Sunday, November 12, 2023

Konser Bebas Karbon ala Coldplay

Saat pertama sekali mendengar konser musik, apa yang paling sering dibayangkan?

 

Kemeriahan panggung? Kerlap-kerlip cahaya hingga tentu saja keindahan suara dan melodi dari penyanyi dan musisi. Semua terbawa dalam larutan emosi sejak awal musiknya diputar hingga lagu terakhir.

 

Semuanya juga terbawa dalam hipnosis musik. Semua saling suka cita akan lagu yang diputarkan. Waktunya yang cukup lama terasa sangat cepat dan akhirnya konser pun selesai.

 

Segala kenangan bersama idola terekam indah di memori dan ponsel fans masing-masing. Menjadi cerita indah yang dikenang selamanya. Tak selamanya idola bisa datang kembali dan kita bisa menonton lagi di masa depan.

 

Stigma Buruk dari Gelaran Konser

Selama ini, konser selalu identik dengan stigma yang buruk. Mulai dari kegiatan hedonisme yang sangat dunia, jauh dari norma agama, pertunjukan yang banyak energi listrik, sampah berserakan, hingga kenakalan remaja.

 

Semua ini sering melekat dalam naluri konser bahkan bisa dianggap konser lebih banyak efek negatif meskipun bisa mendatangkan banyak uang setelah. Stigma ini seakan melekat dan konser kadang sering menghasilkan sesuatu yang tidak mengenakkan buat yang tidak kebagian tiket. Rasa iri bahkan tak jarang menghasilkan kecemberuan sosial.

Sedangkan buat kaum mendang-mending, uangnya bisa buat kebutuhan atau alibinya. Jadilah pembicaraan konser sebuah musisi terkenal yang jadi trending. Namun harus disadari, buat orang yang sangat menggemari musisi tersebut, konser mereka jadi pengalaman seumur hidup yang tak akan terlupakan.

 

Kondisi konser seakan memburuk saat pandemi mendatang. Kegiatan berkumpul di tempat yang ramai menjadi dilarang dan dibatasi jumlahnya. Bahkan bisa dibilang, selama 2 tahun adalah masa tersuram dari konser.

 

Hingga akhirnya di tahun 2022, secercah harapan datang saat pandemi mulai mereda. Gelaran konser di belahan di dunia hadir tanpa henti dan bahkan hadir lebih meriah serta kaya inovasi. Kesempatan membangkitkan dunia hiburan.

Stigma buruk konser mulai berubah dan dunia hiburan menjadi jurus baru dalam menaikkan daya beli masyarakat dan memberi stimulus pada ekonomi pasca pandemi. Bisa dibilang, ada banyak uang yang masuk hanya dari sebuah konser. Perputaran ekonomi nyata terlihat.

 

War Tiket Berakhir Ambyar

Sudah pasti War Ticket jadi fenomena baru dan pertama kali yang saya ikuti. Fenomena ini lahir selain yang datang adalah musisi kenamaan dunia datang ke suatu negara. Jumlah fans yang banyak jelas perburuan tiket menjadi sangat sengit. Inilah yang menghadirkan War Ticket ibarat memenangkan sebuah lotre.

 

Memang fenomena kini sudah lama terjadi apalagi saat proses penjualan tiket menggunakan sistem online. Siapa yang paling cepat dia yang dapat. Terlambat sedikit saja, saatnya mengubur mimpi bisa menonton idolanya untuk pertama kalinya.

Namun Anda tidak sendirian, ada ratusan ribu orang lainnya punya kans serupa. Tak hanya datang dari manusia saja, sistem curang digunakan agar memenangkan perburuan. Inilah yang digunakan para calo agar bisa mendapatkan tiket dan menjualnya dengan harga selangit. Budaya ini jelas merugikan, selain banyak dari fans yang membeli tiket dari calo.

 

Aksi dari calo membuat banyak fans yang sebenarnya layak ada di dalam konser, harus gigit jari. Cara menghentikan tradisi ini adalah: jangan membeli tiket dari calo. Tapi nantinya kami tak bisa nonton! Cara ini bisa memberantas calo tiket dan otomatis mereka rugi besar.

 

Apalagi beli dalam jumlah besar dan makin mendekati hari H. Jantung mereka berdegup kencang, tiket tak laku dan harus banting harga. Bila para fans dan penonton kompak, jelas ini membuat mereka kapok.

