Thursday, January 30, 2020

Bisakah AI Melacak Penyebaran Virus Mematikan?

Potensi penyebaran virus dan penyakit jadi momok menakutkan untuk saat ini. Merebaknya virus model baru bernama Novel Coronavirus seakan membuat penduduk bumi ketakutan. Kenapa tidak, virus tersebut mampu menyebar antar manusia. Memang awalnya virus tersebut dibawa oleh hewan yang ada di pasar tradisional di Kota Wuhan, Ibu Kota dari Provinsi Hubei.

Jelas sebuah kekacauan karena Kota Wuhan punya populasi sampai 11 juta, ada banyak penduduk yang akan menjadi korban dari keganasan virus tersebut. Akhirnya pemerintah China melakukan blokade akses agar virus tersebut tidak menyebar ke kota lainnya. Nyatanya ada sejumlah negara yang terjangkit khususnya para pendatang berasal dari China. Bahkan bertambah isolasi bertambah ke kota lain hingga ada 35 juta penduduk yang mengalami isolasi.

Strategi blokade tidak berhasil sepenuhnya khususnya mengurangi penyebaran virus ke seluruh dunia. Selama vaksin belum berhasil ditemukan, ancaman virus seakan menjadi sesuatu yang menakutkan semua pihak. Informasi pun sedikit simpang-siur karena pemerintah China yang tertutup khususnya dari media luar, seakan menambah terbatasnya informasi mengenai perkembangan virus.

Sebelumnya ada begitu banyak virus berbahaya yang menyerang sistem pernapasan manusia. Mulai dari SARS di tahun 2002, Flu Burung di tahun dan MERS di tahun 2012. Artinya selama era milenium ada begitu banyak ancaman manusia dari virus.
Para peneliti sedang bekerja keras dan memutar otak dalam mencari penanganan yang tepat buat para pasien. Salah satu cara pencegahan paling besar adalah mengetahui mobilitas manusia terutama mengurangi paparan virus ke seluruh dunia.

Kota Wuhan tergolong Kota Metropolitan kelas menengah yang ada di daratan China. Berada di daerah Utara daratan China seakan akses darat dan sungai jadi mobilitas terbesar dari kota tersebut. Perkembangan pesat China dalam beberapa dekade tersebut menjadikan kota tersebut jadi kota multi kultural yang ada di China. Serta ditambah dengan industri dan aktivitas padat yang ada di sepanjang Sungai Yangtse, panorama ini menjadikan Wuhan punya pemandangan yang eksotik.

Kini Wuhan berubah menjadi kota mati, aktivitas di daerah industri berhenti total. Sebaran virus tersebut seakan mematikan segala aktivitas masyarakat. Jangankan untuk beraktivitas, keluar rumah saja membuat masyarakat takut. Ancaman virus bisa mengancam sewaktu-waktu karena bisa menyebar dari manusia ke manusia.

Virus dan Penyakit Bisa Dideteksi dengan AI
Selama ini AI hanya digunakan dalam menganalisis data dan kebiasaan pengguna. Ia akan mengetahui pergerakan seseorang setelah semua data tadi terkumpul. Semuanya terhubung dengan internet dan perangkat yang ia miliki menjadi sebuah data besar, dapat mengetahui jumlah, variasi, kecepatan, dan kejujuran. Hingga akhirnya didapatkan kesimpulan akhir si pengguna tersebut.

AI bertransformasi semakin fleksibel di era modern saat ini, salah satunya dalam mendeteksi penyebaran manusia dan bahkan beragam penyakit yang penderita bawa dan sebarkan tersebut. Akses transportasi yang begitu mudah seakan memudahkan mobilitas manusia dalam jumlah besar. Hitungan jam, penderita bisa berpindah dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan.
Novel Coronavirus yang menyerang China Daratan
Hanya saja itu sangat berisiko khususnya dalam memindahkan penyakit berbahaya. Segala upaya dilakukan pemerintah China dengan melakukan blokade darat, sungai hingga udara. Hanya saja cara tersebut tak berhasil sepenuhnya bahkan bisa menular ke penduduk yang sehat.

Ada sejumlah manusia yang ketakutan atau tidak menyadari ada inang virus di dalam tubuhnya. Saat ini ada sebanyak 23 negara yang sudah dugaan virus. Membuat pemerintah banyak negara lainnya siaga akan wabah tersebut. Mulai dari memasang detektor pendeteksi panas tubuh di setiap bandara khususnya penumpang dari luar negeri khususnya berasal dari China.
Ada cara yang lebih efisien dan bahkan tidak mengganggu penumpang dari luar negeri. Bahkan dianggap ancaman menyebarkan virus di sebuah negara. Caranya dengan AI dalam mengetahui perpindahan manusia dari suatu lokasi satu dengan lainnya.

