Selama
sebulan terakhir saya disibukkan dengan Tesis sebagai kredit akhir perkuliahan.
Setelah menamatkan S1 (Strata 1) yakni 7 tahun silam, barulah di pertengahan tahun
2021 lalu saya memberanikan diri untuk bisa berkuliah kembali. Niat untuk bisa
berkuliah kembali menggugah di dalam jiwa setelah lama terbuncah.
Ini kesempatan yang tepat setelah jauh dari dunia kampus. Momen pandemi jadi alasan kuat, selain karena perkuliahan berlangsung secara daring selama 2 semester pertama perkuliahan. Jelas lebih mudah harus ke kampus, dan rata-rata teman kelas adalah pekerja paruh waktu yang menyempatkan diri kembali bisa merasakan bangku perkuliahan.
Waktu
pun fleksibel yaitu hanya hari Jumat dan Sabtu. Berjibaku masuk kuliah dan
mengerjakan tugas yang tak ada habisnya. Tentunya manajemen waktu adalah cara
terbaik dalam menggapai sarjana, dua prioritas dalam waktu bersamaan: bekerja
sambil berkuliah.
Namun
memasuki semester ketiga, kondisi jadi lebih kondusif. Perkuliahan luring
berlangsung, saat itulah baru bisa melihat teman-teman yang dulunya hanya bisa
berinteraksi secara daring. Satu mata kuliah yang paling berat bobot muatannya
diambil. Tak lain yaitu Tesis.
Syarat menyelesaikan perkuliahan dan tujuan akhir dari studi. Ini jadi poin terakhir yang harus dipersiapkan selain begitu banyak persyaratan lainnya. Akhirnya saya memilih lokasi yang mungkin semua kenal, pulau di ujung negeri yaitu Pulau Weh. Objek yang diteliti adalah kebiasaan hidup lobster.
Sebagai
seorang yang mengambil magister pengelolaan sumber daya pesisir laut. Jelas
studi yang diangkat tak jauh-jauh dengan isu kelautan dan perikanan. Subyek ini
pastinya mengharuskan terjun ke lapangan. Panas terik dan hujan badai jadi tantangan
yang harus dilalui. Namun yang pertama sekali dilakukan adalah survei awal
lokasi.
Saya
pun orang yang suka terjun ke lapang, melakukan banyak riset. Judul yang
diangkat pun adalah dengan lobster. Pulau yang saya pilih pun adalah Pulau Weh,
pulau terluar dari Aceh. Jelas makin menarik.
Jelas
perkuliahan magister sangat berbeda dengan sarjana, pertama kali yang saya
rasakan adalah pembelajaran dan pemecahan masalah yang lebih mandiri. Proses
belajar ini mengharuskan mengeksplorasi kemampuannya dan pengetahuannya selama
di bangku perkuliahan.
Saya
selama ini berdomisili di Banda Aceh dan sedang menempuh studi di salah satu
kampus negeri di sana. Untuk bisa ke Pulau Weh, Sabang. Armada yang bisa
dilalui ke sana satu-satunya adalah kapal laut. Terpisah sejauh 23 mil dari ibu
kota Aceh tersebut.
Pulau yang eksotik ini sudah terkenal hingga mancanegara. Bagi yang menyukai berbagai spot air, Pulau Weh adalah destinasi terbaik. Beragam wisata ini menjadikan daya tarik besar, ada banyak orang yang mungkin mabuk laut namun memberanikan diri ke Pulau Weh karena daya tariknya tersebut.
Namun
kali ini saya berbeda, saya ke sana dengan satu tujuan yaitu penelitian. Ada
banyak potensi besar yang harus digali di sana. Salah satunya pengembangan
hasil perikanan khususnya lobster. Potensi yang dihasilkan ini mampu menjadikan
Sabang tak hanya dari wisata air saja namun potensi hasil perikanan yang terus
digenjot.
