Saat mendengarkan lauching Iphone terbaru, semuanya pas kompak menjawab!! Ngga lama lagi akan sampai ke Indonesia. Tapi mohon maaf, kalian harus melewati TKDN dan sudah pasti produk baru akan tertunda proses rilisnya.
Kasus ini jadi isu yang sering terjadi, ada banyak produk
elektronik premium yang tertunda rilisnya saat masuk ke tanah air. Berita
berseliweran yaitu harus melalui syarat TKDN! Sehingga hampir semua pernah
dengan kata ini. Lalu seberapa pentingnya buat negara kita sampai pemerintah
membuat peraturan TKDN, jelas kita harus pelajari bersama.
Sebagai contoh, TKDN seakan menjadi aura baru terhadap gempuran
produk asing yang mengancam industri lokal. Sejak dulu kita mampu bertahan
akibat produk lokal, TKDN seakan membuat kita mampu bersaing secara global dan
bahkan tanpa mengurangi ekspor kita.
Hadirnya TKDN seakan pemerintah mendorong Indonesia tak
sekadar jadi pasar, tapi juga pusat produksi. Kebijakan ini menarik investasi,
membuka lapangan kerja, dan memberdayakan talenta lokal. TKDN bukan sekadar
angka, tapi strategi agar Indonesia bisa berdiri di kaki sendiri di tengah
gempuran produk global.
Efek Besar dari Perang Dagang yang Begitu Panas
Tentu saja perang dagang global memukul industri ekspor
dan impor global. Indonesia salah satu yang terdampak dari hal tersebut.
Misalnya saja USA menetapkan pajak ekspor barang-barang Indonesia hingga 32%
yang sudah termasuk tarif resiprokal.
USA jelas kesal, selama ini setiap produk dari negaranya
mendapatkan tarif yang sangat mahal sedangkan produk negara lain malah dengan
mudah masuk negaranya. Penerapan tarif ini seakan membuat semua negara dibuat
sakit kepala termasuk Indonesia sendiri.
Ibaratnya begini, produk kalian masuk dengan mudah ke
negara kami, sekarang giliran bagaimana produk kalian dipersulit dengan hal
yang sama biar adil. Begitulah kurang lebih!
Bagi USA, sejumlah kebijakan yang Indonesia terapkan
merugikan mereka salah satunya TKDN!. Inilah yang membuat USA meminta program
ini hilang sebagai Win-Win Solution buat mereka. Satu sisi jelas menguntungkan
USA tapi merugikan kita, karena ini membuat banjir produk impor tanpa filter.
Seakan kita kembali lagi 2013 saat TKDN belum diterapkan
dan seketat sekarang. Kala itu ada banjir yang sangat besar terutama produk
impor yang masuk ke tanah air. Produk yang masuk umumnya barang-barang elektronik
seperti ponsel, dalam sekejap neraca impor Indonesia jadi sangat besar. Ini
tidak baik karena ekspor kita kalah jauh. Sehingga TKDN hadir sebagai solusi
menjaga produk lokal dan membuat mampu bersaing secara global.
Yuk Kenalan Apa itu TKDN
Pernahkah kamu bertanya, dari mana asal komponen dalam
ponsel yang kamu genggam setiap hari? Atau siapa yang membuat kabel listrik,
menara BTS, bahkan alat kesehatan yang kita gunakan? Apakah semuanya buatan
luar negeri? Nah.. di sinilah TKDN
berperan.
TKDN, atau Tingkat Komponen Dalam Negeri, adalah
kebijakan yang mewajibkan produk terutama di sektor strategis seperti
teknologi, energi, infrastruktur, dan alat kesehatan untuk memiliki kandungan
lokal dalam proses produksinya. Artinya, barang tersebut harus mengandung
sebagian nilai dari bahan, komponen, tenaga kerja, atau proses produksi yang
berasal dari Indonesia.
Lalu dalam TKDN biasanya diukur dalam persen. Misalnya,
pemerintah menetapkan bahwa produk smartphone 4G yang dijual di Indonesia harus
mengandung minimal 35% komponen lokal. Jadinya misalnya kalian pakai produk
Samsung terbaru, dalam kandungannya produk itu ada 35% bahan bakunya dari
lokal.