 

Selain itu ada cara lainnya yang bisa digunakan, misalnya saja promotor membatasi pembelian hanya 2 tiket untuk 1 KTP. Jelas ini membuat jumlah calo berpikir ulang, apalagi proses berhubungan dengan KTP yang sedikit rumit.

 

Bila kalian berhasil mendapatkan tiket impian kalian. Semangat karena ini pengalaman berharga dan War Ticket jadi sebuah budaya yang satu sisi mendebarkan dan mengecewakan. Setelahnya tinggal waktu menunggu sampai hari H konser tiba. Ternyata saat hari H malah ada acara. Waduh…!

 

Konser Go Green, Melawan Stigma Konser Boros Energi

Ide konser berbasis Go Green timbul sebagai respons terhadap meningkatnya kesadaran akan isu-isu lingkungan dan keberlanjutan di seluruh dunia. Konsep Go-Green ini adalah model dalam efisiensi energi dan cara dalam mencoba energi alternatif lainnya.

Apalagi si musisi sekalian melakukan kampanye, ide unik ini dirasa pasti akan dilakukan oleh fansnya. Rasa cinta fans seakan memberikan dampak kampanye yang mereka berikan bisa masuk dengan mudah. Lalu, ada sejumlah faktor yang mendorong tercetusnya ide ini antara lain:

 

Pertama yaitu dengan pengaruh besar perubahan iklim, terjadi di seluruh dunia telah meningkatkan kekhawatiran akan dampak negatif yang ditimbulkannya. Ini mendorong kita untuk mencari cara-cara baru yang lebih ramah lingkungan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dunia hiburan seperti konser.

 

Kedua ialah dukungan kepedulian lingkungan, Ada banyak gerakan lingkungan yang berkembang pesat di seluruh dunia. Gerakan-gerakan ini menekankan pentingnya tindakan untuk mengurangi dampak lingkungan dan mendorong perubahan positif dalam berbagai sektor, termasuk industri hiburan.

 

Ketiga berupa bentuk kesadaran Fans, Selama ini stigma fans yang kerap dianggap urakan, ugal-ugalan dan tidak cinta lingkungan. Kini coba diubah dengan kesadaran dalam menjaga lingkungan. Konser berbasis go green memberikan alternatif bagi konsumen yang bisa tetap fun sembari menjadi lingkungan.

Terakhir tentunya pengaruh sosial media. Tentunya terkait kesadaran lingkungan sangat besar. Melalui platform ini, ide konser Go Green dapat dengan cepat menyebar dan menjangkau semua kalangan. Konser yang mungkin hanya dihadiri 50 ribu fans, namun berdampak bahkan seantero negeri.

 

Konser, Memangnya Seberapa Boros Energi?

Energi yang dihabiskan saat sebuah konser besar berlangsung dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk ukuran dan durasi konser, jumlah penonton, jenis peralatan yang digunakan, dan efisiensi penggunaan energi.

Konser besar biasanya memerlukan penggunaan yang signifikan dari sistem pencahayaan, pengeras suara, layar LED, dan peralatan lainnya yang memerlukan daya listrik. Selain itu, peralatan pendingin udara untuk menjaga suhu di dalam tempat konser juga membutuhkan energi yang cukup besar.

 

Penting untuk dicatat bahwa konser besar dapat menggunakan sumber energi yang berkelanjutan, seperti panel surya atau generator biodiesel, untuk mengurangi dampak lingkungan dari konsumsi energi. Namun, konser dengan skala besar masih memiliki potensi penggunaan energi yang signifikan.

 

Saya jadi ingat konser akbar yang dilakukan di lapangan terbuka. Ada beragam alat dalam hal ini peralatan pencahayaan, pengeras suara, layar LED, dan peralatan lainnya yang memerlukan daya listrik.

 

Saat konser berlangsung, di sebagian wilayah di desa tersebut harus mengalami pemadaman. Jelas ini kerugian karena ada sebagian orang lainnya membutuhkan listrik. Sedangkan listrik di malam hari sebagian besar disedot oleh konser tersebut.

 

Namun itu dulu, kini dalam pelaksanaan konser, sudah ada manajemen daya sehingga tak harus mengambil daya dari listrik masyarakat. Malahan  kini daya besar coba ditekan dengan penggunaan konsumsi energi efisien.