Saya
pun jelas bersemangat, awalnya saya tak memilih Sabang dan Pulau Weh. Alasannya
karena terpisah jarak dan sedikit kolega yang tinggal di sana. Namun saya pun
mendapatkan kolega selama di Kampus, beliau adalah Pak Ismail. Beliau punya
banyak koneksi selama di sana, mengajak jalan-jalan ke seluruh sudut kota,
tempat wisata, dan tentu saja lokasi penelitian yang sebelumnya sudah ditandai.
Berkenalan
dengan Kota Sabang, Tempat Studiku
Keindahan Sabang tergambar sejak kapal pertama kali mendarat di Pelabuhan Balohan, Kota Sabang. Pulau yang hanya kurang dari 120 km persegi itu punya banyak spot yang ini dilalui. Setiap pantainya menyimpan nilai eksotik dan hutannya menyimpan hasil alam yang indah. Pulau kecil tapi menyimpan sejuta kenangan yang menarik buat diabadikan.
Pertama
sekali pantai yang menarik ada pantai paradiso yang memesona, Anoe Itam yang
eksotik dengan nyiur pepohonan kelapa dan peninggalan Jepang. Spot Akuatik
makin bertambah bila berjalan ke arah barat Pulau Weh, ada Iboih yang terkenal
dengan wisata air. Hingga paling ujung ada Tugu Nol kilometer, titik terakhir
negeri ini. Terlihat indah dari kejauhan, bahwa negeri ibu pertiwi sangatlah
luas.
Bagaimana
dengan urusan wisata bahari dan hutannya? Bila urusan
tersebut jangan ditanya pasti ada kejutan. Rasanya lebih baik memotret atau
membuat Vlog khusus selama di sana. Tapi tahan dulu, saya ke sana adalah buat
penelitian, selepas selesai barulah jalan-jalan dimulai.
Perjalanan
Panjang Bernama Tugas Akhir
Di
pertengahan 2022, saya merasakan sedikit kesulitan dalam menentukan judul.
Alasan pertama karena sudah lama tak melakukan riset dan alasan kedua adalah
mencari pembimbing yang cocok. Faktor lainnya adalah pengalaman baru, nah
akhirnya saya ambil faktor pengalaman baru karena dianggap lebih menantang.
Belum lagi dengan banyaknya penelitian serupa hingga akhirnya tercetus ide buat meneliti Lobster. Mantap jiwa nih. Mencari lobster bukan hal mudah, pada penelitian yang saya lakukan, saya pun harus mengambil sampel lobster. Jelas bukan hal mudah, lobster bukan hewan yang senang keramaian layaknya lumba-lumba. Ia bersembunyi di dalam terumbu karang, butuh waktu yang sangat lama menemukannya.
Jelas
saya menggunakan jasa nelayan setempat yang lebih tahu keberadaan habitatnya.
Spesies yang dicari pun tak hanya 1 spesies saja namun ada tiga spesies yang
nantinya diuji pola makanan dan tentu saja habitatnya.
Analogi
sederhana, ada 3 orang berbeda latar belakang, kegemaran hingga pekerjaan.
Mereka akan dilihat makan apa saja yang dikonsumsi. Lalu pihak survei berasumsi,
inilah lokasi yang tempat mendirikan warteg. Alasannya karena pola makannya
sama dan 3 orang ini bisa jadi sampel bahwa kebutuhan lokasi tempat makan
dirasa layak dan strategis.
Buat
teman-teman, saya coba mencerita sedikit tentang penelitian saya. Analisis yang
dilakukan tentunya berhubungan dengan lobster. Mungkin bagi sebagian orang,
lobster tergolong hewan langka dan mahal. Namun di sejumlah lokasi, ia mudah
didapatkan dan harganya relatif terjangkau.
Saya butuh lobster khususnya buat mengetahui habitatnya. Nah di sini yang paling diperhatikan adalah kondisi lingkungan dan kebiasaannya makannya. Bila makanan dan lokasinya cocok, ini berpotensi untuk dibudidaya.