Ide itu tercetus dari salah satu startup berbasis kesehatan dan teknologi BlueDot. Didirikan dari berbagai disiplin ilmu dan kepedulian akan penyakit membuat mereka melacak penyebaran penyakit yang cukup berbahaya. Ada sejumlah spesialisasi dari startup tersebut yaitu bidang kedokteran, ilmu kesehatan, visualisasi data, bio statistik, pemetaan, penyebaran penyakit menular hingga pengembangan produk. Sangat tepat karena saat ini dunia sedang darurat Novel Coronavirus.

AI dianggap satu langkah lebih cepat, bagi pemerintah dan pejabat kesehatan harus mengumpulkan informasi dan berkoordinasi dengan banyak pihak. Proses ini berlangsung cukup lama, bahkan ada banyak korban yang terus berjatuhan. Beda dengan cara kerja AI yang lebih cepat dan real time, AI akan mencoba menambang informasi dan korban di seluruh dunia yang terhubung dengan internet. Setelah itu para ahli bisa melakukan proses identifikasi awal akan anomali tersebut.

Apakah nantinya punya potensi menjadi epidemi atau bahkan pandemi. Sehingga bisa diambil cara yang lebih cepat dan penanganan secara berkelanjutan. Ini membuat pemerintah dan pejabat pemerintah bisa dengan cepat melakukan mengambil keputusan. Termasuk ide mengisolasi kota dengan tujuan menghindari potensi penyebaran virus lebih luas. Semua tersebut nyatanya dilakukan berkat AI yang membantu manusia dalam mengambil keputusan cepat.

Kamran Khan, Peduli Penyakit hingga Akhirnya Mendirikan Startup
Berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit menular di salah satu rumah sakit di Kota Toronto, Kanada. Kamran Khan di masa muda menjadi dokter. Ia sempat menyaksikan gejolak virus SARS di tahun 2003 yang kemudian menewaskan sebanyak 44 orang warga Kanada dan ribuan orang lainnya di seluruh dunia.
dr. Kamran Khan yang menjadi otak di balik BlueDot
Ada sebuah mimpi besarnya dalam pencegahan virus yang bisa saja menghabisi banyak nyawa. Sejarah kelamnya Flu Spanyol dan berbagai virus lainnya seakan membuat ia ingin bisa melacak perpindahan virus dari suatu tempat ke tempat lainnya. Sebelum bertambah parah dan sulit dikendalikan, ia pun memiliki niat mendirikan startup berbasis kesehatan.

Menurut dr. Kamran Khan, di era modern saat ini dunia berubah dengan sangat cepat termasuk dengan penyebaran dan kemunculan penyakit dengan sangat cepat. Di sisi lain manusia punya akses data yang lebih cepat dibandingkan era sebelumnya. Ini bisa dikolaborasikan sebagai pencegah penyebaran penyakit jadi lebih cepat lagi. AI seakan mampu menjawab permasalahan tersebut dan menghindari korban lebih banyak.

Mimpi besar tersebut seakan terwujud di tahun 2013 atau sedekade setelah awal mulai virus SARS pertama merebak. Nama startup tersebut ialah BlueDot dan berhasil menguji sejumlah program prediksi terhadap penyakit menular termasuk mengumpulkan modal awal. Para pekerja di startup milik dr. Kamran pun datang dari berbagai latar belakang dari dokter, programmer, analis program, para maskapai penerbangan hingga ahli ekonomi.
Berbagai latar belakang dan ilmu pengetahuan di startup BlueDot
Semua bekerja atas dasar rasa peduli terhadap penyakit, bahkan dr. Kamran menilai mereka bekerja dengan penuh passion di sini. Ada banyak orang-orang berbakat dan penuh semangat dalam menciptakan dunia sehat tanpa wabah. Punya visi dan misi yang sama membuat startup BlueDot bisa bekerja optimal dalam menangani berbagai penyebaran wabah berbahaya yang ada di dunia.

Bahkan dr. Kamran berhasil menggabungkan disiplin ilmu yang selama ini sulit kita lihat, seperti dokter spesialis, dokter hewan, ahli epidemiologi, ahli ekologi, insinyur, ahli data, ahli matematika, ahli komputer hingga para pengusaha sebagai investor startup. Serta tujuan utama startup yaitu mengatasi ancaman yang ditimbulkan penyakit menular di mana pun itu berasal.

Menggunakan proses analisis dalam proses pengawasan penyakit dengan menggunakan kemampuan natural language processing dan machine learning sebagai landasan dasar konsep startup miliknya. Alhasil, perubahan besar tersebut seakan membuatkan hasil.