Setelah tahapan ini selesai, barulah inovasi lainnya hadir. Mulai dengan menggunakan peralatan yang lebih efisien, mengoptimalkan pencahayaan panggung, mengatur suhu ruangan dengan lebih efisien, dan memilih sumber energi yang lebih berkelanjutan.

 

Selain itu, langkah-langkah seperti penggunaan gelang tangan LED yang hemat energi, pengelolaan limbah yang baik, dan promosi penggunaan transportasi berkelanjutan juga dapat membantu mengurangi dampak energi dalam konser.

 

Konser Bebas Karbon, Bisakah?

Menciptakan konser bebas karbon jelas sebuah tantangan. Apalagi kini konser sering menjadi peluang besar penghasil karbon. Pihak yang terlibat, mulai dari promotor, EO, musisi, dan tentu saja penonton. Kolaborasi semuanya menjadikan minimal karbon yang dihasilkan berkurang.


Apalagi kin banyak nilai tambah dari sebuah konser yang bebas karbon. Selain lebih tampil beda dengan yang lainnya, konsep ini akan jadi pionir konser musik atau aktivitas lainnya yang bersifat hiburan di ruang terbuka. Potensi penekanan karbon dari konser makin berkurang tanpa mengurangi kemeriahannya.

 

Bagaimana Konsep Konser Bebas Karbon?

Konsep konser go-green adalah upaya untuk mengadakan konser atau acara hiburan yang mengutamakan prinsip-prinsip keberlanjutan dan kesadaran lingkungan.

 

Tujuan dari konser go-green adalah untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan mendorong kesadaran akan isu-isu lingkungan di kalangan para fans. Memangnya gimana caranya, berikut caranya:

 

Pertama dengan menggunakan energi terbarukan, Nah, cara ini sudah banyak diimplementasikan. Mula dari penggunaan listrik matahari atau energi angin. Itu bisa saja terpasang di atap stadion atau lapangan terbuka (sudah ada panel surya) sehingga saat malam tiba, energi tersebut bisa terpakai.

 

Kedua yaitu melalui proses pengelolaan limbah. Ini berfokus pada penggunaan material yang ramah lingkungan, pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, dan pengolahan limbah secara efektif adalah beberapa langkah yang diambil dalam konser go-green.

 

Ketiga dengan menggunakan transportasi berkelanjutan. Contoh utamanya adalah mendorong penggunaan transportasi berkelanjutan seperti penggunaan kendaraan ramah lingkungan atau fasilitas transportasi umum untuk mengurangi jejak karbon dari perjalanan ke dan dari konser.

 

Terakhir ialah dengan cara edukasi lingkungan, Ini mengajarkan penggemar dan peserta konser mengenai isu-isu lingkungan dan langkah yang dapat mereka ambil untuk menjadi lebih ramah lingkungan. Bahkan mengajak pegiat lingkungan untuk meningkatkan kesadaran dan menggalang dukungan menjaga alam.

 

Coldplay, Wujudkan Konser Bebas Karbon

Menjadi band paling berpengaruh di abad 21, jelas saja membuat Coldplay punya basis fans sangat besar di dunia. Konsernya begitu ditunggu-tunggu sampai seakan-akan sold out saat proses launching tiketnya. Sadar potensi yang sangat besar, pihak manajemen mencoba hal baru.

 

Coldplay akan menggelar konser di Indonesia pada 15 November 2023, sebagai bagian dari tur dunia untuk mempromosikan album terbaru mereka "Music of the Spheres". Ini merupakan tur dunia pertama setelah "A Head Full of Dreams" yang terakhir digelar 2017 lalu.

 

Memang band yang sudah punya nama besar, bisa mengimplementasikan idenya dengan mudah. Coldplay sadar bahwa harus ada perubahan dalam konser yang dilakukan. Saat sebuah konser dilaksanakan tentu ada begitu banyak energi yang harus dikeluarkan.  Bahkan bisa dianggap konser boros energi dan penghasil karbon tersebut.

 

Rencana yang diwujudkan beragam, mulai dari mengurangi Emisi Gas karbon. Coldplay berjanji untuk mengurangi emisi gas karbon sebesar 50% dibandingkan tur sebelumnya. Mereka juga menugaskan tim ahli untuk menyelidiki dampak lingkungan serta jejak karbon dari tur mereka terdahulu. Dengan begitu, pengurangan karbon bisa dilakukan secara efektif.