Bila
selama ini banyak nelayan yang harus menangkap. Merelakan separuh malamnya untuk
istirahat, namun mereka rela menangkap lobster di kegelapan malam dan dinginnya
air laut. Itu belum lagi potensi gede semacam gelombang gede atau bahkan
sengatan ubur-ubur.
Jumlahnya
yang hilang atau terganggu, bisa mengganggu kestabilan lingkungan dan kecaman
dari pemerhati lingkungan. Melalui cari budidaya, ini bisa mengurangi aksi
pemburuan lobster di pantai dan tentunya bisa jadi pemasokan tambahan.
Toh
lingkungan sudah ada, kini orang ke Sabang tak hanya berlibur menikmati
keindahan pantai. Namun juga makan lobster. Asyik bukan?
Mengerjakan
Tahapan Lanjutan di Laboratorium
Tahapan
di lapangan tersebut sudah kulalui sejak awal tahun, kini adalah menyiapkan dan
mengidentifikasi data di laboratorium. Mungkin sedikit terpikirkan bagaimana orang
yang telah begitu lama ke kampus, kembali ke laboratorium. Memang di awal
sedikit kikuk dan tidak terbiasa, memakai kembali jas putih khas lab.
Namun kini sudah menjadi kebiasaan, sembari sembari mengamati proses identifikasi beragam jenis makanan lobster secara mikroskopik. Ternyata sekarang sudah sangat canggih dan terhubung secara langsung dengan laptop.
Selain
itu proses input data secara aplikasi sudah banyak berkembang, misalnya saja
saya harus melakukan proses verifikasi jenis DNA lobster dengan aplikasi GenBank.
Sudah ada aplikasi yang akan melakukan proses running yang sangat akurat.
Hanya
saja dibutuh sebuah perangkat yang sangat cepat dengan komputasi terbaik.
Tentunya di sini harus ada daya dukung sebuah laptop. Sebuah perangkat yang
lambat akan menghambat proses running data dan itu belum lagi ditambah dengan
kemampuan baterai yang pendek.
Aplikasi
lainnya yang saya gunakan adalah berupa SPSS. Program yang berguna pada proses analisis
data statistika. Data berupa panjang dan berat dari spesies lobster yang selama
6 bulan lamanya kemudian dimasukkan dalam aplikasi tersebut.
Menghasilkan
beragam data dan puluhan tabel Proses running yang memakan waktu jelas menguras
kemampuan laptop bekerja pada kondisi maksimal. Bila gagal harus dilakukan
proses penginputan ulang. Ini kadang bikin mumet terutama di waktu-waktu
genting. Peran perangkat komputasi yang portabel sangat dibutuhkan
Kini
saya pun hampir menyelesaikan hasil, tahapan krusial ini jelas butuh perangkat
terbaik. Mimpi bisa memiliki perangkat laptop idaman rasanya seperti terbesit
di dalam pikiran. Selain memudahkan mengerjakan studi, ini menjadi perangkat
terbaik dalam bekerja dan tentu saja berkreasi.
Perangkat
Terbaik diciptakan Profesional Terbaik
Mimpi
di akhir tahun bisa mengenakan pakai toga adalah mimpi terbesar saya. Semua
kesuksesan itu nyatanya butuh perjuangan dari semua aspek. Perangkat pendukung
di era modern punya peran cukup besar dalam menggapai mimpi.
Saya sebuah percaya pepatah: Perangkat terbaik hadir itu pengguna terbaik. Selain karena mereka bisa memaksimalkan dengan cara terbaik, mereka juga memaksimalkan potensi yang dimiliki.
Bisa
dibayangkan orang yang kreatif dan banyak ide tetapi harus menggunakan sebuah
perangkat yang lola (loading lama). Malahan idenya malah stuck dan ilfeel,
alhasil tidak mau melanjutkan kerja. Itulah mengapa membeli atau punya
perangkat yang mahal ibarat barang investasi.
