Wednesday, May 21, 2025

TKDN, Tameng Industri Lokal dari Gempuran Impor

Saat mendengarkan lauching Iphone terbaru, semuanya pas kompak menjawab!! Ngga lama lagi akan sampai ke Indonesia. Tapi mohon maaf, kalian harus melewati TKDN dan sudah pasti produk baru akan tertunda proses rilisnya. 

 

Kasus ini jadi isu yang sering terjadi, ada banyak produk elektronik premium yang tertunda rilisnya saat masuk ke tanah air. Berita berseliweran yaitu harus melalui syarat TKDN! Sehingga hampir semua pernah dengan kata ini. Lalu seberapa pentingnya buat negara kita sampai pemerintah membuat peraturan TKDN, jelas kita harus pelajari bersama.

 

Sebagai contoh, TKDN seakan menjadi aura baru terhadap gempuran produk asing yang mengancam industri lokal. Sejak dulu kita mampu bertahan akibat produk lokal, TKDN seakan membuat kita mampu bersaing secara global dan bahkan tanpa mengurangi ekspor kita.

 

Hadirnya TKDN seakan pemerintah mendorong Indonesia tak sekadar jadi pasar, tapi juga pusat produksi. Kebijakan ini menarik investasi, membuka lapangan kerja, dan memberdayakan talenta lokal. TKDN bukan sekadar angka, tapi strategi agar Indonesia bisa berdiri di kaki sendiri di tengah gempuran produk global.

 

Efek Besar dari Perang Dagang yang Begitu Panas

Tentu saja perang dagang global memukul industri ekspor dan impor global. Indonesia salah satu yang terdampak dari hal tersebut. Misalnya saja USA menetapkan pajak ekspor barang-barang Indonesia hingga 32% yang sudah termasuk tarif resiprokal.

 

USA jelas kesal, selama ini setiap produk dari negaranya mendapatkan tarif yang sangat mahal sedangkan produk negara lain malah dengan mudah masuk negaranya. Penerapan tarif ini seakan membuat semua negara dibuat sakit kepala termasuk Indonesia sendiri.

 

Ibaratnya begini, produk kalian masuk dengan mudah ke negara kami, sekarang giliran bagaimana produk kalian dipersulit dengan hal yang sama biar adil. Begitulah kurang lebih!

 

Bagi USA, sejumlah kebijakan yang Indonesia terapkan merugikan mereka salah satunya TKDN!. Inilah yang membuat USA meminta program ini hilang sebagai Win-Win Solution buat mereka. Satu sisi jelas menguntungkan USA tapi merugikan kita, karena ini membuat banjir produk impor tanpa filter.

 

Seakan kita kembali lagi 2013 saat TKDN belum diterapkan dan seketat sekarang. Kala itu ada banjir yang sangat besar terutama produk impor yang masuk ke tanah air. Produk yang masuk umumnya barang-barang elektronik seperti ponsel, dalam sekejap neraca impor Indonesia jadi sangat besar. Ini tidak baik karena ekspor kita kalah jauh. Sehingga TKDN hadir sebagai solusi menjaga produk lokal dan membuat mampu bersaing secara global.

 

Yuk Kenalan Apa itu TKDN

Pernahkah kamu bertanya, dari mana asal komponen dalam ponsel yang kamu genggam setiap hari? Atau siapa yang membuat kabel listrik, menara BTS, bahkan alat kesehatan yang kita gunakan? Apakah semuanya buatan luar negeri? Nah.. di  sinilah TKDN berperan.

 

TKDN, atau Tingkat Komponen Dalam Negeri, adalah kebijakan yang mewajibkan produk terutama di sektor strategis seperti teknologi, energi, infrastruktur, dan alat kesehatan untuk memiliki kandungan lokal dalam proses produksinya. Artinya, barang tersebut harus mengandung sebagian nilai dari bahan, komponen, tenaga kerja, atau proses produksi yang berasal dari Indonesia.

 

Lalu dalam TKDN biasanya diukur dalam persen. Misalnya, pemerintah menetapkan bahwa produk smartphone 4G yang dijual di Indonesia harus mengandung minimal 35% komponen lokal. Jadinya misalnya kalian pakai produk Samsung terbaru, dalam kandungannya produk itu ada 35% bahan bakunya dari lokal.