 

Mereka pun berjanji akan mendanai program tanam pohon, salah satunya dengan menanam 1 pohon untuk 1 tiket yang terjual. Sekaligus mendanai pula berbagai program reboisasi, konservasi, regenerasi tanah, penangkapan karbon dan energi terbarukan.

 

Ide kedua yaitu dengan menggunakan energi terbarukan, bertujuan mengurangi emisi gas karbon, tur ini juga sebisa mungkin menggunakan energi terbarukan untuk keseluruhan produksinya. Mulai dari pemasangan solar tiles temporer di lantai venue, concourse luar, dan di atas panggung. Pengisian daya akan dimulai sesaat setelah mereka tiba di venue.

 


Mereka juga akan memasang lantai kinetis di dalam venue. Tujuannya agar gerakan penonton bisa diubah menjadi energi dan membantu memberikan daya pada pertunjukkan. Terdapat pula sepeda yang mampu menjadi pembangkit listrik, sehingga penonton bisa aktif berpartisipasi dalam memberikan daya selama konser berlangsung.

 

Ide ketiga dengan mengurangi penerbangan. Dalam perencanaan tur ini, Coldplay berusaha untuk sebisa mungkin mengurangi perjalanan lewat udara. Selama masih memungkinkan, mereka dan tim akan menggunakan mobil listrik atau kendaraan biofuel. Meski begitu, tetap ada kondisi ketika perjalanan udara tidak dapat dihindari.

 

Oleh sebab itu, semua penerbangan yang berhubungan dengan Music of The Spheres World Tour, komersial maupun charter, akan menggunakan bahan bakar penerbangan yang berkelanjutan. Bahan bakar ini terbuat dari bahan limbah terbarukan yang mampu mengurangi emisi perjalanan udara hingga 80% dibandingkan bahan bakar biasa. Penyediaan serta pasokannya akan didanai penuh oleh Coldplay

Keempat tentu saja panggung serta pertunjukan yang ramah lingkungan. Desain panggung akan disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya lokal di lokasi. Mengurangi borosnya penggunaan energi untuk pengangkutan. Selain itu, panggung pun akan terbuat dari kombinasi bahan ringan, rendah karbon, dan dapat digunakan kembali (termasuk bambu dan baja daur ulang) setelah tur selesai.

 

Gelang LED untuk penonton yang menjadi ciri khas konser Coldplay, kali ini pun ramah lingkungan. Terbuat dari 100% bahan nabati yang dapat dikompos. Produksinya pun akan dikurangi hingga 80%, yaitu dengan cara mengumpulkan, mensterilkan, dan mengisi ulang daya gelang setelah konser selesai.

 

Terakhir mengelola sampah, alasan utama karena konser adalah penyumbang sampah yang tergolong besar. Oleh sebab itu, Coldplay berusaha untuk sebisa mungkin mengurangi sampah dan mempromosikan daur ulang di setiap konser mereka nanti.

 

Band ini juga akan bekerja sama dengan venue untuk tidak menjual air minuman kemasan plastik sekali pakai. Sebisa mungkin air minum diganti dengan kemasan yang bisa digunakan kembali atau bisa didaur ulang.

 

Konser Go-Green ala Coldplay

Coldplay juga memasang lantai kinetik di lokasi tertentu di sekitar stadion sehingga tarian para penggemar dapat diubah menjadi energi yang dapat membantu menghidupkan pertunjukan. Pengelola konser juga akan memasang sepeda statis penghasil listrik sehingga para penggemar dapat secara aktif mengisi baterai pertunjukan tersebut.

100 persen daya listrik yang Coldplay gunakan dalam konser tersebut pun bersumber dari energi terbarukan. Tak hanya itu, Coldplay menyatakan setiap satu tiket yang terjual akan dialokasikan untuk mendanai penanaman dan perlindungan seumur hidup satu pohon baru.

 

Bagaimana cara kerja lantai kinetik?

Bentuknya menyerupai lantai dansa yang terdiri dari modul lantai yang ketika diinjak, dilompati, atau ditarikan akan menggerakkan sistem elektro-mekanis internal dan menghasilkan energi antara 25-35W. Energi yang dihasilkan diubah menjadi listrik untuk menerangi lampu LED bawaan di lantai atau untuk menyalakan perangkat lain yang terhubung.