Setiap
kumpulan ide akan berhasil ditelurkan dan kemudian dipromosikan hingga akhirnya
melahirkan karya luar biasa. Urusan pundi-pundi rupiah hanya urusan waktu berdatangan.
Jangan heran produsen laptop memberikan fitur terbaik untuk kelas premium
laptop.
Laptop Idaman,
Pendukung Studi dan Kreasi
Sebagai orang yang sangat sulit jauh dari
laptop, tentunya saya membutuhkan sebuah laptop yang mumpuni. Untuk saat ini
laptop saya bekerja di tiga bidang berbeda, Buat membantu pekerjaan,
menyelesaikan tugas akhir, dan tentu saja berkreasi.
Tugas utama yang diberikan juga saya sesuaikan dengan alokasi waktu. Sebagai seorang yang banyak berkutat dengan membuat konten. Top aplikasi yang paling banyak saya buka adalah keluarga Office. Word berguna membuat laporan, konten di blog, dan seabrek tugas kerja lainnya.
Berlanjut setelahnya dengan beragam tabel
excel dengan berbagai perhitungan matematika dan rumus kolom. Saat bertemu
dengan klien, ada banyak Powerpoint dengan beragam slide yang mampu memberi
impresi pada klien.
Itu baru pekerjaan, kini lanjut ke namanya
hobi. Dalam hidup saya membagikan 3 fase waktu. Pertama 8 jam waktu buat
bekerja, Kedua 8 jam untuk mengasah kemampuan dan relaksasi diri, dan Ketiga
sekaligus terakhir adalah 8 jam waktu istirahat dan beribadah.
Kini 3 fase waktu itu coba saya pecah lagi
karena harus menyelesaikan tugas akhir. Masing-masing 1 jam dari setiap fase
coba saya pangkas. Bila tidak dilakukan seperti itu, tugas akhir akan
terbengkalai. Alokasi waktu inilah yang tentunya mendukung sebuah laptop yang
bisa digunakan di mana saja tanpa harus menggunakan colokan.
Lalu, apakah
saya kesulitan dalam memilih laptop idaman?
Saya rasa tidak, karena sudah percaya pada
suatu brand yang telah menemani saya selama 10 tahun lamanya. Pilihan laptop
idaman jatuh pada ASUS dengan segudang inovasinya.
Saya punya
standar sebuah laptop idaman. Tak perlu banyak, cukup tiga syarat saja,
sedangkan lainnya sebagai penunjang. Pertama adalah ia punya kualitas layar
yang baik, Kedua adalah bentuknya yang ringkas, dan terakhir adalah prosesor
yang ngebut diajak multitasking.
Syarat ini jelas
menggambarkan bahwa laptop idaman saya ada sebuah ultrabook. Kualifikasi ini
jelas sangat mendukung beragam kegiatan dan mobilitas. Nah.. di sini tergambar
bahwasanya: branding seorang pekerja kantoran, content writer, dan tentu saya
mahasiswa tahap akhir.
Perangkat
pendukung lainnya adalah kulitas dari perekaman kamera yang baik saat digunakan saat kondisi zoom. Adanya
fitur AI noise-cancelling yang memungkinkan suara bising bisa diredam saat
proses meeting online. Termasuk port USB Type-C Thunderbolt 4 yang memudahkan
transfer data cepat.
Pilihan laptop idaman ASUS di tahun ini jatuh pada ASUS Zenbook S 13 OLED UX5304. Ia seakan menjawab segala keinginan saya dari kesan pertama yang diberikan. Segala keinginan dari laptop idaman hanya saya inginkan hanya 3 syarat dan di ASUS Zenbook S 13 OLED UX5304 saya seakan mendapatkan beragam keunggulan yang tersemat padanya.