BlueDot dan Peran Besarnya Terhadap Dunia
Sebagai wadah yang berada di PBB, organisasi kesehatan dunia (WHO) baru mengumumkan ada sebuah virus berbahaya yang diberi nama Novel 201 Coronavirus (2019 n-Cov). Itu berhasil teridentifikasi dari para pasien yang mengalami gangguan pernapasan. Sebelumnya mereka pernah makan dan berbelanja di salah satu pasar makanan laut yang ada di Huanan.

Pada tanggal 06 Januari WHO berhasil mendeteksinya dari penderita, nyatanya startup BlueDot terlebih dahulu melakukannya di Bulan Desember. Mereka bahkan tahu ada virus baru yang bisa menyebar, bahkan bisa mengancam orang banyak jauh sebelum WHO mengumumkannya.
Ini membuat peran BlueDot cukup spesial seperti kondisi genting saat ini, mereka menggunakan algoritma AI yang mampu mendeteksi berbagai virus dan wabah. Modalnya dari laporan berita berasal dari berbagai bahasa di dunia, total ada 65 bahasa popular di dunia terkait dengan jaringan penyakit yang awal mulanya berawal dari hewan dan tumbuhan.

Ini juga berpengaruh pada perilaku manusia di era modern, sifat manusia saat ada bahaya wabah seakan berhasil dirangkum dalam data besar. Data tersebut berhasil merangkum banyak hal, dalam data besar didapatkan berbagai data seperti jumlah, variasi, kecepatan, dan kejujuran akan informasi tersebut.

Nah.. data tersebut sangat berguna dalam peringatan dini dan bahkan menjauhkan masyarakat dari zona perkembangan virus seperti pasar makanan laut di Wuhan. Data berupa laporan berita digunakan karena nilainya lebih teratur dan valid, beda caranya dengan menggunakan data sosial media karena terlalu semrawut dan sulit diprediksi. Bahkan bisa membuat proses evakuasi berjalan lamban.
Selama hampir 17 tahun berdiri, BlueDot punya sejumlah kontribusinya di bidang kesehatan dan teknologi. Dimulai dari menemukan BioDiaspora di tahun 2008, berlanjut dengan mengembangkan BlueDot Insight, BlueDot aplikasi bernama George hingga memprediksi ratusan virus yang berkembang di dunia seperti Virus SARS, MERS, Zika hingga Novel Coronavirus.

Bagaimana Cara Kerja BlueDot
Sebagai sebuah startup baru dan punya pangsa pasar yang sangat potensial, BlueDot harus melihat peluang ini sebagai perkembangan usaha milik mereka. Salah satunya menambah pendanaan perusahaan untuk bisa menambah ekspansi.

Ada banyak berbagai penyakit yang berasal dari luar Kanada mengharuskan ekspansi tersebut dilakukan. Salah satu modal yang berhasil didapatkan oleh BlueDot ialah modal ventura awal sebesar US$ 9,4 juta dalam merancang program pengawasan dan penyebaran penyakit global.
Berbagai peran AI yang ada pada BlueDot Global
Sebagai deskripsi singkat, BlueDot merupakan startup bidang kesehatan yang menghasilkan analisis data mutakhir dan ilmu pengetahuan. Tujuan utama ialah dalam proses pencegahan, deteksi, dan masalah kesehatan global yang bersifat mendesak.

Ada sejumlah bidang yang menjadi spesifikasi BlueDot seperti kedokteran, epidemiologi, permodelan matematika, ekologi, analisis geospasial, hingga desain. Konsep BlueDot ialah dengan menerapkan analitik yang digerakkan manusia dan mesin dalam mengolah data besar. Hingga menghasilkan sebuah informasi baru yang bisa diterapkan dalam produk buatan BlueDot.

Mekanisme kerja BlueDot sangat sederhana, diawali dengan mengumpulkan beragam informasi berita dan artikel hingga 100 ribu artikel dari 65 bahasa. Itu dilakukan setiap harinya dengan menggunakan kata kunci tertentu dalam melacak 100 penyakit menular berbahaya untuk saat ini.

Setelah menyaring begitu banyak informasi dari artikel tersebut, dilanjutkan dengan proses Analisa oleh para ahli. BlueDot punya begitu banyak para analisis khususnya di bidang epidemiologi yang memerikan kesimpulan akhir data.

Peran AI tak sepenuhnya karena ada sentuhan akhir manusia dalam mengambil kesimpulan. Apakah data tersebut masuk akal secara alamiah atau tidak, bila masuk akal akan langsung dikirimkan ke sejumlah pihak. Mulai pemerintah, pejabat kesehatan negara terkait, rumah sakit, hingga maskapai penerbangan.

AI bekerja segala informasi tersebut dan memberikan kemungkinan kehadiran dan penyebaran penyakit tersebut di tempat lainnya. Nah.. dengan begitu BlueDot dapat melacak dan meramalkan virus akan menyebar dan mendarat ke mana saja. Seperti yang terjadi di Wuhan melalui perpindahan manusia.