 

Jelas kita diuntungkan dalam hal ini, produk yang masuk tak asal impor langsung dari lokal tapi dibuat dengan telaten oleh anak-anak bangsa.  TKDN adalah benteng agar kita tidak rapuh dalam menghadapi ketidakpastian global. Ia mendorong perusahaan asing berinvestasi di dalam negeri, menciptakan lapangan kerja, dan menumbuhkan industri lokal dari hulu ke hilir.

 

Mereka yang mendapatkan regulasi ini pun untung, pekerja lokal bisa dapat bekerja di pabrik-pabrik internasional, industri kita tetap bersaing dan tentu saja konsumen makin cinta pada produk yang dibeli. Jadi jangan asal senang dulu dengan produk impor karena produk tersebut tak banyak menguntungkan ekonomi kita.

 

Secara bisnis juga negara kita jadi mandiri dan mampu berinovasi meskipun terkadang terkendala sejumlah termasuk bahan baku. Lalu muncul pertanyaan, apakah negara maju lain melakukan hal serupa? Jelas saja iya, namun dengan mekanisme berbeda. Intinya sama: mereka melindungi dan mendorong pertumbuhan industri mereka sendiri.

 

Tapi apakah semua perusahaan harus mengikuti jalur TKDN?

Tidak semuanya salah satunya Apple, mereka punya jalur khusus tanpa harus membuat pabrik di Indonesia. Salah satunya jalur investasi dengan bekerja sama pada mitra lokal termasuk mendirikan Apple Developer Academy di beberapa kota seperti Jakarta, Surabaya, dan Batam.

 

Dengan investasi ini, Apple berhasil memenuhi persyaratan TKDN tanpa harus mengubah rantai pasok globalnya secara besar-besaran. Ini adalah contoh bagaimana perusahaan multinasional bisa "patuh regulasi tanpa kehilangan efisiensi bisnisnya".

 

TKDN bukan soal membatasi, tapi soal membentuk peta jalan agar Indonesia tidak hanya jadi pasar, tapi juga pemain. Dan iPhone adalah contoh menarik bagaimana regulasi lokal bisa mendorong kolaborasi global.

 

Efek Domino dari Pencabutan TKDN

Ide penerapan TKDN sudah lama dilakukan bahkan sejak era 80-an namun baru diterapkan resmi di tahun 2009 melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 49/M-IND/PER/5/2009 tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), yang awalnya difokuskan pada sektor pengadaan barang dan jasa pemerintah, termasuk laptop dan ponsel.

 

Akibatnya ada banyak perusahaan elektronik luar yang membangun pabrik besar di Indonesia. Mereka sadar Indonesia adalah pangsa pasar yang cukup luas, sangat merugikan tidak berinvestasi di sini. Toh pendapatan yang didapatkan nanti sangat besar, jadi jangan heran ada pabrik Hyundai, Toyota, Honda, Samsung, Xiaomi, hingga Oppo. Toh.. mereka berinvestasi sekalian membangun rantai pasok di tanah air.

 

Menurut Kementerian Perindustrian, kontribusi penggunaan produk dalam negeri pada pengadaan barang dan jasa pemerintah pada 2023 mencapai Rp 500 triliun. Angka ini meningkat drastis sejak penerapan kebijakan TKDN secara ketat.

 

Ketakutan pencabutan TKDN membuat neraca impor meningkat, ini mirip kasus Tiktok Shop yang dulunya hadir. Banjir produk China tanpa batas, membuat banyak UKM yang terdampak. Mereka bisa menjual lebih murah dibandingkan produk lokal.

 

Algoritma Tiktok yang sangat berbahaya seakan bisa menjadi copy atas produk yang sedang tren di Indonesia. Membuat sedemikian rupa lalu diekspor ke Indonesia jalur Tiktok Shop. Pemerintah akhir membendung sebelum ada banyak produk lokal yang perlahan mati.

 

Isu TKDN menurut saya pribadi ada banyak hal, mulai dari tekanan global yang cukup kuat. Pemerintah harus mencari cara sekaligus melindungi produk lokal. Di satu sisi juga, pencabutan TKDN seakan membuat industri lokal harus lebih adaptif, inovatif, dan efisien. Tidak bisa lagi bergantung pada perlindungan regulasi kualitas dan daya saing harus jadi senjata utama.

