Sunday, November 19, 2023

Kepedulian BRI Bina UMKM hingga Pelosok Negeri

 

Kini sudah 6 tahun lamanya saya menjadi pendamping UMKM. Waktu yang begitu lama tersebut seakan menjadi pengalaman berharga dalam hal pembinaan dan pengembangan UMKM. Pada sekian banyak pengalaman tentu saja yang paling berkesan saat menemukan UMKM paling potensial yang ada di ujung negeri. Bagi saya, itu bak menemukan permata di dalam lumpur.

 

Untuk ke sana jelas tak mudah, harus menempuh jarak yang cukup jauh. Lokasi bekerja saya yang berada di daerah tentu saja ada banyak UMKM yang berada di pelosok. Perjalanan yang menempuh jalan berliku dan pastinya untuk bisa menemui berbagai UMKM.

 

Mulai dari faktor panas dan hujan hingga persoalan lainnya saat bimbingan. Materi yang saya berikan berupa pengenalan UMKM,  rencana usaha ke depan, sistem keuangan, proposal bisnis, dan pembiayaan UMKM.

 

Selama ini perhatiannya masih terbatas karena tidak berhasil dijangkau oleh dinas. Hadirnya pendamping jadi tangan panjang pemerintah dalam menjangkau dan kemudian memberdayakan. Memang saat ini jumlah pendamping UMK tidak sebanding dengan jumlah UMKM yang dibina. Hitungan pendamping UMK di daerah hanya hitungan jari dibandingkan jumlah UMKM yang bisa menyentuh ribuan atau puluhan ribu. 

Hanya saja, yang harus digarisbawahi tentu saja bagaimana mengoptimalkan para pendamping UMK dalam menyasar UMK yang butuh bantuan dan tetap sasaran. Bahkan bisa jadi UMKM binaan jadi memilik produk yang mengemuka.

 

Masalah Utama UMKM Sulit Berkembang

Indonesia dianggap sebagai negara yang punya jumlah UMKM terbesar di Asia Tenggara. Ada sebanyak 70 juta UMKM dan sebanyak 22,3 juta sudah on boarding secara digital. Potensi besar ini tentu saja menjadi sumber utama pendapatan negara hanya berasal dari UMKM.

Hanya saja, UMKM punya segudang masalah pelik. Saya yang menjadi pendamping UMK merasakan hal tersebut. Ada 3 masalah utama UMKM hanya jalan di tempat dan tidak mampu naik kelas.

 

Pertama tentu saja akses terbatas ke pembiayaan. Di posisi ini, UMKM sering mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses ke sumber pembiayaan yang memadai. Bank mungkin cenderung enggan meminjamkan uang kepada UMKM karena dianggap sebagai risiko yang lebih tinggi.

 

Faktor kedua tentu saja keterbatasan modal. UMKM umumnya dimulai dengan modal yang terbatas, yang dapat menjadi hambatan dalam pengembangan dan pengembangan bisnis. Dana yang terbatas tidak bisa membeli peralatan pendukung tambahan mempromosikan produk dan menambah pasokan bahan baku.

 

Terakhir tentu saja keterbatasan keterampilan. Pemilik UMKM mungkin kurang memiliki pengetahuan manajemen dan keterampilan operasional yang diperlukan untuk mengelola bisnis dengan efisien. Akibatnya mereka bekerja sendiri tanpa rencana yang jelas, jelas saja usaha sulit berpindah pada titik ini.

Di sini ada banyak pihak yang harus terlibat, tentu saja yang berkaitan dengan UMKM. Apakah dari pendamping, pihak dinas, swasta hingga tentu saja perbankan. Jumlah UMKM yang besar dan bisa dipoles dan dikelola dengan benar akan berdampak ke bangsa.

 

Indonesia pernah mengalaminya saat tahun 1998, yang menyelamatkan ekonomi kita tentu saja peran UMKM dan kini untuk mencapai Indonesia Emas di tahun 2045 tentu dengan cara serupa.

 

Pendekatan  dari Hilir, Cara Kenali UMKM

Sebagai ujung tombak dalam mengetahui UMKM yang ada di pelosok, jelas saja pendamping harus mengetahui hilirisasi UMKM. Ada banyak UMKM yang harus didampingi hingga akhirnya bisa naik kelas. Itu bentuk pendekatan utama agar mendapatkan UMKM yang potensial.

Tahapan awal dimulai dengan identifikasi produk lokal unggulan yang dimiliki UMKM. Tahapan ini dianggap krusial karena pendamping harus bisa mengenali produk yang dimiliki punya nilai tambah dibandingkan pesaingnya.

Ada banyak UMKM yang hanya memiliki usaha hanya karena trend semata atau karena dianggap ikut-ikutan. Ini jelas tidak baik dan diabaikan dalam proses identifikasi UMKM. Tentunya produk yang dianggap unggul berupa jenis makanan, kerajinan, tekstil, atau produk lainnya yang bisa mendeskripsikan wilayah tersebut.