Jelas kita diuntungkan dalam hal ini, produk yang masuk
tak asal impor langsung dari lokal tapi dibuat dengan telaten oleh anak-anak
bangsa. TKDN adalah benteng agar kita
tidak rapuh dalam menghadapi ketidakpastian global. Ia mendorong perusahaan
asing berinvestasi di dalam negeri, menciptakan lapangan kerja, dan menumbuhkan
industri lokal dari hulu ke hilir.
Mereka yang mendapatkan regulasi ini pun untung, pekerja
lokal bisa dapat bekerja di pabrik-pabrik internasional, industri kita tetap
bersaing dan tentu saja konsumen makin cinta pada produk yang dibeli. Jadi
jangan asal senang dulu dengan produk impor karena produk tersebut tak banyak
menguntungkan ekonomi kita.
Secara bisnis juga negara kita jadi mandiri dan mampu
berinovasi meskipun terkadang terkendala sejumlah termasuk bahan baku. Lalu
muncul pertanyaan, apakah negara maju lain melakukan hal serupa? Jelas saja
iya, namun dengan mekanisme berbeda. Intinya sama: mereka melindungi dan
mendorong pertumbuhan industri mereka sendiri.
Tapi apakah semua perusahaan harus mengikuti jalur TKDN?
Tidak semuanya salah satunya Apple, mereka punya jalur
khusus tanpa harus membuat pabrik di Indonesia. Salah satunya jalur investasi
dengan bekerja sama pada mitra lokal termasuk mendirikan Apple Developer
Academy di beberapa kota seperti Jakarta, Surabaya, dan Batam.
Dengan investasi ini, Apple berhasil memenuhi persyaratan
TKDN tanpa harus mengubah rantai pasok globalnya secara besar-besaran. Ini
adalah contoh bagaimana perusahaan multinasional bisa "patuh regulasi
tanpa kehilangan efisiensi bisnisnya".
TKDN bukan soal membatasi, tapi soal membentuk peta jalan
agar Indonesia tidak hanya jadi pasar, tapi juga pemain. Dan iPhone adalah
contoh menarik bagaimana regulasi lokal bisa mendorong kolaborasi global.
Efek Domino dari Pencabutan TKDN
Ide penerapan TKDN sudah lama dilakukan bahkan sejak era
80-an namun baru diterapkan resmi di tahun 2009 melalui Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 49/M-IND/PER/5/2009 tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam
Negeri (P3DN), yang awalnya difokuskan pada sektor pengadaan barang dan jasa
pemerintah, termasuk laptop dan ponsel.
Akibatnya ada banyak perusahaan elektronik luar yang
membangun pabrik besar di Indonesia. Mereka sadar Indonesia adalah pangsa pasar
yang cukup luas, sangat merugikan tidak berinvestasi di sini. Toh pendapatan
yang didapatkan nanti sangat besar, jadi jangan heran ada pabrik Hyundai,
Toyota, Honda, Samsung, Xiaomi, hingga Oppo. Toh.. mereka berinvestasi sekalian
membangun rantai pasok di tanah air.
Menurut Kementerian Perindustrian, kontribusi penggunaan
produk dalam negeri pada pengadaan barang dan jasa pemerintah pada 2023
mencapai Rp 500 triliun. Angka ini meningkat drastis sejak penerapan kebijakan
TKDN secara ketat.
Ketakutan pencabutan TKDN membuat neraca impor meningkat,
ini mirip kasus Tiktok Shop yang dulunya hadir. Banjir produk China tanpa
batas, membuat banyak UKM yang terdampak. Mereka bisa menjual lebih murah
dibandingkan produk lokal.
Algoritma Tiktok yang sangat berbahaya seakan bisa
menjadi copy atas produk yang sedang tren di Indonesia. Membuat sedemikian rupa
lalu diekspor ke Indonesia jalur Tiktok Shop. Pemerintah akhir membendung
sebelum ada banyak produk lokal yang perlahan mati.
Isu TKDN menurut saya pribadi ada banyak hal, mulai dari
tekanan global yang cukup kuat. Pemerintah harus mencari cara sekaligus
melindungi produk lokal. Di satu sisi juga, pencabutan TKDN seakan membuat
industri lokal harus lebih adaptif, inovatif, dan efisien. Tidak bisa lagi
bergantung pada perlindungan regulasi kualitas dan daya saing harus jadi
senjata utama.
Perusahaan dalam negeri ditantang untuk melakukan
digitalisasi, meningkatkan produktivitas, dan memperluas pasar. Di sisi lain,
konsumen juga diharapkan semakin bijak dalam mendukung produk-produk lokal.