Ada juga sepeda dalam penggerak motor listrik. Siapa di sini suka naik sepeda atau bahkan di gym menyukai naik sepeda statis? Kini di konser Coldplay, akan diberikan kesempatan buat mengayuh sepeda sebanyak mungkin buat fans terpilih.

 

Jejak Hijau para Partner Konser Coldplay

Beberapa nama besar yang masuk dalam jajaran partner konser Coldplay, antara lain Neste, BMW, dan DHL, serta sponsor resmi konser di Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Berikut ini ulasan mengenai jejak hijau para partner Coldplay.

 

Neste, Dalam tur dunia Coldplay, Neste berperan sebagai penyedia bahan bakar yang berkelanjutan. Untuk semua penerbangan yang digunakan, baik komersial dan charter, Coldplay akan membayar biaya tambahan untuk menggunakan atau memasok bahan bakar penerbangan berkelanjutan (sustainable aviation fuel).

 

Mengutip laman resmi perusahaan, Neste akan memasok SAF yang dihasilkan 100% dari limbah dan residu, seperti minyak goreng bekas dari restoran. Ketika digunakan tanpa dicampur dengan bahan bakar jet fosil, SAF membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dari perjalanan udara hingga 80%, dibandingkan dengan bahan bakar jet fosil konvensional.

Neste juga akan menyediakan diesel terbarukan, yakni biofuel tipe minyak nabati yang dihidrolis (hydrotreated vegetable oil), yang diproduksi 100% dari bahan baku terbarukan, terutama limbah dan residu seperti minyak goreng bekas.

 

Penggunaan diesel terbarukan ini dinilai dapat menurunkan emisi karbon generator secara signifikan. Diesel terbarukan juga akan memberi daya pada sebagian besar transportasi perlengkapan konser Coldplay yang menggunakan truk, dengan jumlah pengurangan emisi sebanyak 75-95%.

 

Sebagai informasi, Neste Oyj adalah perusahaan penyulingan dan pemasaran minyak yang berlokasi di Espoo, Finlandia. Perusahaan yang beroperasi di 14 negara ini, memproduksi, memurnikan, dan memasarkan produk minyak, menyediakan layanan teknik, dan melisensikan teknologi produksi.

 

DHL, merupakan official logistic partner untuk tur dunia Coldplay, karena menjadi perusahaan logistik multinasional yang meluncurkan layanan "GoGreen Plus", di mana layanan logistik yang digunakan DHL dipastikan mengurangi emisi karbon.

 

Layanan GoGreen Plus dimungkinkan setelah kolaborasi DHL baru-baru ini dengan BP dan Neste untuk memasok SAF ke hub DHL Express di seluruh dunia. Bagian terbarukan dari bahan bakar inovatif dihasilkan dari limbah minyak. SAF dari limbah dan residu tersebut dapat memberikan pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 80% dibandingkan dengan bahan bakar jet konvensional.

Truk DHL yang menggunakan konsep GoGreen berupa konsep GoGreen Plus memungkinkan pelanggan menurunkan scope 3 emission, yakni mencakup semua emisi tidak langsung yang terjadi dalam kegiatan hulu dan hilir suatu organisasi atau perusahaan.

 

GoGreen Plus yang diluncurkan DHL ditujukan untuk mengurangi emisi dalam sektor logistik, dan dengan demikian dapat digunakan untuk pelaporan emisi sukarela pelanggan DHL dan mengikuti filosofi science based target initiative (SBTi).

 

BMW, Coldplay menggunakan baterai pertunjukan pertama yang dapat diisi ulang. Ini merupakan baterai BMW i3 yang dapat didaur ulang, yang akan memberi daya pada pertunjukan dengan energi terbarukan. Sederhananya, baterai BMW i3 ini berfungsi sebagai power bank.

 

Teknologi penyimpanan untuk pemasok daya selama pertunjukan akan disediakan oleh sebagian baterai daur ulang yang digunakan dalam BMW i3. Baterai pertunjukan akan memberikan emisi super rendah yang diperlukan, tenaga listrik dan menggantikan generator diesel dan bensin biasa, yang pada gilirannya akan menghasilkan pengurangan jejak karbon yang signifikan.

Ini akan diisi ulang menggunakan berbagai sumber terbarukan termasuk instalasi panel surya, dan lantai stadion kinetik yang diproduksi oleh Energy Floor. Lalu, sepeda listrik, dan generator yang ditenagai oleh Hydrotreated Vegetable Oil.