AAda
banyak aspek yang membuat ASUS Zenbook S 13 OLED UX5304 jadi laptop idaman saya
terutama keunggulannya dari versi sebelumnya. Saya mencoba menjabarkan dan
menggambarkan bagaimana begitu idamannya ASUS Zenbook S 13 OLED UX5304,
cekidot:
Desain
Ikonik khas Zenbook
ASUS
Zenbook S 13 OLED UX5304 punya desain baru khusus seri Zenbook. Selaku pengguna
Zenbook, jelas desain sekarang seakan ASUS mencoba membangun personal branding
laptop premiumnya dari segala aspek.
Bila
dulu desain awal adalah bentuk cover tulisan ASUS yang berpindah ke sebelah
kiri. Lalu penulisan logo ASUS Zenbook pada bagian frame. Kini ASUS mencoba hal
lebih ikonik lagi dari proses perubahan logo khusus Zenbook hingga proses
booting awalnya.
Di tahapan kini adalah perubahan cover yang lebih energik dan anak muda dengan garis-garis yang ada di penutup layar. Garis-garis yang kelihatannya asimetris itu sebenarnya berasal dari logo A baru ASUS. Bagi saya sendiri, desain ini dianggap kekinian dan tentunya membuatnya bukan sebatas laptop pekerja tapi sebagai barang seni.
Zenbook S 13
OLED UX5304 menggunakan bahan plasma ceramic aluminum yang dihasilkan melalui
teknik pemrosesan eksklusif dengan menggunakan air murni dan listrik. Ini
memberikan bodi laptop ketahanan terhadap korosi, ketahanan terbaik serta
dampak lingkungan yang minim.
Sebagai blogger yang konsen di bidang lingkungan, Saya sangat senang dengan komitmen ASUS dalam produknya mengurangi emisi karbon dengan memasukkan bahan daur ulang dan merancang packaging yang lebih ramah lingkungan.
Selain itu,
Zenbook S 13 OLED melampaui standar efisiensi energi, ENERGY STAR® sebesar 43%
untuk mengurangi konsumsi daya listriknya. Melalui berbagai upaya tersebut,
keseluruhan tujuan dari hadirnya laptop ini terhadap inisiasi pelestarian
lingkungan adalah untuk tercapainya netralitas karbon.
Ultrabook
Ramping dan Lengkap segala Konektivitas
Bagaimana
bayangan saat tahu ada laptop yang lebih tipi dari ponsel?
Nah, ASUS Zenbook S 13 OLED UX5304 membuktikannya dengan tebalnya hanya 1 cm saja dan bobotnya hanya 1 kg saja. Jelas ini inovasi baru, karena selama ini banyak laptop yang tipis saja tapi tetap berat atau sebaliknya, ada banyak port yang dipangkas di dalamnya.
Bahan
yang digunakan tentunya sangat ringan dan kuat karena menggunakan bahan
magnesium-aluminium dan merancangnya supaya bagian itu bisa tetap kokoh tanpa
penyangga di baliknya. Tentunya dengan presisi yang tinggi termasuk desain
motherboard yang juga dirancang ukurannya.
Masalah konektivitas malah lengkap meskipun hanya berukuran 1 cm saja. Sudah tersedia Ada 2 port USB Type-C Thunderbolt 4 yang mendukung pengisian daya dan transfer data cepat hingga 40Gbps. Serta Ada USB 3.2 Gen 2 Type-A, port HDMI 2.1, dan colokan audio 3,5mm. Sesuatu yang langka buat sebuah laptop tipis dan ringkas.
Bicara
soal wireless, laptop ini juga mendukung koneksi Wi-Fi 6E. Kalau kamu belum
tahu, Wi-Fi 6E merupakan standar baru Wi-Fi masa kini yang punya kecepatan
lebih dari generasi sebelumnya. Serta tambahan berupa Bluetooth 5.3. Jadi
koneksi untuk berbagai aksesori Buetooth bisa lebih cepat dan stabil, minim
delay.