Artinya ada rasa cinta, ini produk lokal yang bisa bersaing karena TKDN juga
tak menghambat sejumlah produk tetapi bisnis strategis.
Nasib para Investor, pekerja hingga rantai pasok bila
TKDN dicabut
Pencabutan TKDN jelas merugikan pihak yang sudah
berinvestasi lama di tanah air. Mereka juga seakan cukup melakukan impor saja
tanpa melibatkan pekerja lokal, pabrik hingga rantai pasok. Namun ada sejumlah
solusi agar semua pihak diuntungkan menurut saya pribadi, jelas mereka punya
kontribusi besar ke negara kita dan layak diberikan karpet merah.
Pertama, perusahaan bisa membangun pabrik di Indonesia.
Dengan memproduksi langsung di dalam negeri, persyaratan TKDN dapat terpenuhi,
sembari menikmati biaya produksi yang lebih kompetitif dan akses pasar yang
luas. Alternatif lainnya adalah menjalin kolaborasi dengan perusahaan lokal.
Ini bukan hanya mempercepat proses adaptasi, tapi juga mempererat transfer
teknologi dan budaya kerja.
Lebih jauh, investasi dalam riset dan pengembangan lokal
menjadi senjata rahasia yang sering diabaikan. Dengan memahami karakter pasar
dan konsumen Indonesia secara langsung, produk yang dihasilkan pun menjadi
lebih relevan dan bernilai tambah. Serta jangan lupakan pentingnya menggandeng
pemasok lokal, sebuah langkah cerdas untuk memperkuat rantai pasok dan
meningkatkan kandungan dalam negeri.
Meski TKDN mungkin dicabut, pemerintah tidak boleh lepas
tangan. Dukungan harus tetap hadir dalam bentuk pelatihan industri, insentif
untuk inovasi, hingga kemudahan ekspor. Selain itu, kolaborasi antara
pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk
membangun ekosistem industri yang berkelanjutan.
Solusi Cerdas: Relaksasi TKDN
Jangan sampai karena adanya regulasi TKDN, kita kesulitan
ekspor, kelangkaan bahan baku hingga menghambat pertumbuhan industri. Jelas di
era saat ini industri jadi hal nomor satu, sehingga buat negara kita mampu
bersaing dengan sehat dengan negara lain. Ada sejumlah cara yang dilakukan
yaitu insentif strategis seperti relaksasi TKDN.
Memangnya apa sih itu relaksasi TKDN?
Kemungkinan pemberian insentif kepada industri lokal
sebagai alternatif strategi. Insentif ini dapat berupa keringanan pajak,
subsidi, atau dukungan lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan
mendorong inovasi. Beliau menekankan bahwa insentif harus diberikan secara
selektif dan tepat sasaran agar efektif dalam mendorong pertumbuhan industri.
Ekonom Rhenald Kasali pernah mengatakan, "TKDN
bukan soal proteksi, tapi soal positioning. Negara yang ingin berdikari, harus
berani menentukan tempatnya di rantai pasok global."
Ada banyak contoh yang pernah terjadi pada Iphone 16
seperti yang saya jelaskan sebelumnya. Apple kesulitan buat buka pabrik di
tanah air dan bahkan memenuhi persyaratan
TKDN 35% di Indonesia. Tanpa relaksasi, peluncuran produk mereka bisa tertunda
atau bahkan tidak masuk sama sekali ke pasar Indonesia.
Alhasil dipilihlah metode relaksasi TKDN dengan komitmen
investasi Apple sebesar mencapai 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 15,9
triliun. Komitmen ini mencakup berbagai aspek, termasuk pembangunan fasilitas
R&D, peningkatan nilai TKDN dan pengembangan SDM melalui Apple Developer
Academy di beberapa kota besar di Indonesia.
Hadirnya relaksasi TKDN seakan memberikan keringanan
kepada perusahaan, baik dalam negeri maupun asing, yang mengalami kesulitan
memenuhi batas minimum TKDN. Meskipun satu sisi ini membuat perusahaan dengan
kekuatan besar bisa seenaknya. Seakan membuat perusahaan yang sebelumnya sudah
berinvestasi di Indonesia
Tantangan TKDN dan Kouta Impor, Cara Pemerintah Meresponsnya
Di balik ramainya perbincangan soal TKDN dan kuota impor,
sebenarnya ada drama besar yang sedang terjadi di balik layar industri
Indonesia. Tujuan dari kebijakan ini memang mulia: supaya produk-produk lokal
bisa tumbuh di rumah sendiri, tidak terus-terusan dibayangi produk asing.
