kalangan bawah mengaspal di jalanan Indonesia.

 

Faktor lainnya adalah mengenai charging station, dalam hal ini produsen kendaraan listrik tidak bisa menggunakan konsep kendaraan fosil lagi. Mereka harus mementing ekosistem dalam menciptakan kendaraan. Salah satunya adalah menyediakan charging station yang tersebar di fasilitas publik.

 

Ini membuat pengguna tidak kesulitan dalam mencari lokasi pengisian daya lagi. Andai saja mereka hanya membeli dan kemudian pengguna dibiarkan lepas, kendaraan tidak akan laku. Inilah nilai jual terutama proses perawatan dalam pengadaan gardu listrik gratis. Apalagi kendaraan listrik minim akan perawatan dan terfokus di baterai saja.

 

Malahan perusahaan negara seperti Pertamina dan PLN bisa diajak bekerja sama oleh produsen kendaraan. Jangan sampai saat mobil listrik datang, Pertamina harus kehilangan pundi-pundi pemasukannya yang selama ini yang berasal dari pengguna bahan bakar fosil.

 

Malahan kelahiran mobil listrik menjadi peluang dalam merambah ke energi go green termasuk dalam pengolahan bahan bakar yang lebih mengedepan menggunakan energi terbarukan. Buka rahasia umum bahwa Indonesia selama ini mengandalkan energi fosil dalam menjalankan pembangkit listriknya.

 

Terakhir adalah urusan pajak dan bagi sebagian orang, pajak dianggap sebagai yang harus dibayarkan atas kepemilikan kendaraan. Makin mahal sudah pasti akan membuat pemilik berpikir dua kali dalam memiliki sebuah kendaraan baru.

 

Dalam hal ini pajak kendaraan listrik sudah diatur dengan sangat baik oleh pemerintah melalui PP No. 22 Tahun 2014. Dalam hal ini kendaraan listrik tergolong dalam barang mewah apalagi kendaraan pertama yang masuk dan menggunakan bahan bakar listrik tergolong kendaraan mewah buatan Tesla.

 

Alasannya karena proses perhitungan kapasitas isi silinder yang menjadi acuan sehingga tarif pajak bervariasi dar 10 s/d 125%. Hanya saja, peraturan itu berubah karena pertumbuhan kendaraan listrik terutama mobil. Bahkan pemerintah mendesak percepatan kendaraan fosil ke moda kendaraan listrik.

 

Sudah pasti undang-undang akan berubah dan melahirkan PP No. 73 Tahun 2019 terkait pajak kendaraan listrik Pada Pasal 24 terkait dengan Barang Pajak kendaraan mewah, hanya saja pajak yang dikenakan menjadi hanya 10%.

 

Lalu pada Pasal 36 terkait dengan kelompok barang mewah wajib pajak dikenakan biaya tarif sebesar 15%. Terutama sekali yang menggunakan teknologi seperti plug-in hybrid electric vehicle, battery electric vehicles, dan fuel cell electric vehicles. Acuannya adalah penggunaan bahan bakar fosil yaitu 28 km atau tingkat emisi buang CO2 sebesar 100 gram/km.

 

Nah.. di situ jelas pemerintah mulai peduli dan mengajak masyarakat. Terkait pajak kendaraan listrik tergantung jenis kendaraannya. Apalagi kendaraan listrik tidak semuanya mahal dan terjangkau, ini membuat pajaknya setara dengan kendaraan fosil.

Ketahui Lama Pemakaian Baterai Kendaraan Listrik

Selama ini kita menilai mobil listrik hanya dibuat oleh Tesla Company dan menjadi pelopor di era modern. Nyata ada begitu banyak pabrikan yang sudah melihat peluang ini dalam pengembangan mobil listrik. Mulai dari gebrakan milik Nissan dari Jepang dan Hyundai dari Korea, seakan ada banyak pabrik lainnya meniru langkah tersebut. 

Dalam hal penggunaan baterai, mobil listrik punya efisiensi daya dan jarak tempuh lebih lama. Selain itu juga baterai punya usia lebih panjang sehingga membuat pengguna tidak perlu riskan akan baterainya cepat rusak.

 

Sebagai gambaran pertama adalah Tesla yang terkenal dengan baterainya.  Selama pengguna hingga jarak 270 ribu km saja, kondisi baterai masih sehat. Hanya mengalami penurunan performa hanya 3% dari masa pakai tahunan.

 

Asumsi lainnya juga dengan jumlah seperti itu dan rata-rata pengguna Tesla dunia menggunakan kendaraannya sebanyak 21 ribu km/tahun. Artinya baterai Tesla bisa awet hingga 61 tahun sampai benar-benar rusak. Waktu yang sangat lama dan bahkan membuat pengguna bisa menggunakan kendaraannya seumur hidup.

