Wednesday, February 7, 2024

E-Caleg: Ketahui Rekam Jejak Calon Wakil Rakyat

 

Warna-warni menghiasi jalan, setiap harinya aku melihat ada puluhan hingga ratusan spanduk kampanye caleg. Mulai dari level spanduk ukuran kecil hingga level baliho dan videotron. Jelas banyak spanduk membuat keindahan setiap ruas jalan menjadi terganggu, namun itu bentuk menyambut pesta demokrasi.

 

Sejak tanggal 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024 nantinya, ada beragam warna-warni yang simpatisan politik. Bersaing dalam mempromosikan diri dari tingkat paling rendah kabupaten/kota hingga ke jejang kepala negara presiden.

 

Selama 75 hari yang panjang ini, jelas ada begitu banyak spanduk yang bertebaran di setiap sudut jalan. Menjadikan pertarungan kontestan politik, bersaing jadi yang terbaik dalam mewakili rakyat. Jelas setiap pemilu tentunya ada beragam intrik politik yang mengelabuhi masyarakat seperti serangan fajar atau bahkan politik uang. Muaranya jelas, karena banyak dari masyarakat tidak kenal dengan calon yang ia pilih dengan sepenuhnya.

Malahan level yang paling tidak dikenal tentu saja berada di level paling rendah, posisi ini juga sangat rentan dalam hal politik uang karena eksposur yang sangat rendah. Jangan heran untuk bisa menjadi wakil di level kabupaten/kota identik dengan membeli suara. Alhasil, caleg yang terpilih adalah yang paling banyak memberikan guyuran uang atau bantuan.

 

Menciptakan Pemilu yang Sehat dan Damai

Indonesia tergolong negara demokrasi terbesar di dunia, bahkan bisa dikatakan konsep demokrasi yang diterapkan di Indonesia jadi percontohan dalam memilih wakil rakyat secara langsung. Ada banyak pilihan yang bisa masyarakat inginkan sesuatu wajah daerah, provinsi, daerah hingga level presiden.

 

Menciptakan pemilu sehat nyatanya bisa dilakukan dengan melibat teknologi. Apalagi ada banyak masyarakat yang tidak kenal dengan calegnya. Hanya terpampang foto dan janji-janjinya di setiap pinggir jalan. Kinerja mana ada yang tidak kita ketahui, kecuali sebelumnya sudah pernah menjabat.

Agar suasana pemilihan jadi terkendali dan sehat, tentunya masyarakat juga harus diedukasi. Khususnya sekali dalam mengetahui wakil-wakil di daerahnya. Jangan tergiur hanya kucuran uang yang mungkin sekali belanja habis atau sembako yang nominalnya hanya bisa dipakai selama seminggu. Sedangkan wakil daerah akan menjabat selama 5 tahun lamanya.

 

Edukasi dalam pemilu akan menghadirkan pemilu yang sehat salah satunya dalam sosialisasi caleg. Masyarakat kini terlalu fokus pada calon pada posisi besar sedangkan ada banyak wakil daerah dan kebijakan mereka lebih berpengaruh dibandingkan capres. Melalui sosialisasi, masyarakat akan lebih peduli dalam hal ini.

 

Teknologi, Cara Menciptakan Pemilu yang Transparan

Selama ini pemilu identik dengan kertas dan kotak suara. Tak ada teknologi di sini, hanya sebuah kertas yang para pemilihnya masuk ke dalam bilik suara untuk menentukan pilihannya. Lalu setelah proses pemilihan, para pemilih tinggal mencelupkan jarinya ke dalam tinta suara.

 

Saat proses perhitungan suara dilakukan, hanya dibutuhkan spidol dan papan tulis sebagai pencatatan suara. Jelas di sini tidak ada teknologi sedikit pun yang terlibat di dalamnya. Sama halnya dengan kampanye, bermodalkan spanduk yang dicetak dari percetakan terdekat lalu ditempelkan pada sudut kota agar pemilih tahu.

Nyatanya, teknologi saat punya peran penting dalam proses awal pemilu (masa kampanye) hingga proses pemilihan. Pada kasus ini, penulis ingin fokus dalam proses kampanye sedangkan dalam pemilihan akan ada tulisan lainnya yang akan dibahas.