Salah satu tantangan terbesarnya adalah kapasitas
produksi lokal yang masih belum maksimal. Bayangkan, saat permintaan melonjak,
pabrik-pabrik lokal kita malah ngos-ngosan mengejar kuota. Akhirnya, yang
terjadi? Impor lagi yang jadi solusi cepat. Padahal semangat awalnya adalah
memutus ketergantungan itu.
Lalu bicara soal teknologi dan infrastruktur. Banyak
pelaku industri kita masih bergulat dengan mesin-mesin jadul dan proses yang
belum efisien. Belum lagi urusan logistik, bahan baku, hingga distribusi, semuanya
seperti belum sepenuhnya siap untuk menggenjot produksi sesuai standar global.
Kalau ingin bersaing, otomatis kita perlu investasi besar-besaran di sini.
Tapi semua ini tidak bisa dibebankan pada satu pihak
saja. Pemerintah dan pelaku industri harus duduk bareng, saling dengar, dan
bekerja sama membuat kebijakan yang menguntungkan semua pihak. Apakah itu urusannya
insentif dalam mengembangkan kandungan lokal, menyediakan fasilitas pendukung
seperti pelatihan tenaga kerja dan akses teknologi. Sebab harus ada 35% bahan
baku lokal, ini cukup besar dan berat. Banyak yang mengeluh ditambah dengan
permintaan yang cukup besar dan banyak.
Namun justru di balik tantangan TKDN, ada peluang besar.
Jika industri lokal mampu menjawab tantangan ini, Indonesia bisa naik level bukan
sekadar pasar, tapi jadi pusat produksi regional. Bayangkan jika lebih banyak
brand global membangun pabrik di sini karena regulasi yang mendukung. Lapangan
kerja bertambah, teknologi masuk, dan industri lokal ikut terdorong. Jadi,
daripada melihat TKDN sebagai beban, lebih baik kita anggap sebagai pintu
menuju kemandirian industri yang sebenarnya.
Bangga Menggunakan Produk dalam Negeri
Kasus Iphone 16 yang lama lauching di tanah air secara
tak langsung membuat publik geram, satu sisi geram karena pemerintah namun lebih
geram karena Apple tidak mau investasi di Indonesia. Bahkan mereka selalu pakai
cara relaksasi TKDN dan nilai investasi yang sangat kecil.
Sebagai gambaran, Apple telah meraih keuntungan
signifikan dari penjualan iPhone di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut data dari Kementerian Perindustrian, total pendapatan Apple dari
penjualan produknya di Indonesia mencapai sekitar Rp56 triliun selama periode
2023–2024.
Pada tahun 2023 saja, nilai impor iPhone ke Indonesia
diperkirakan mencapai US$2 miliar atau sekitar Rp32 triliun Sebagai
perbandingan, investasi Apple di Indonesia melalui program seperti Apple
Developer Academy dan rencana pembangunan pabrik komponen mencapai sekitar
Rp1,7 triliun . Artinya mereka untung besar dan jelas ini membuat sejumlah
pihak muak.
Meskipun produknya premium, tapi bagi sebagian pihak ini
membuat kita beralih ke produk lain. Bahkan cara TKDN ini bisa membuat kita
bangga pada produk lokal. Meskipun di bidang ponsel belum ada yang sepadan,
tapi sejumlah produk lainnya kita lebih memilih buatan lokal yang terjamin.
Di sisi lain, konsumen juga punya peran besar. Dengan
semakin banyaknya produk lokal berkualitas tinggi, masyarakat perlu membangun
kebiasaan bangga memakai produk buatan negeri sendiri. Loyalitas konsumen
terhadap brand lokal adalah bahan bakar utama tumbuhnya industri nasional.
Kesimpulan Akhir
Di tengah perubahan global dan tekanan dari luar, TKDN
adalah jati diri ekonomi kita. Ia bukan sekadar kebijakan, tapi bentuk
keberanian untuk tidak tunduk sepenuhnya pada arus globalisasi. Jika kita bisa
memaksimalkan potensi ini, maka Indonesia bukan hanya bertahan tapi bisa
memimpin.
0 komentar:
Post a Comment