 

Lalu ada juga pabrikan serupa yang punya kemampuan baterai cukup baik. Salah satunya pabrikan Jepang Nissan, melalui mobil listrik buatan mereka yaitu Nissan Leaf. Daya pakai baterainya juga cukup baik, bahkan di tahun ke-7 hanya mengalami degradasi baterai sebesar 30%.

 

Secara tak langsung baterai mobil listrik punya waktu pakai yang cukup lama, ini membuat pengguna tidak perlu khawatir penurunan dayanya dalam 5 tahun penggunaan awal. Tinggal bagaimana merawat baterai mobil listrik layaknya merawat baterai smartphone, karena menggunakan material lithium-ion di dalamnya.

 

Nasib Industri Mobil Listrik dan Peran Anak Muda Indonesia

Sebenarnya Indonesia sudah punya potensi besar dalam pengembangan listrik, jauh sebelum menjadi industri besar seperti saat ini. Bahkan beberapa prototype kendaraan sudah berhasil diciptakan putra asli anak negeri dan mampu bersaing di pasar global andai mendapatkan pendanaan.

 

Mungkin kita pernah mendengar nama kendaraan listrik seperti Tucuxi, Evina (Ahmadi), Gendhis, hingga E&C. Penemuan paling fenomenal adalah prototype mobil listrik yang Ricky buat dan kembangkan. Namanya Selo yang punya tenaga seperti mobil sport dan daya jelajah yang cukup jauh.

 

Dibekali motor listrik berkapasitas 130 kw yang mampu menghasilkan torsi 182 dk bertransmisi otomatis 6 percepatan.  Kemampuan berakselerasi hingga kecepatan 220 km/jam. Proses pengisian daya cukup 4 jam dan mampu menempuh jarak hingga 250 km untuk sekali pengisian daya.

 

Kemudian ada juga buatan kampus ITS yang mampu menempuh jarak hingga 800 km dengan proses pengisian singkat yang hanya memakan waktu 3 jam saja. Ia mampu melibas rute Pulau Jawa dari Jakarta hingga Surabaya.

 

Sesuatu yang membuat daya tarik bila berhasil diproduksi massal, hanya saja di tahun 2013 terjadi kisruh bahkan tidak melewati tes timbal (kendaraan listrik mana ada uji timbal). Sehingga banyak mobil listrik buatan anak negeri harus tenggelam. Saat ini saat mobil listrik mulai gencar, barulah pabrikan luar yang sudah mapan membanjiri pasar tanah air.

 

Mungkin hanya pabrikan sepeda motor listrik buatan tanah air yang mampu bertahan yaitu Gesits. Sedangkan untuk mobil listrik buatan atau prototype dalam negeri seperti kehilangan rimbanya. Meskipun begitu, ada sejumlah dukungan pemerintah kini terkait pajak dan pengembangan kendaraan listrik.

 

Pemerintah kini sedang mempersiapkan memudahkan proses pengembangan mobil listrik nasional dan juga menekan pajak dari mobil listrik sehingga menjangkau masyarakat luas. Sehingga kuantitas mobil listrik akan signifikan bertambah dalam waktu dekat. Itu belum lagi ada pabrikan lokal yang nantinya akan membuat mobil listrik.

 

Pemerintah sudah mendukung kendaraan listrik dengan mengeluarkan Perpres No. 55 Tahun 2019 terkait percepatan program kendaraan bermotor listrik bertenaga baterai sebagai moda transportasi jalan. Termasuk memberikan kompensasi harga dan penggunaan listrik buat pengguna kendaraan listrik. Serta bekerja sama dalam membangun infrastruktur power station untuk penggunaan moda kendaraan listrik.

 

Bahkan dari rumah pengguna bisa mengisi daya melalui teknologi penyimpanan layaknya Powerbank. Teknologi tersebut bernama Powerwall, berupa kapasitor berukuran besar yang bisa digunakan untuk menyimpan daya listrik.

 

Artinya energi yang dihasilkan dari proses pengolahan hingga pemanfaatannya merupakan energi hijau. Nah.. dengan begitu konsep kendaraan listrik sejalan dengan perkembangan industri tentunya selaras dengan energi hijau ramah lingkungan.

 

Semoga akan lebih banyak kendaraan listrik yang mengaspal di jalan raya, mengubah stigma masyarakat bahwa kendaraan listrik bukan hanya penggembira di jalan raya tapi penantang besar mobil konvensional yang mulai gundah gulana dibuatnya.

 

Semoga tulisan ini menginspirasi kita semua, akhir kata: Have a Nice Days

Share:

0 komentar:

Post a Comment

Kenalan Blogger

My photo
Blogger & Part Time Writer EDM Observer

Part of EcoBlogger Squad

Part of EcoBlogger Squad