 

Rekam jejak seorang caleg mencakup informasi tentang riwayat pendidikan, pengalaman kerja, aktivitas sosial, dan partisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat. Hanya saja, banyak masyarakat terlalu malas mencari rekam jejak hal tersebut. Paling sering yang jadi pembahasan tentunya blunder dan harta kekayaan caleg yang berhasil diungkap sama media. Sisanya fana, jangan heran banyak caleg bermasalah yang berhasil melenggang jadi wakil rakyat.

 

Hadirnya terobosan teknologi dalam mengetahui caleg sangat membantu. Jangan sampai terkecoh oleh baliho, iklan atau bahkan serangan fajar yang tentunya saat mereka terpilih. Akan ada banyak politik kotor yang dimainkan, karena sejak awal cara yang digunakan tidak etis.

Melalui teknologi, praktik ini berkurang terutama buat pemilih yang belum menentukan pilihan. Mereka jadi melek politik dan tahu calon yang baik dari yang terbaik dan sekaligus membentuk pemilih yang baik. Tentunya tak heran, kinerja para wakil rakyat akan jadi lebih baik. Di sinilah teknologi membantu terutama dalam memilih yang terbaik.

 

Bagaimana Kita Tahu Rekam Jejak Caleg?

Selama ini, rekam jejak para caleg tidak banyak yang diketahui, kecuali orang-orang yang cukup melek dengan politik. Sedangkan sisanya, para masyarakat sering abai dan bahkan terkecoh dengan poster atau baliho caleg. Perpaduan warna partainya dan pose yang menarik seakan menjadi nilai daya tarik buat pemilih awam.

 

Namun tak perlu khawatir, ada sejumlah cara yang bisa digunakan dalam mengenal sejumlah cara. Sudah pasti ini memberikan pengetahuan pengguna. Dimulai dari situs resmi caleg: Cek situs resmi partai politik yang mencalonkan caleg tersebut. Biasanya, partai politik akan menyediakan informasi lengkap tentang setiap caleg yang diusung.

Ada cara lainnya yang lebih gampang namun kurang berimbang yaitu sosial media. Banyak caleg menggunakan platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, atau LinkedIn untuk berkomunikasi dengan pemilih. Cari akun media sosial caleg dan lihat publikasi, foto, dan informasi lainnya yang mungkin memberikan gambaran tentang latar belakang dan pandangan politik mereka.

 

Di kesempatan lainnya, kita juga bisa melihat kapabilitasnya melalui debat dan wawancara: Cek apakah caleg tersebut pernah berpartisipasi dalam debat atau wawancara. Biasanya, ini dapat memberikan wawasan tentang pemahaman mereka terhadap isu-isu politik dan pandangan mereka.

 

Kini lanjut ke tahap berita khususnya berita lokal mengenai daerah asal caleg tersebut. Ada banyak tentunya beritanya terutama jejak digital menjadi landasan utama dalam menilai salah satu caleg. Artikel-artikel ini mungkin memberikan informasi tentang partisipasi mereka dalam kegiatan masyarakat atau isu-isu politik lokal.

 

Ada juga berdasarkan rekomendasi dan ulasan: Tanyakan kepada orang-orang di sekitar Anda atau cari ulasan tentang caleg tersebut. Mungkin ada testimoni atau rekomendasi dari warga yang telah berinteraksi dengan mereka secara langsung.

Terakhir tentunya laporan harta kekayaan: Beberapa negara atau wilayah memiliki persyaratan untuk caleg untuk melaporkan harta kekayaan mereka. Cek apakah ada laporan semacam itu yang dapat memberikan informasi tentang keuangan mereka. Ini juga bisa mengetahui kecurigaan dalam sejumlah barang atau benda yang caleg gunakan.

 

Pelaporan LHK bahkan dianggap sebagai acuan dalam kecurigaan bila caleg yang sebelumnya pernah maju di periode sebelumnya, terjadi lonjakan kekayaan dalam waktu singkat. Ini bahkan jadi alasan pemilih dalam mempertimbangkan salah seorang caleg buat dipilih.

Ingatlah bahwa informasi ini sebaiknya dikumpulkan dari berbagai sumber untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan akurat tentang rekam jejak seorang caleg. Juga, pastikan untuk memverifikasi keabsahan informasi yang kamu dapatkan untuk menghindari penyebaran informasi palsu atau tidak akurat.

 

Lalu muncul pertanyaan, mengapa rekam jejak caleg penting?