Gerak manusia yang sangat dinamis membuat virus bisa berpindah dengan sangat cepat. Armada yang paling memindahkan manusia adalah pesawat terbang. Mengingat besarnya populasi penduduk di Wuhan seakan membuat. Ini membuat BlueDot menjalin kerja sama dengan sejumlah maskapai penerbangan dunia.

Salah satunya adalah maskapai asal Kanada yaitu Canada Air, khususnya penumpang yang datang ke negara tempat Novel Coronavirus berkembang. Tujuannya adalah mengurangi penyebaran virus secara luas, meskipun di sejumlah negara telah mengaktifkan sensor pemantau panas tubuh di sejumlah bandara dunia. Tetap saja ada sejumlah penumpang yang lolos dan berpotensi meningkatkan penyebaran virus.
Cara mencegah penyebaran virus melalui akses penerbangan
Bahkan kini di platform BlueDot sudah memiliki akses data tiket maskapai global, ini sangat membantu memprediksi ke negara mana saja dan kapan Novel Coronavirus tersebut menyebar. Bahkan meramalkan ke kota lainnya yang ada di daratan China, sangat baik dan membantu meskipun pemerintah China sedikit menutup akses informasi tersebut.

Tak hanya mengenai data informasi artikel dan berita saja yang menjadi rujukan dasar BlueDot. Mereka juga menggunakan banyak data dalam mengetahui jenis virus menyebar. Mulai dari menggunakan pengaruh iklim, suhu, dan bahkan hewan lokal yang menjadi peluang virus menyebar secara tak langsung.

Pada penyebaran Novel Coronavirus juga diindikasikan bahwa awal mula virus berasal dari sejumlah hewan liar seperti ular dan kelelawar. Perpindahan dan migrasi hewan tersebut juga harus dilacak karena ada sejumlah masyarakat yang masih menjadikan hewan tersebut sebagai santapan.

Cukup kompleks memang dalam mendeteksi penyebaran virus, terpenting adalah tidak panik serta mengetahui langkah pencegahan seperti. Menggunakan masker, selalu mencuci tangan, memasak makanan hingga matang. Bila sudah tertular dapat segera ke rumah sakit terdekat untuk menyelamatkan diri Anda dan orang lain di sekitar dari sebaran virus tersebut.
Meski cukup mengkhawatirkan banyak pihak di seluruh dunia, wabah Novel Coronavirus tidak cukup mematikan. Ada sejumlah virus mematikan lainnya yang ada di dunia dengan tingkat kematian lebih tinggi. Mulai dari virus Ebola, virus MERS, hingga virus Zika. Terpenting adalah tetap waspada dan jaga kesehatan Anda. 

AI lebih dari sekedar memprediksi Penyakit
Peran AI cukup krusial termasuk apa yang dilakukan oleh BlueDot dalam mengolah data menjadi informasi berharga untuk semua pihak. Terlepas dari itu semua, AI bisa dilakukan lebih dari sekedar memberi tahu ahli epidemiologi dan pejabat kesehatan akan sebaran virus.

Kini para peneliti memanfaatkan AI dalam membangun sebuah model konsep dalam memprediksi wabah virus secara real time. Ini berarti lebih cepat dan tepat tanpa harus melakukan pengolahan data yang lebih lama. Portal penyebaran Novel Coronavirus tersebut adalah Gisanddata yang bersifat real time, salah satunya yang dikembangkan oleh Departemen Teknik Sipil dari Universitas John Hopkins, USA.
Bahkan para dokter dan bahkan pejabat kesehatan bisa dengan cepat merespons potensi krisis akan wabah. Ada begitu banyak kasus yang terjadi sebelumnya, paling dekat adalah wabah Ebola di Afrika, Virus Zika di Brazil, dan terbaru adalah Novel Coronavirus yang terjadi di daratan China.

Peran utama AI adalah memandu bagaimana para pejabat kesehatan dalam melindungi masyarakat selama krisis terjadi. Standar apa yang harus dipenuhi mulai dari kebutuhan kesehatan hingga logistik di lokasi yang terjangkit wabah tersebut. Ini membuat AI jadi garis pertahanan paling depan akan melawan penyakit sekarang dan di masa depan.

Semoga postingan ini menginspirasi kita semua, Have a Nice Days.

Share:

1 comment:

  1. Bal, lengkap kali tulisan ni lah. Aku jadi cemburu dengan kemampuanmu. Mantap.

    ReplyDelete

ROG Phone 8

Kenalan Blogger

My photo
Blogger & Part Time Writer EDM Observer

Part of EcoBlogger Squad

Part of EcoBlogger Squad