 

Bila dianggap sudah kenal, kini tinggal bagaimana caranya agar kualitas produknya meningkat. Sebagai gambar, apalagi dari makanan harus sudah memiliki NIB, SIUP hingga terverifikasi secara sertifikasi halal. Proses yang diperbantukan oleh Pendamping UMK seperti saya bahkan hingga tahapan kepemilikan HAKI dalam legalitas merek usaha.

 

Tak berhenti di situ saja, peningkatan yang harus diperbaiki tentu saja dari desain produk dan kemasan khususnya produk makanan. Bantuan yang bisa pendamping lakukan khususnya pada merancang kemasan produk yang menarik dan profesional. Kemasan yang menarik dapat membantu produk lokal bersaing di pasar yang lebih luas. Ini daya tarik karena kemasan bisa mendeskripsikan brand sebuah produk.

 

Ini juga selaras dengan bagaimana kemampuan pemasaran branding, dalam hal ini berupa onboarding digital yang jadi aspek penentu produk bisa dikenal. Item yang harus dibangun sebuah UMKM tentu saja mencakup pembuatan logo, identitas merek, dan strategi pemasaran yang efektif.

 

UMKM Potensial dan Cara Pengembangannya

Saat ini, ada beragam UMKM yang tersebar di pelosok dari pengalaman saya pribadi. Hanya saja, mereka yang potensial berkembang dan selaras dengan jujur sangat sedikit. Peran pendamping UMK tentu berperan di sini, terutama dalam menghubungkan ke pembiayaan.

Nantinya UMKM yang telah dibina tadi akan mendapatkan proses pembiayaan berupa modal usaha dengan pinjaman rendah bunga dan tentu saja investasi modal usaha. Kini pemerintah juga cerdas dalam membina UMKM, bantuan yang diberikan berupa bantuan alat kerja dan kebutuhan yang dihitung sesuai kebutuhan.

 

Serta ada pemantauan rutin yang dilakukan dalam hal inventaris alat digunakan sesuai dalam pengembangan usaha. Pendamping dianggap berperan dalam menilai UMKM tersebut layak atau tidak mendapatkan bantuan karena mereka tahu dan berinteraksi langsung dengan pelaku usaha.

 

Kelayakan itu tentunya kami sudah punya data, karena ada banyak penyaluran bantuan yang tidak tepat sasaran. Tugas hilarisasi dianggap tak sebatas hanya identifikasi dan pendataan saja namun sudah mencakup aspek pembiayaan dalam pengembangan UMKM.

 

Potensi Besar BRI dalam Membangun Negeri

BRI memiliki peran penting dalam memberdayakan UMKM di Indonesia. Di tahapan ini, BRI butuh tangan panjang yang menjangkau negeri. Tentunya dengan aset yang besar terutama dalam alokasi terhadap UMKM. Jelas saja bahwa, ada banyak bantuan yang BRI berikan terutama pada UMKM.

 

Sejumlah program sudah rutin BRI lakukan pada UKM, mulai dari Pemberian Kredit UMKM. BRI memberikan dukungan finansial melalui program pemberian kredit kepada UMKM berupa penawaran pinjaman dengan suku bunga yang bersaing dan persyaratan yang lebih mudah diakses oleh pelaku usaha.

Ada juga Kredit Usaha Rakyat (KUR) memiliki dampak yang signifikan bagi UMKM. Itu hadir dengan pembiayaan modal usaha terutama untuk meningkatkan dan mengembangkan operasional seperti: pembelian inventaris, peralatan, atau bahan baku.

 

Peningkatan Produksi dan Kapasitas sangat membantu para UMKM meningkatkan kapasitas produksi mereka. Dengan modal tambahan, UMKM dapat memperluas skala operasional, meningkatkan produksi, dan menghadapi permintaan pasar yang lebih besar.

 

Pelaku UMKM juga mendapatkan peningkatan keterampilan dan manajemen dalam proses pengajuan kredit KUR. Ini melibatkan pemahaman yang lebih baik tentang manajemen keuangan, perencanaan bisnis, dan pemantauan kinerja keuangan. Termasuk juga meningkatkan inklusi keuangan di kalangan UMKM dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

 

Tentunya di sini, adanya daya produk UMKM yang bisa bersaing secara global. Apalagi UMKM yang dibesarkan datang dari hilirisasi dan proses seleksi ketat. Kualitas produk dan SDM-nya sudah pasti jempolan.

 

Pada tahapan akhir tentu saja UMKM yang sudah dibiayai dalam operasional usahanya akan dilibatkan dalam banyak hal terutama dalam pelatihan UMKM meningkatkan keterampilan manajerial dan operasional mereka. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan kelangsungan usaha.