Ada banyak alasan yang mendasari rekam jejak sebagai alasan memilih. Toh saat ini menjadi alasan kuat jejak digital dalam mengurangi caleg yang ingin memperkaya diri dan menguntungkan partai saja. Abai penuh pada rakyat setelah terpilih. Berikut sejumlah ulasannya:

 

Rekam jejak seorang caleg penting karena memberikan pemilih gambaran yang lebih jelas tentang kualifikasi, integritas, dan visi politik caleg tersebut. Ada banyak yang dinilai dari tingkat transparansi. Rekam jejak membantu menciptakan transparansi dalam politik. Pemilih memiliki hak untuk mengetahui lebih banyak tentang latar belakang caleg, termasuk pendidikan, pengalaman kerja, dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat.

 

Lalu dilanjutkan dengan tingkat kualifikasi. Si sini dinilai informasi tentang pendidikan dan pengalaman kerja caleg membantu pemilih menilai apakah mereka memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk memahami dan mengatasi isu-isu politik yang kompleks. Ada juga yang diperlukan kualitas integritas dan etika: Pemilih ingin tahu apakah caleg tersebut memiliki catatan bersih atau pernah terlibat dalam kasus pelanggaran etika atau hukum.

Caleg juga harus dinilai rekam jejaknya dalam arah padangan politik. Apakah itu berupa partisipasi dalam debat, penulisan artikel, atau aktivitas lainnya dapat memberikan wawasan tentang pandangan politik caleg. Ini membantu pemilih memahami di mana caleg tersebut berdiri pada isu-isu tertentu.

 

Terakhir apakah caleg tersebut punya jejak dalam keterlibatan sosial: Aktivitas caleg di luar dunia politik, seperti keterlibatan dalam kegiatan sosial dan masyarakat, dapat memberikan gambaran tentang sejauh mana mereka terhubung dengan kebutuhan dan aspirasi warga.

Jangan modal uang orang tua atau terkenal saja, lalu nyaleg dan menang. Sudah pasti keterlibatan sosial minim dan tentu saja keluarga dan partai politik prioritas utama setelah menang untung mengembalikan dana kampanye.

 

Melalui pemahaman yang lebih baik tentang rekam jejak caleg, pemilih dapat membuat keputusan yang lebih informatif dan memilih perwakilan yang sesuai dengan nilai, aspirasi, dan kebutuhan mereka. Oleh karena itu, rekam jejak caleg adalah salah satu faktor kunci dalam proses demokrasi yang sehat.

 

Penerapan E-Caleg, Penerapan Sistem Pemantauan Digital

Teknologi kini harus dilibatkan pada banyak hal termasuk dalam memilih wakil rakyat. Penerapan teknologi di sini bisa meminimalisir hadirnya caleg yang kompeten. Politik uang yang sangat kuat dan mengakar jelas tidak baik dan cara melawannya adalah dengan teknologi.

 

Memang ada sejumlah tantangan besar dalam implementasinya, Untuk itulah sistem ini harus dijalankan secara mandiri dan independen. Supaya tak ada intervensi terutama dalam caleg yang ingin kredibilitasnya naik atau dimanipulasi.

 

Konsep teknologi yang menarik diterapkan bernama E-Caleg. Sistem digital pemantau caleg adalah platform atau aplikasi berbasis teknologi informasi yang digunakan untuk memantau dan menyediakan informasi tentang rekam jejak, aktivitas, dan keterlibatan seorang caleg.

 

Tujuan utamanya baik, khususnya dari sistem ini adalah meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi dalam proses politik. Bentuknya berupa aplikasi dan bahkan bila dianggap berjalan dengan cukup baik. Nantinya ada metode scan wajah sehingga bisa mendapatkan segala data terkait caleg.

 

Kebiasaan masyarakat kita dalam membaca dan lemah dalam mengingat nama secara lengkap sering membuat ada ledakan data saat proses pencarian. Alhasil pencarian caleg tidak tepat sasaran, adanya sistem scan wajah seperti yang diterapkan pada Google Lens mampu memberikan caleg dengan tepat.

Tentunya penerapan E-Caleg memberikan sejumlah fitur saat proses pelaksanaannya. Mulai dari Profil Caleg yang di dalamnya sudah mencakup sejumlah hal penting berupa pendidikan, pengalaman kerja, dan partisipasi dalam organisasi atau kegiatan sosial. Terkait dalam privasi tidak perlu ada atau ditampilkan seperti alamat rumah atau kontak karena rawan tindakan kriminal yang bisa datang dari simpatisan atau bahkan oposisi.