Kualitas
Layar OLED Zenbook
ASUS
seri Zenbook jadi pionir sebuah laptop menggunakan layar OLED. Saat brand lain
masih menggunakan IPS. Tentu di produk baru ASUS Zenbook S 13 OLED UX5304
memiliki layar OLED 2,8K dengan tingkat kecerahan 350 nits.
Ada sertifikasi VESA DisplayHDR True Black yang memastikan tingkat kontras yang bagus. Ada color gamut 100% DCI-P3 dan PANTONE Validated Display untuk cakupan dan akurasi warna. Kualitas dan kontrasnya tetap bagus meskipun digunakan di ruangan tentunya. Bila menyaksikan konten, jangan tanya bagaimana cerahnya.
Mode HDR bisa
diaktifkan untuk meningkatkan kecerahan, menghasilkan pengalaman HDR yang
mengesankan. Terdapat empat preset tampilan yang dapat dipilih: Native, sRGB,
DCI-P3, dan Display P3. Keempatnya memberikan kualitas tampilan yang hebat,
dengan cakupan AdobeRGB sekitar 96%.
Dimensi
yang digunakan pun sudah khas laptop kekinian dengan rasio 16:9. Laptop yang
menggunakan rasio tersebut jelas sangat mengasyikkan buat diajak kerja
produktivitas dan browsing, Karena bisa menampilkan dua layar saat mengerjakan
tugas office.
Terakhir
tentunya ada fitur Eye Care yang bisa menyesuaikan kecerahan layar sesuai
dengan lokasi kerja. Dan ASUS telah membekali dengan sertifikasi dari TÃœV
Rheinland untuk low-blue light dan anti-flicker. Jadi, kalau kamu seperti saya
yang sering berada di depan laptop, kamu tidak perlu kuatir dengan masalah
mata.
Daya
Tahan diajak Mobilitas Tinggi
Bentuknya
yang sudah ringan tentunya punya berbagai proteksi khusus agar tak gampang rusak.
ASUS sudah mempertimbangkan ini dan membekalinya dengan US Military Grade
(MIL-STD 810H). Ketahanan dari segala tes seperti tes jatuh, tes getaran,
hingga tes operasional pada lingkungan ekstrem.
Proteksi ini penting, karena ada banyak laptop yang saat mengalami guncangan seperti di atas, komponennya jadi rusak. Ini sangat berguna seperti saya khususnya dalam bepergian jauh. Selama ini saat bepergian, umumnya hanya membuat sebuah ransel dan di dalamnya sudah termasuk laptop. Adanya perlindungan US Military Grade (MIL-STD 810H) membuat laptop aman diajak ke mana saja.
Daya
tahan lainnya tentu saja kemampuan baterai yang bisa bertahan cukup lama hingga
14 jam penggunaan. Berkat telah tersematnya baterai 63Wh yang bisa diajak
bekerja selama mungkin. Kedua daya tahan di atas mendukung daya tahan benturan
dan daya tahan digunakan dalam jangka waktu panjang.
Kamera
dan Speaker Jempolan
Bagi
saya yang melaksanakan perkuliahan atau meeting secara daring sangat terbantu. Selama
ini banyak laptop tidak punya kualitas kamera yang mumpuni. Hasilnya saat
melakukan meeting, gambar yang dihasilkan jadi buram dan butek.
Kini dengan hadirnya ASUS Zenbook S 13 OLED UX5304 ini menjawab perkembangan kamera webcam pasca pandemi yang jauh mumpuni. Kualitasnya sudah Full HD 1080p. Kualitas ini bisa memberikan tampilan yang lebih tajam setara kamera ponsel.