 

Perusahaan dalam negeri ditantang untuk melakukan digitalisasi, meningkatkan produktivitas, dan memperluas pasar. Di sisi lain, konsumen juga diharapkan semakin bijak dalam mendukung produk-produk lokal. Artinya ada rasa cinta, ini produk lokal yang bisa bersaing karena TKDN juga tak menghambat sejumlah produk tetapi bisnis strategis.

Nasib para Investor, pekerja hingga rantai pasok bila TKDN dicabut

Pencabutan TKDN jelas merugikan pihak yang sudah berinvestasi lama di tanah air. Mereka juga seakan cukup melakukan impor saja tanpa melibatkan pekerja lokal, pabrik hingga rantai pasok. Namun ada sejumlah solusi agar semua pihak diuntungkan menurut saya pribadi, jelas mereka punya kontribusi besar ke negara kita dan layak diberikan karpet merah.

 

Pertama, perusahaan bisa membangun pabrik di Indonesia. Dengan memproduksi langsung di dalam negeri, persyaratan TKDN dapat terpenuhi, sembari menikmati biaya produksi yang lebih kompetitif dan akses pasar yang luas. Alternatif lainnya adalah menjalin kolaborasi dengan perusahaan lokal. Ini bukan hanya mempercepat proses adaptasi, tapi juga mempererat transfer teknologi dan budaya kerja.

 

Lebih jauh, investasi dalam riset dan pengembangan lokal menjadi senjata rahasia yang sering diabaikan. Dengan memahami karakter pasar dan konsumen Indonesia secara langsung, produk yang dihasilkan pun menjadi lebih relevan dan bernilai tambah. Serta jangan lupakan pentingnya menggandeng pemasok lokal, sebuah langkah cerdas untuk memperkuat rantai pasok dan meningkatkan kandungan dalam negeri.

 

Meski TKDN mungkin dicabut, pemerintah tidak boleh lepas tangan. Dukungan harus tetap hadir dalam bentuk pelatihan industri, insentif untuk inovasi, hingga kemudahan ekspor. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk membangun ekosistem industri yang berkelanjutan.

 

Solusi Cerdas: Relaksasi TKDN

Jangan sampai karena adanya regulasi TKDN, kita kesulitan ekspor, kelangkaan bahan baku hingga menghambat pertumbuhan industri. Jelas di era saat ini industri jadi hal nomor satu, sehingga buat negara kita mampu bersaing dengan sehat dengan negara lain. Ada sejumlah cara yang dilakukan yaitu insentif strategis seperti relaksasi TKDN.

 

Memangnya apa sih itu relaksasi TKDN?

Kemungkinan pemberian insentif kepada industri lokal sebagai alternatif strategi. Insentif ini dapat berupa keringanan pajak, subsidi, atau dukungan lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan mendorong inovasi. Beliau menekankan bahwa insentif harus diberikan secara selektif dan tepat sasaran agar efektif dalam mendorong pertumbuhan industri.

 

Ekonom Rhenald Kasali pernah mengatakan, "TKDN bukan soal proteksi, tapi soal positioning. Negara yang ingin berdikari, harus berani menentukan tempatnya di rantai pasok global."

 

Ada banyak contoh yang pernah terjadi pada Iphone 16 seperti yang saya jelaskan sebelumnya. Apple kesulitan buat buka pabrik di tanah air dan bahkan memenuhi  persyaratan TKDN 35% di Indonesia. Tanpa relaksasi, peluncuran produk mereka bisa tertunda atau bahkan tidak masuk sama sekali ke pasar Indonesia.

 

Alhasil dipilihlah metode relaksasi TKDN dengan komitmen investasi Apple sebesar mencapai 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 15,9 triliun. Komitmen ini mencakup berbagai aspek, termasuk pembangunan fasilitas R&D, peningkatan nilai TKDN dan pengembangan SDM melalui Apple Developer Academy di beberapa kota besar di Indonesia.

 

Hadirnya relaksasi TKDN seakan memberikan keringanan kepada perusahaan, baik dalam negeri maupun asing, yang mengalami kesulitan memenuhi batas minimum TKDN. Meskipun satu sisi ini membuat perusahaan dengan kekuatan besar bisa seenaknya. Seakan membuat perusahaan yang sebelumnya sudah berinvestasi di Indonesia

 

Tantangan TKDN dan Kouta Impor, Cara Pemerintah Meresponsnya

Di balik ramainya perbincangan soal TKDN dan kuota impor, sebenarnya ada drama besar yang sedang terjadi di balik layar industri Indonesia. Tujuan dari kebijakan ini memang mulia: supaya produk-produk lokal bisa tumbuh di rumah sendiri, tidak terus-terusan dibayangi produk asing.