 

Pada item lainnya juga hadir fitur berupa aktivitas politik. Ini mencakup berupa melacak partisipasi caleg dalam debat, forum, dan kegiatan politik lainnya. Bahkan menyediakan informasi tentang posisi caleg terhadap isu-isu tertentu.

 

Selain itu ini termasuk juga keterlibatan dalam masyarakat yang sifatnya program sosial yang si cale gada di dalamnya. Bahkan menampilkan hasil dari pertemuan atau dialog langsung antara caleg dan pemilih.

 

Pada aplikasi E-Caleg, diharuskan punya sosial media yang terintegrasi dengan sistem E-Caleg. Ini bisa mengetahui aktivitas si caleg. Berupa tampilan dokumentasi, tanggapan, dan interaksi dengan pemilih. Bahkan bisa mengetahui tanggapan negatif yang ada di sosial media. Misalnya saja follow akun amoral atau berbau perjudian.

 

Item lainnya yang harus hadir berupa berita terkait caleg yang terbaru hingga paling lama. Ini memberikan informasi dari media yang kredibel. Bahkan berita terbaru yang caleg tersebut ini lakukan sebagai highlight.

Setiap berita juga ada analisa data caleg, ini mencakup berbagai aspek yang dinilai. Nilainya dari paling rendah hingga tertinggi. Ibarat kita membandingkan gadget terbaru, E-Caleg akan punya fitur serupa. Plus-minus memilih caleg 1 atau caleg 2.

 

Terakhir tentu saja rekam jejak keuangan, Ini akan menyajikan laporan keuangan caleg dan sejumlah barang yang dimiliki. Aplikasi tersebut mengumpulkan data dari berbagai sumber, antara lain lembaga negara, perbankan, dan asosiasi profesi. Ia menjamin data tersebut tidak melanggar privasi seseorang karena bersifat publik.

 

Ini membuat caleg tidak bisa memanipulasi kekayaannya sehingga terlihat wajar di mata pemilih. Sistem yang terintegrasi ini membuat para caleg bermasalah jadi ketar-ketir. Bahkan termasuk dalam pemantauan sumbangan serta aktivitas dalam masa kampanye terutama terindikasi dengan politik uang. Habislah kalau ketahuan, auto gagal di akhir.

 

Bahkan yang cukup menarik yaitu dengan adanya rating berupa komentar dari para pemilih. Ini membuat caleg berlabel mantan koruptor, bermasalah pada periode sebelumnya hingga yang bermain politik uang akan berada di rating paling bawah.

Tentunya dengan adanya penggunaan sistem digital pemantau caleg dapat membantu membangun kepercayaan antara caleg dan pemilih, meningkatkan partisipasi dalam proses demokrasi, dan memberikan wawasan yang lebih baik kepada pemilih untuk membuat keputusan yang terinformasi.

 

Namun, penting juga untuk memastikan transparansi, akuntabilitas, dan keamanan data dalam pengembangan dan implementasi sistem ini. Konsep yang cocok dalam penerapan ialah berupa sistem berbasis Big Data yang menerapkan konsep Blockchain.

 

Aplikasi itu nantinya akan diserahkan kepada KPU untuk mendeteksi lebih awal bakal caleg yang sesuai ketentuan. Artinya aplikasi akan bekerja secara independent secara langsung. Bahkan ini mampu mendata para caleg yang terdaftar di Indonesia secara real time.

 

Sebagai gambaran, Daerah Pemilihan (Dapil) dan Jumlah Kursi Anggota DPR sebanyak 84 Dapil dan 580 Kursi, DPRD Provinsi sebanyak 301 Dapil dan 2.372 Kursi, serta DPRD Kabupaten/Kota sebanyak 2.325 Dapil dan 17.510 Kursi, sehingga total keseluruhan 2.710 Dapil dan 20.462 Kursi. Cukup banyak bukan?

Jumlahnya yang mencapai puluhan ribu berhasil menyatu dalam satu aplikasi yang berbasis Blockchain. Bahkan ini menjadi rekam jejak kembali saat pemilu dilaksanakan kembali 5 tahun ke depan. Citra yang baik dibangun kini, jadi modal berharga di masa depan.

 

Kendala Terbesar implementasi E-Caleg

Menghadirkan sebuah aplikasi tentunya tak hanya sebuah keberanian dan terobosan saja. Butuh banyak hal yang perlunya, salah satunya dana operasional. Bila kendala tersebut berhasil dipecahkan, akan berhasil jalan? Jawabannya tidak karena itu hanya satu dari segudang masalah yang dihadapi.