Selain
itu, ASUS juga melengkapi kamera di laptop ini dengan fitur infra merah dalam
deteksi pengenalan wajah sebagai otentikasi biometrik Windows Hello. Fitur ini
yang paling sering saya gunakan karena membuat keamanan laptop meningkat.
Selain
webcam, fitur lain yang memuaskan dari laptop ini ada di sisi audionya. Sistem
audionya sudahmemiliki sistem suara stereo Dolby Atmos® yang tersertifikasi
Harman Kardon, dengan dukungan Smart Amplifier yang dapat meningkatkan volume
hingga 3,5x lebih kencang daripada amplifier standar.
Bersama
dua standar itu, ASUS juga melengkapi laptop ini dengan Smart Amp dan Audio
Booster, yang bisa meningkatkan kualitas suara lebih jauh lagi. Meskipun kecil,
ASUS Zenbook S 13 OLED UX5304 sangat cabe rawit dari kualitas suara yang
dihasilkan dan bisa diadu.
Jeroan Ngebut
dari Generasi Terbaru
Urusan jeroan, Zenbook S 13 OLED UX5304 tak mau main-main. Pada balik bodi tipisnya sudah tertanam Intel Core Generasi ke 13 dengan 12-Core di dalamnya dan sudah memenuhi sertifikasi EVO. Serta sudah ada Intel® Iris® Xe yang mendukung proses grafis. Selain itu, di dalam laptop ini juga ada RAM LPDDR5 16GB dan SSD M.2 NVMe™ PCIe® 4.0 sebesar 1TB.
Untuk jeroan
yang bertenaga seperti ini, jelas sangat mendukung aktivitas saya. Membuka
puluhan atau bahkan menjalankan banyak aplikasi dalam waktu bersamaan tidak
akan berdampak pana penurunan performa dan peningkatan panas.
Satu aspek
yang saya rasa penting adalah kualitas dari jeroan yang ngebut adalah tetap
adem saat digunakan dan hemat daya. Zenbook S 13 OLED UX5304 bisa bertahan
lebih dari 12 jam, artinya sekali pengisian sudah termasuk dalam 8 jam bekerja
dan separuh waktu buat hobi.
Keyboard Empuk
dan Touchpad makin Leluasa
Selain itu
tetap mengusung konsep Ergolift menjadi ciri khas lainnya dari produk ASUS.
Bertujuan untuk memberikan ruang tambahan yang membuat proses mengetik jadi lebih
nyaman dan tentunya memaksimalkan proses pendinginan.
Urusan keyboard bisnis buatan ASUS, tentunya hadir dengan keyboard yang empuk, nyaman digunakan dalam waktu lama. Semua fungsi tersedia di dalam keyboard termasuk berbagai fitur menarik. ASUS juga membekali Numberpad 12 buat mengetik angka lebih cepat dan presisi.
Ukuran
touchpad pun jadi lebih besar dari versi sebelumnya. Membuat pengalaman
menggunakan touchpad jadi lebih hidup dan menarik. Selama ini laptop windows
tidak memiliki touchpad yang ikonik, hadirnya touchpad terbaru dari ASUS seakan
membuat pengalaman menggunakan touchpad jadi lebih atraktif.
Menciptakan
Eksosistem Khas Zenbook di Fitur MyASUS
Urusan premium
tak melulu urusan hardware semata, namun mengedepankan software pendukung.
Laptop modern tentunya punya segudang fitur khusus dalam proses keamanan data
dan transfer dalam. Salah satunya adalah fitur MyASUS, fitur killer dalam
pemakaian laptop harian.
Pertama ada Battery Health Charging, memungkinkan kamu mengatur kapasitas maksimal pengisian baterai. Tersedia pilihan berupa: Full Capacity, 100%, Balanced, sampai 80%, dan Maximum Lifespan, sampai 60%.
Kedua ada
TaskFirst, memungkinkan kamu mengatur prioritas pemakaian koneksi internet.