 

Salah satu tantangan terbesarnya adalah kapasitas produksi lokal yang masih belum maksimal. Bayangkan, saat permintaan melonjak, pabrik-pabrik lokal kita malah ngos-ngosan mengejar kuota. Akhirnya, yang terjadi? Impor lagi yang jadi solusi cepat. Padahal semangat awalnya adalah memutus ketergantungan itu.

 

Lalu bicara soal teknologi dan infrastruktur. Banyak pelaku industri kita masih bergulat dengan mesin-mesin jadul dan proses yang belum efisien. Belum lagi urusan logistik, bahan baku, hingga distribusi, semuanya seperti belum sepenuhnya siap untuk menggenjot produksi sesuai standar global. Kalau ingin bersaing, otomatis kita perlu investasi besar-besaran di sini.

 

Tapi semua ini tidak bisa dibebankan pada satu pihak saja. Pemerintah dan pelaku industri harus duduk bareng, saling dengar, dan bekerja sama membuat kebijakan yang menguntungkan semua pihak. Apakah itu urusannya insentif dalam mengembangkan kandungan lokal, menyediakan fasilitas pendukung seperti pelatihan tenaga kerja dan akses teknologi. Sebab harus ada 35% bahan baku lokal, ini cukup besar dan berat. Banyak yang mengeluh ditambah dengan permintaan yang cukup besar dan banyak.

 

Namun justru di balik tantangan TKDN, ada peluang besar. Jika industri lokal mampu menjawab tantangan ini, Indonesia bisa naik level bukan sekadar pasar, tapi jadi pusat produksi regional. Bayangkan jika lebih banyak brand global membangun pabrik di sini karena regulasi yang mendukung. Lapangan kerja bertambah, teknologi masuk, dan industri lokal ikut terdorong. Jadi, daripada melihat TKDN sebagai beban, lebih baik kita anggap sebagai pintu menuju kemandirian industri yang sebenarnya.

 

Bangga Menggunakan Produk dalam Negeri

Kasus Iphone 16 yang lama lauching di tanah air secara tak langsung membuat publik geram, satu sisi geram karena pemerintah namun lebih geram karena Apple tidak mau investasi di Indonesia. Bahkan mereka selalu pakai cara relaksasi TKDN dan nilai investasi yang sangat kecil.

 

Sebagai gambaran, Apple telah meraih keuntungan signifikan dari penjualan iPhone di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Menurut data dari Kementerian Perindustrian, total pendapatan Apple dari penjualan produknya di Indonesia mencapai sekitar Rp56 triliun selama periode 2023–2024.

 

Pada tahun 2023 saja, nilai impor iPhone ke Indonesia diperkirakan mencapai US$2 miliar atau sekitar Rp32 triliun Sebagai perbandingan, investasi Apple di Indonesia melalui program seperti Apple Developer Academy dan rencana pembangunan pabrik komponen mencapai sekitar Rp1,7 triliun . Artinya mereka untung besar dan jelas ini membuat sejumlah pihak muak.

 

Meskipun produknya premium, tapi bagi sebagian pihak ini membuat kita beralih ke produk lain. Bahkan cara TKDN ini bisa membuat kita bangga pada produk lokal. Meskipun di bidang ponsel belum ada yang sepadan, tapi sejumlah produk lainnya kita lebih memilih buatan lokal yang terjamin.

 

Di sisi lain, konsumen juga punya peran besar. Dengan semakin banyaknya produk lokal berkualitas tinggi, masyarakat perlu membangun kebiasaan bangga memakai produk buatan negeri sendiri. Loyalitas konsumen terhadap brand lokal adalah bahan bakar utama tumbuhnya industri nasional.

 

Kesimpulan Akhir

Di tengah perubahan global dan tekanan dari luar, TKDN adalah jati diri ekonomi kita. Ia bukan sekadar kebijakan, tapi bentuk keberanian untuk tidak tunduk sepenuhnya pada arus globalisasi. Jika kita bisa memaksimalkan potensi ini, maka Indonesia bukan hanya bertahan tapi bisa memimpin.

Share:

0 komentar:

Post a Comment

Kenalan Blogger

My photo
Blogger & Part Time Writer EDM Observer