 

Belum lagi masalah koneksi data karena melibatkan puluhan ribu caleg. Artinya semua kendala harus bisa diselesaikan dan harus real time. Bahkan harus ada pembaruan agar pengguna bisa menggunakannya bahkan setelah pemilu usai.

Lalu juga muncul masalah, bagaimana daerah penetrasi internetnya yang masih sangat kurang. Harus adanya infrastruktur teknologi dan konektivitas internet yang memadai merupakan aspek kunci dalam kesuksesan aplikasi ini. Di daerah-daerah yang belum terjangkau oleh jaringan internet yang andal, penggunaan aplikasi semacam ini mungkin sulit dilaksanakan.

 

Ini juga sejalan dengan proses pemeliharaan sistem yang tentunya harus dipantau terutama mendekati masa pemilu. Dukungan teknis yang berkelanjutan serta pemeliharaan rutin untuk memastikan bahwa aplikasi tetap berfungsi dengan baik dan dapat diakses oleh pengguna.

 

Masalah keamanan data juga harus diperhatikan. Di posisi ini caleg jelas merasa dirugikan terutama bila data pribadinya bocor ke publik. Mengelola data pribadi calon legislatif dan pemilih memerlukan sistem keamanan yang sangat kuat untuk melindungi informasi sensitif dari ancaman keamanan seperti peretasan dan pencurian identitas.

 

Terakhir tentu saja bagaimana aplikasi ini berguna dan diterima sama masyarakat. Kadang muncul sikap skeptis dari masyarakat terutama pada calon pilihannya. Butuh pendekatan yang inklusif dan pendidikan publik yang luas untuk memastikan partisipasi yang maksimal.

 

Pada tahap ini juga, masyarakat mungkin menghadapi tantangan dalam menerima aplikasi E-Caleg karena perubahan budaya dan kebiasaan terkait proses pemilihan umum yang biasanya dilakukan secara konvensional.

Bahkan di masa depan, ada terobosan lainnya dalam proses memilih. Misalnya saja penerapan E-Voting yang tidak harus membutuhkan KPPS lagi. Mantu idaman dari KPPS bisa tergantikan dengan teknologi.

 

Mengatasi kendala-kendala di atas memerlukan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk memastikan bahwa aplikasi E-Caleg dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat yang maksimal bagi proses demokrasi.

 

Kapan Aplikasi seperti ini Bisa Hadir?

Tahun 2024 bisa dianggap sebagai awal, penerapan teknologi sudah cukup baik tinggal bagaimana cara membangun aplikasi berbasis Big Data. Tugas selanjutnya adalah memberikan sosialisasi ke masyarakat terutama sekali agar melek pada politik. Toh mereka yang akan mengatur daerah, provinsi hingga negara kita. Bahkan cara ini bisa mengurangi berita hoax yang berseliweran selama ini.

Sisi positifnya, masyarakat kini makin dewasa dan melek teknologi. Ada banyak informasi yang didapatkan namun makin cerdas dalam memfilter terutama dalam caleg. Kini banyak dari masyarakat kelas bawah yang masih terpengaruh, dibutuhkan sosialisasi dan kesadaran dalam memilih caleg terbaik. Minimal saat berada di dalam bilik pemilu, sudah mantap pada pilihannya.

 

Penerapan teknologi E-Caleg tidaklah sulit, hanya saja, penerapan machine learning dan scan detecting face berkembang dengan sangat pesat. Tinggal bagaimana dan siapa yang mau mengeksekusi menjadi sebuah aplikasi. Sistem yang diterapkan agar tidak memakan banyak penyimpanan dan bisa bertahan sepanjang masa adalah berbasis Big Data dan Blockchain.

Semoga tulisan ini memberikan inspirasi kita terkait dalam proses pemilihan. Teknologi itu hanyalah sebuah alat dan kita manusialah yang mengeksekusi baik tidaknya sebuah alat bekerja dengan benar. Akhir kata, Ayo kita sisihkan sedikit waktu untuk orang yang kita pilih dan akan memimpin selama 5 tahun ke depan.

 

Semoga tulisan ini menginspirasi kita, akhir kata: Have a Nice Days.

Share:

0 komentar:

Post a Comment

Kenalan Blogger

My photo
Blogger & Part Time Writer EDM Observer

Part of EcoBlogger Squad

Part of EcoBlogger Squad