 

Lantai stadion kinetik dan sepeda listrik akan memanfaatkan kekuatan kolektif dari para penggemar itu sendiri. Ini terlihat dalam konser yang telah dilakukan dalam rangkaian tur dunia "Music of the Spheres".

 

BCA, terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan atau environmental, social, and corporate governance (ESG) sebagai sponsor. Beberapa inisiatif hijau yang digalakkan BCA, antara lain penyaluran pembiayaan berkelanjutan, seperti untuk kendaraan listrik. Kendaraan listrik menjadi salah satu sektor potensial yang didanai oleh pembiayaan berkelanjutan BCA.

 

Oh iya, selama proses pembelian tiket Coldplay yang ada di tanah air juga, BCA melayani para nasabah bisa dengan mudah War Ticket Coldplay. Kemudahan ini didapatkan nasabah sebagai wujud kepedulian BCA dalam ambil andil serta memberdayakan energi terbarukan dalam konser mereka.

 

Jadi tugas BCA seakan mencoba mengedukasi masyarakat agar beralih ke kendaraan listrik. Program yang ditawarkan BCA ini jadi alasan mereka dalam mempromosikan diri dalam konser Coldplay. Penonton bisa melihat tawaran apa saja yang BCA berikan.

 

PixMob, yang merupakan teknologi pencahayaan nirkabel dari Eski Inc. Menggunakan objek yang dapat dikenakan sebagai piksel, audiens acara itu sendiri dapat menjadi tampilan. Efek cahaya yang dihasilkan oleh perangkat LED ini dapat dikontrol agar sesuai dengan pertunjukan cahaya, berdenyut selaras dengan musik, serta bereaksi terhadap gerakan tubuh.

Gelang tangan LED 7 terbuat dari plastik berbasis tanaman yang sangat berkelanjutan yang berasal dari tebu yang dapat diperbaharui. Plastik PLA yang diproses yang digunakan dalam gelang tangan LED 7 memiliki jejak karbon 400% lebih rendah daripada plastik biasa (PET) dengan 500 kg CO2 eq./ton polymer.

 

Punya berat 17gram plastik PLA dalam setiap gelang tangan LED 7, total emisi untuk 1 juta unit diperkirakan mencapai 8.500 kg CO2 eq. Menurut EPA AS, ini setara dengan emisi mobil yang digunakan selama satu tahun. Ini sama dengan perbandingan 141 pohon yang tumbuh selama 10 tahun.

Gelang tangan LED 7 ini adalah gelang tangan terang terbaik di pasaran. Dalam kolaborasi dengan Moving Heads kami, gelang tangan LED ini menawarkan pengalaman cahaya yang mengagumkan. Teknologi kami menawarkan fleksibilitas dan upaya terbaik dalam kelasnya sehingga desainer dan artis dapat dengan lancar mengungkapkan visi mereka.

 

Kesimpulan Akhir

Konser Go Green adalah konsep yang bertujuan untuk membuat konser lebih ramah lingkungan. Ini adalah gerakan yang diadopsi oleh tempat konser, artis, dan penggemar. Tujuan dari Konser Go Green adalah untuk mengurangi dampak lingkungan konser dengan menggunakan bahan yang berkelanjutan, mengurangi limbah, dan mempromosikan efisiensi energi.

 

Ada banyak cara untuk membuat konser lebih ramah lingkungan. Beberapa praktik umum meliputi: Menggunakan bahan berkelanjutan, seperti kertas daur ulang dan cangkir kompos. Mempromosikan efisiensi energi dengan menggunakan pencahayaan dan peralatan hemat energi. Mendorong penggemar untuk berbagi kendaraan atau menggunakan transportasi umum ke konser.

 

Coldplay mencoba mewujudkannya pada para fansnya bahwa konser yang selama ini identic dengan buangan karbon yang sangat besar kini ramah akan energi. Bahkan dari sebuah konser kita bisa menghasilkan energi bersih darinya.

 

Akhir kata, have a nice day dan semoga postingan ini bermanfaat dan makin banyak konser bebas karbon serupa.

Share:

0 komentar:

Post a Comment

Kenalan Blogger

My photo
Blogger & Part Time Writer EDM Observer

Part of EcoBlogger Squad

Part of EcoBlogger Squad