 

Peran Teknologi Keuangan dalam Digitalisasi BRI

Kini Bank BRI terus mengadopsi teknologi keuangan inovatif untuk menciptakan inklusivitas keuangan bagi UMKM. Melalui layanan perbankan digital dan solusi keuangan berbasis teknologi, bank ini mempermudah akses pelaku usaha kecil terhadap layanan perbankan.

Termasuk proses pembiayaan digital, kini BRI telah mengembangkan solusi pembiayaan digital yang memudahkan UMKM mengajukan kredit atau pinjaman secara online. Ini membantu mempercepat proses persetujuan dan pencairan dana.

 

Caranya dengan mengadopsi Teknologi Keuangan Inklusif (FinTech) untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada UMKM.  Mulai dari hadirnya BRI Mobile yang dapat melakukan transaksi, memeriksa saldo, membayar tagihan, dan melakukan transfer dana dengan cepat dan aman. Ini sangat mudah terutama dalam transfer antar penjual dan pemberi, sistemnya praktis akan menguntungkan kedua belah pihak.

 

Lalu hadir pula BRI Link, yaitu pada platform keuangan inklusif yang memungkinkan UMKM untuk menjalankan transaksi keuangan melalui agen-agen BRI yang tersebar luas. Ini memberikan akses ke layanan perbankan kepada mereka yang mungkin sulit dijangkau oleh kantor bank fisik.

Lalu buat UMKM yang bergerak di bidang pertanian, terdampak cukup besar karena hadirnya BRI Agro. Layanan ini mencakup pembiayaan pertanian, informasi harga komoditas, dan layanan lainnya yang membantu para petani dan pelaku usaha di sektor agribisnis.

 

Terakhir tentu saja dengan adanya layanan QR Code. BRI menyediakan layanan pembayaran dengan menggunakan QR code. UMKM dapat menggunakan layanan ini untuk menerima pembayaran dari pelanggan dengan mudah tanpa perlu transaksi tunai, yang juga dapat mempercepat proses pembayaran.

Kini UMKM sangat mengandalkan QR Code yang memudahkan proses belajar bermodalkan ponsel semata. Penerapan yang kini makin massif dan minim potongan jelas memudahkan, UMKM kini lebih terbiasa dalam proses digitalisasi. Kesiapan UMKM bisa terbang kini tinggal menunggu waktu saja.

 

BRI mencoba Menjadi Pahlawan UMKM

Ada banyak tindakan kepedulian BRI terutama pada program mulai mereka di bidang sosial (CSR). Fokus utama pada pembangunan ekonomi lokal, pendidikan kewirausahaan, dan pengembangan komunitas.

 

Program yang dijalankan kini dimulai dari pendidikan kewirausahaan dengan cara melibatkan Lembaga pendidikan dan pelatihan dalam proses meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pelaku UMKM dalam mengelola bisnis mereka dengan lebih efektif. Ini terlihat jelas dengan banyaknya alumni BRI yang menjadi contoh UMKM naik kelas.

Selain itu juga, ada pelatihan manajerial yang mencakup aspek-aspek manajemen seperti perencanaan bisnis, keuangan, pemasaran, dan strategi operasional. Agar UMKM makin jeli dalam menjalankan usahanya pasca pelatihan yang BRI laksanakan.

 

Sebagai pihak dinas juga, kami pendamping UMKM juga terbaru dari BRI dengan adanya kemitraan dengan LSM. BRI bisa menjalin kemitraan dengan LSM atau organisasi nirlaba lainnya yang memiliki fokus pada pemberdayaan UMKM. Ini dapat mencakup proyek-proyek kolaboratif yang mendukung pengembangan UMKM.

 

Pihak yang sangat yang diprioritaskan tentu saja UMKM. Ini jadi modal dalam inisiatif Pemberdayaan Perempuan. BRI mungkin memiliki program CSR yang khusus menargetkan pemberdayaan perempuan dalam konteks UMKM. Ini dapat mencakup pelatihan kewirausahaan khusus untuk perempuan, dukungan finansial, atau pengembangan jaringan bisnis.

 

Itu peran penting dalam hilirisasi UMKM, ada banyak peran yang membantu menaikkan UMKM di negeri kita. Salah satunya BRI yang sejak dulu sangat peduli pada masyarakat hingga pelosok. Bahkan bisa dibilang: Peran besar BRI untuk Indonesia adalah wujud berkembangnya UMKM di tanah air.

 

Semoga tulisan ini menginspirasi kita semua, akhir kata Have a Nice Days.

Share:

0 komentar:

Post a Comment

Kenalan Blogger

My photo
Blogger & Part Time Writer EDM Observer

Part of EcoBlogger Squad

Part of EcoBlogger Squad