Jenis aktivitas apa yang diutamakan dalam akses koneksi internet. Pengguna bisa
memilih aktivitas Produktivitas dan Komunikasi, Multimedia Streaming, Game,
bahkan layar eksternal.
Terakhir ada Link to MyASUS, memungkinkan laptop ASUS Zenbook S 13 OLED UX5304 terhubung dengan perangkat lainnya semisal ponsel. Fitur yang bisa dilakukan melakukan transfer file, berbagi layar, atau melakukan kegiatan komunikasi. Ponsel menggunakan OS Android dan IOS bisa terkoneksi pada fitur ini, cukup dengan menginstal aplikasi Link to MyASUS di Play Store atau dari App Store.
Tentunya itulah
segudang keunggulan, termasuk pada Zenbook S 13 OLED UX5304 adalah salah Laptop
ASUS hadir dengan dilengkapi Windows 11 Home. Ketika pekerjaan menumpuk, laptop
ASUS dengan Windows 11 siap membantu Anda menyelesaikannya. Laptop ASUS dengan
Windows 11 yang lebih nyaman di mata, memungkinkan Anda mengekspresikan diri
dan cara kerja terbaik Anda. Dan tidak hanya Windows 11 asli, tersedia juga
genuine Microsoft Office 2021 untuk menunjang aktivitas Anda sepanjang hari.
Kesimpulan
Akhir
Setelah kita ngomong panjang lebar, akhirnya sampai pada tujuan akhir yaitu kesimpulan. Buat saya pribadi, ASUS Zenbook S 13 OLED UX5304. Menyasar begitu banyak para pekerja dan eksekutif dengan mobilitas tinggi. Tentunya tetap trendi dan tentu saja menjadikan mereka ibarat lampu sorot saat laptopnya dibuka dan memulai kerja.
Akhir kata,
semoga tulisan ini menginspirasi kita semua. Sekaligus menggambarkan kisah
penulis dengan studi, pekerjaan, dan berkreasi. Membagi waktu terasa mudah
dengan perangkat yang tepat. ASUS Zenbook S 13 OLED UX5304 adalah
jawabannya.
Semoga tulisan ini bisa menginspirasi kita semua dan akhir kata Have a Nice Days.
Spesifikasi ASUS Zenbook OLED UX5304 | |
---|---|
CPU |
Intel® Evo™ Platform, Intel® Core™ i7-1355U Processor 1.7 GHz (12MB Cache, up to 5.0 GHz, 10 cores, 12 Threads) |
Sistem Operasi |
Windows 11 Home |
RAM |
16GB DDR5 |
Penyimpanan |
1TB PCIe® 4.0 NVMe™ M.2 Performance SSD |
Layar |
13,3-inch ASUS Lumina OLED, 2.8K (2880 x 1800) 16:10, 60Hz, 0.2ms, 100% DCI-P3, PANTONE Validated, 550nits, VESA CERTIFIED Display HDR True Black 500, Low Blue Light, Anti-Flicker |
GPU |
Intel® Iris Xe Graphics |
Input/Output |
1x USB 3.2 Gen 2 Type-A, 2x Thunderbolt™ 4 supports display + power delivery, 1x HDMI 2.1 TMDS, 1x 3.5mm Combo Audio Jack |
Konektivitas |
Wi-Fi 6E(802.11ax) (Triple band) 2*2 + Bluetooth® 5.3 |
Kamera |
1080P FHD IR Camera for Windows Hello |
Audio |
AI noise-canceling technology, Dolby Atmos, Hi-Res certification, Smart Amp Technology |
Baterai |
63WHrs, 2S2P, 4-cell Li-ion |
Dimensi |
29.62 x 21.63 x 1.09 ~ 1.18 cm |
Berat |
1 Kg |
Warna |
Basalt Grey |
Harga |
Rp23.999.000 |
Garansi |
2 tahun garansi global dan 1 tahun ASUS VIP Perfect Warranty |
0 komentar:
Post a Comment